I.PENDAHULUAN
Penyakit
alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli
Psikiatri dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Ia
mengobservasi seorang wanita berumur 51 tahun, yang mengalami gangguan
intelektual dan memori serta tidak mengetahui kembali ketempat
tinggalnya, sedangkan wanita itu tidak mengalami gangguan anggota
gerak,koordinasi dan reflek. Pada autopsi tampak bagian otak mengalami atropi yang difus dan simetri,
dan secara nikroskopik tampak bagian kortikal otak mengalami neuritis
plaque dan degenerasi neurofibrillary. Secara epidemiologi dengan
semakin meningkatnya usia harapan hidup pada berbagai
populasi, maka jumlah orang berusia lanjut akan semakin meningkat.
Dilain pihak akan menimbulkan masalah serius dalam bidang sosial ekonomi
dan kesehatan, sehingga aka semakin banyak yang berkonsultasi dengan
seorang neurolog karena orang tua tersebut yang tadinya sehat, akan mulai
kehilangan kemampuannya secara efektif sebagai pekerja atau sebagai
anggota keluarga. Hal ini menunjukkan munculnya penyakit degeneratif
otak, tumor, multiple stroke, subdural hematoma atau penyakit depresi,
yang merupakan penyebab utama demensia. Istilah demensia
digunakan untuk menggambarkan sindroma klinis dengan gejala menurunnya
daya ingat dan hilangnya fungsi intelek lainnya. Defenisi demensia
menurut Unit Neurobehavior pada Boston Veterans Administration Medical
Center (BVAMC) adalah kelainan fungsi intelek yang didapat dan bersifat
menetap, dengan adanya gangguan paling sedikit 3 dari 5 komponen fungsi luhur yaitu gangguan bahasa, memori, visuospasial, emosi dan kognisi.
Penyebab pertama penderita demensia adalah penyakit alzheimer (50- 60%)
dan kedua oleh cerebrovaskuler (20%). Diperkirakan penderita demensia
terutama penderita alzheimer pada abad terakhir ini semakin meningkat
jumlah kasusnya sehingga akan mungkin menjadi epidemi seperti di Amerika dengan insidensi
demensia 187 populasi /100.000/tahun dan penderita alzheimer
123/100.000/tahun serta penyebab kematian keempat atau kelima
II. INSIDENSI
Penyakit
alzheimer merupakan penyakit neurodegeneratif yang secara epidemiologi
terbagi 2 kelompok yaitu kelompok yang menderita pada usia kurang 58
tahun disebut sebagai early onset sedangkan kelompok yang menderita
pada usia lebih dari 58 tahun disebut sebagai late onset. Penyakit
alzheimer dapat timbul pada semua umur, 96% kasus dijumpai setelah
berusia 40 tahun keatas. Schoenburg dan Coleangus (1987)
melaporkan insidensi berdasarkan umur: 4,4/1000.000 pada usia 30-50 tahun, 95,8/100.000 pada usia > 80 tahun. Angka prevalensi penyakit ini per 100.000 populasi
sekitar 300 pada kelompok usia 60-69 tahun, 3200 pada kelompok usia
70-79 tahun, dan 10.800 pada usia 80 tahun. Diperkirakan pada tahun 2000
terdapat 2 juta penduduk penderita penyakit alzheimer. Sedangkan di Indonesia diperkirakan
jumlah usia lanjt berkisar, 18,5 juta orang dengan angka insidensi dan
prevalensi penyakit alzheimer belum diketahui dengan pasti. Berdasarkan
jenis kelamin, prevalensi wanita lebih banyak tiga kali dibandingkan
laki-laki. Hal ini mungkin refleksi dari usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan laki-laki. Dari beberapa penelitian tidak ada perbedaan terhadap jenis kelamin.
III.ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui. Beberapa alternatif penyebab yang
telah dihipotesa adalah intoksikasi logam, gangguan fungsi imunitas,
infeksi virus, polusi udara/industri, trauma, neurotransmiter, defisit
formasi sel-sel filament, presdiposisi heriditer. Dasar kelainan
patologi penyakit alzheimer terdiri
dari degenerasi neuronal, kematian daerah spesifik jaringan otak yang mengakibatkan
gangguan fungsi kognitif dengan penurunan daya ingat secara progresif.
Adanya defisiensi faktor pertumbuhan atau asam amino dapat berperan
dalam kematian selektif neuron. Kemungkinan sel-sel tersebut mengalami degenerasi yang diakibatkan oleh adanya peningkatan calsium intraseluler, kegagalan metabolisme energi, adanya formasi radikal bebas atau terdapatnya produksi protein abnormal yang non spesifik.
Penyakit alzheimer adalah penyakit genetika, tetapi beberapa penelitian
telah membuktikan bahwa peran faktor genetika, tetapi beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa peran faktor non-genetika
(lingkungan) juga ikut terlibat, dimana faktor lingkungan hanya sebagai
pencetus faktor
genetika.
IV.Patogenesa
Sejumlah patogenesa penyakit alzheimer yaitu:
1. Faktor genetik
Beberapa
peneliti mengungkapkan 50% prevalensi kasus alzheimer ini diturunkan
melalui gen autosomal dominant. Individu keturunan garis pertama pada
keluarga penderita alzheimer mempunyai resiko menderita demensia 6 kali
lebih besar dibandingkan kelompok kontrol normal Pemeriksaan genetika
DNA pada penderita alzheimer dengan familial early onset
terdapat kelainan lokus pada kromosom 21 diregio proximal log arm,
sedangkan pada familial late onset didapatkan kelainan lokus pada
kromosom 19. Begitu pula pada penderita down syndrome mempunyai kelainan
gen kromosom 21, setelah berumur 40 tahun
terdapat
neurofibrillary tangles (NFT), senile plaque dan penurunan Marker
kolinergik pada jaringan otaknya yang menggambarkan kelainan
histopatologi pada penderita alzheimer. Hasil
penelitian
penyakit alzheimer terhadap anak kembar menunjukkan 40-50% adalah
monozygote dan 50% adalah dizygote. Keadaan ini mendukung bahwa faktor
genetik berperan dalam penyaki alzheimer. Pada sporadik non familial
(50-70%), beberapa penderitanya ditemukan kelainan lokus kromosom 6,
keadaan ini menunjukkan bahwa kemungkinan faktor lingkungan menentukan ekspresi genetika pada alzheimer.
2. Faktor infeksi
Ada hipotesa menunjukkan penyebab infeksi virus pada keluarga penderita
alzheimer yang dilakukan secara immuno blot analisis, ternyata
diketemukan adanya antibodi reaktif. Infeksi virus tersebut menyebabkan infeksi
pada susunan saraf pusat yang bersipat lambat, kronik dan remisi.
Beberapa penyakit infeksi seperti Creutzfeldt-Jacob disease dan kuru,
diduga berhubungan dengan penyakit alzheimer.Hipotesa tersebut mempunyai
beberapa persamaan antara lain:
a. manifestasi klinik yang sama
b. Tidak adanya respon imun yang spesifik
c. Adanya plak amyloid pada susunan saraf pusat
d. Timbulnya gejala mioklonus
e. Adanya gambaran spongioform
3. Faktor lingkungan
Ekmann (1988), mengatakan bahwa faktor lingkungan juga dapat berperan dalam patogenesa penyakit alzheimer. Faktor lingkungan antar alain,aluminium,silicon,mercury,zinc. Aluminium
Merupakan neurotoksik potensial pada susunan saraf pusat yang ditemukan neurofibrillary
tangles (NFT) dan senile plaque (SPINALIS). Hal tersebut diatas belum
dapat dijelaskan secara pasti, apakah keberadaan aluminum adalah penyebab degenerasi neurosal primer atau sesuatu hal yang tumpang
tindih. Pada penderita alzheimer, juga ditemukan keadan ketidak
seimbangan merkuri, nitrogen, fosfor, sodium, dengan patogenesa yang
belum jelas. Ada dugaan bahwa asam amino glutamat akan menyebabkan depolarisasi melalui reseptor N-methy D-aspartat sehingga kalsium akan masuk ke intraseluler (Cairan-influks) danmenyebabkan kerusakan metabolisma energi seluler dengan akibat kerusakan dan kematian neuron.
4. Faktor imunologis
Behan dan Felman (1970) melaporkan 60% pasien yang menderita alzheimer didapatkan kelainan serum protein seperti penurunan albumin dan peningkatan alpha protein, anti trypsin phamarcoglobuli
dan haptoglobuli.Heyman (1984), melaporkan terdapat hubungan bermakna
dan meningkat dari penderita alzheimer dengan penderita tiroid. Tiroid
Hashimoto merupakan penyakit inflamasi kronik yang sering didapatkan
pada wanita muda karena peranan faktor immunitas
5. Faktor trauma
Beberapa
penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit alzheimer dengan trauma
kepala. Hal ini dihubungkan dengan petinju yang menderita demensia
pugilistik, dimana pada otopsinya ditemukan
banyak neurofibrillary tangles.
6. Faktor neurotransmiter
Perubahan neurotransmitter pada jaringan otak penderita alzheimer mempunyai peranan yang sangat penting seperti:
a. Asetilkolin
Barties
et al (1982) mengadakan penelitian terhadap aktivitas spesifik
neurotransmiter dgncara biopsi sterotaktik dan otopsi jaringan otak pada
penderita alzheimer didapatkan penurunan aktivitas kolinasetil
transferase, asetikolinesterase dan transport kolin serta penurunan biosintesa
asetilkolin. Adanya defisit presinaptik dan postsynaptik kolinergik ini
bersifat simetris pada korteks frontalis, temporallis superior, nukleus
basalis, hipokampus. Kelainan neurottansmiter asetilkoline merupakan
kelainan yang selalu ada dibandingkan jenis neurottansmiter lainnyapd
penyakit alzheimer,
dimana pada jaringan otak/biopsinya selalu didapatkan kehilangan cholinergik Marker. Pada penelitian dengan pemberian scopolamin pada orang normal, akan menyebabkan berkurang atau hilangnya
daya ingat. Hal ini sangat mendukung hipotesa kolinergik sebagai patogenesa penyakit alzheimer
b. Noradrenalin
Kadar metabolisma norepinefrin dan dopimin didapatkan menurun pada jaringan otak penderita alzheimer. Hilangnya neuron bagian dorsal lokus seruleus yang merupakan tempat yang utama
noradrenalin pada korteks serebri, berkorelasi dengan defisit kortikal noradrenergik. Bowen et al(1988), melaporkan hasil biopsi dan otopsi jaringan otak penderita alzheimer menunjukkan adanya defisit noradrenalin pada presinaptik
neokorteks. Palmer et al(1987), Reinikanen (1988), melaporkan
konsentrasi noradrenalin menurun baik pada post dan ante-mortem
penderita alzheimer.
c. Dopamin
Sparks et al (1988), melakukan pengukuran terhadap aktivitas neurottansmiter regio hipothalamus, dimana tidak adanya gangguan perubahan aktivitas dopamin pada penderita alzheimer. Hasil ini masih
kontroversial, kemungkinan disebabkan karena potongan histopatologi regio hipothalamus setia penelitian berbeda-beda.
d. Serotonin
Didapatkan penurunan kadar serotonin dan hasil metabolisme 5
hidroxi-indolacetil
acid pada biopsi korteks serebri penderita alzheimer.Penurunan juga
didapatkan pada nukleus basalis dari meynert. Penurunan serotonin pada
subregio hipotalamus sangat bervariasi,
pengurangan
maksimal pada anterior hipotalamus sedangkan pada posterior
peraventrikuler hipotalamus berkurang sangat minimal. Perubahan kortikal
serotonergik ini berhubungan dengan hilangnya neuron-neuron dan diisi oleh formasi NFT pada nukleus rephe dorsalis
e. MAO (Monoamine Oksidase)
Enzim
mitokondria MAO akan mengoksidasi transmitter mono amine. Aktivitas
normal MAO terbagi 2 kelompok yaitu MAO A untuk deaminasi serotonin,
norepineprin dan sebagian kecil dopamin,
sedangkan MAO B untuk deaminasi terutama dopamin. Pada penderita alzheimer, didapatkan peningkatan MAO A pada hipothalamus dan frontais sedangkan MAO B meningkat pada daerah temporal danmenurun pada nukleus basalis dari meynert.
Banyak makan epal yang sudah masam.
2) Banyak makan makanan masam termasuk asam atau jeruk buahan.
3) Banyak makan bawang besar.
4) Banyak makan makanan yang mengandungi rempah dan ketumbar kering.
5) Memakan kepala ikan.
6) Memakan makanan dan minuman yang bercampur dengan semut. Semut dipercayai mengandungi sejenis kimia yang boleh melemahkan ingatan.
7) Makan sehingga terlalu kenyang.
8) Makan makanan yang disentuh oleh tikus.
9) Makan makanan yang dijual di warung-warung yang kotor dan terdedah.
10) Minum minuman yang memabukkan seperti arak dan tuak masam.
11) Banyak makan makanan yang mengandungi bahan kimia termasuk bahan perasa dan bahan awet. Umpamanya minuman bergas dan makanan segera (junk food). Bahan kimia di dalamnya boleh menumpulkan fikiran dan daya ingatan seseorang.
2) Banyak makan makanan masam termasuk asam atau jeruk buahan.
3) Banyak makan bawang besar.
4) Banyak makan makanan yang mengandungi rempah dan ketumbar kering.
5) Memakan kepala ikan.
6) Memakan makanan dan minuman yang bercampur dengan semut. Semut dipercayai mengandungi sejenis kimia yang boleh melemahkan ingatan.
7) Makan sehingga terlalu kenyang.
8) Makan makanan yang disentuh oleh tikus.
9) Makan makanan yang dijual di warung-warung yang kotor dan terdedah.
10) Minum minuman yang memabukkan seperti arak dan tuak masam.
11) Banyak makan makanan yang mengandungi bahan kimia termasuk bahan perasa dan bahan awet. Umpamanya minuman bergas dan makanan segera (junk food). Bahan kimia di dalamnya boleh menumpulkan fikiran dan daya ingatan seseorang.
Berikut rincian penyebab Demensia oleh Dr Nora Sondakh, MA :
A. Kelainan sebagai penyebab Demensia :
1. penyakit degenaratif
2. penyakit serebrovaskuler
3. keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO
4. trauma otak
A. Kelainan sebagai penyebab Demensia :
1. penyakit degenaratif
2. penyakit serebrovaskuler
3. keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO
4. trauma otak
PENYEBAB
penyakit alzheimer merupakan penyebab tersering penyakit demensia.penyebabnya tidak diketahui,tetapi diduga melibatkan faktor genetik.pada penyakit alzheimer,beberapa bagian otak mengalami kemunduran.sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal dalam otak.demensia sosok lewy sangat menyerupai alzheimer,tetapi memiliki perubahan mikroskopis yang terjadi dalam otak.
penyebab ke-2 tersering demensia adalah serangan stroke yang berturut-turut.stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan.stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak,daerah yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark.
demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multifark.sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi dan kencing manis.dimana keduanya menyebabkan kerusakan di otak.demensia juga dapat terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac arrest.
penyebab lain demensia adalah:
- penyakit pick
- penyakit parkinson
- AIDS
- penyakit creutzfeldt jakob
penyakit alzheimer merupakan penyebab tersering penyakit demensia.penyebabnya tidak diketahui,tetapi diduga melibatkan faktor genetik.pada penyakit alzheimer,beberapa bagian otak mengalami kemunduran.sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal dalam otak.demensia sosok lewy sangat menyerupai alzheimer,tetapi memiliki perubahan mikroskopis yang terjadi dalam otak.
penyebab ke-2 tersering demensia adalah serangan stroke yang berturut-turut.stroke tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan ringan atau kelemahan yang timbul secara perlahan.stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan kerusakan jaringan otak,daerah yang mengalami kerusakan akibat tersumbatnya aliran darah disebut infark.
demensia yang berasal dari beberapa stroke kecil disebut demensia multifark.sebagian besar penderitanya memiliki tekanan darah tinggi dan kencing manis.dimana keduanya menyebabkan kerusakan di otak.demensia juga dapat terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac arrest.
penyebab lain demensia adalah:
- penyakit pick
- penyakit parkinson
- AIDS
- penyakit creutzfeldt jakob
GEJALA
berikut ini ada beberapa gejala penyakit alzheimer yang perlu diwaspadai.tetapi belum tentu orang yang mengalami gejala tersebut menderita penyakit alzheimer.sehingga harus ada pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter.misalnya dengan tes wawancara atau tes tertulis.
secara garis besar,terdapat beberapa gejala yang timbul dari perkembanagan penyakit ini yaitu:
1. menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
2. adanya gangguan untuk mengingat
3. gagal mengenali dan mengidentifikasi suatu obyek
3. pasien tidak mengenali lagi sekelilingnya,padahal dulunya dikenal baik
4. gangguan berbahasa menjadi sangat nyata
5. mengajukan pertanyaan yang sama secara berulang-ulang
6. gangguan membuat keputusan
7. disorientasi
8. ganguan kepribadian
9. jika bertambah parah pasien harus terbaring di tempat tidur dan mengompol
berikut ini ada beberapa gejala penyakit alzheimer yang perlu diwaspadai.tetapi belum tentu orang yang mengalami gejala tersebut menderita penyakit alzheimer.sehingga harus ada pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter.misalnya dengan tes wawancara atau tes tertulis.
secara garis besar,terdapat beberapa gejala yang timbul dari perkembanagan penyakit ini yaitu:
1. menurunnya kemampuan untuk berkonsentrasi
2. adanya gangguan untuk mengingat
3. gagal mengenali dan mengidentifikasi suatu obyek
3. pasien tidak mengenali lagi sekelilingnya,padahal dulunya dikenal baik
4. gangguan berbahasa menjadi sangat nyata
5. mengajukan pertanyaan yang sama secara berulang-ulang
6. gangguan membuat keputusan
7. disorientasi
8. ganguan kepribadian
9. jika bertambah parah pasien harus terbaring di tempat tidur dan mengompol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar