FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMBERIAN AIR SUSU IBU SECARA DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA DI WILAYAH KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sejak dini yaitu
masih bayi. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian
besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh dalam pemberian ASI semaksimal
mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan
generasi penerus dimasa depan. Setiap bayi lahir pasti membutuhkan asupan gizi
dan nutrisi demi kelangsungan hidupnya. Sumber gizi yang sangat penting adalah
ASI. Komposisi ASI yang paling
sesuai untuk kebutuhan bayi dan mengandung zat pelindung dengan kandungan
terbanyak pada kolostrum. Kolostrum adalah ASI berwarna kekuningan yang
dihasilkan tiga hari pertama setelah bayi lahir. Penyusuan secara dini atau
inisiasi menyusu perlu dilaksanakan untuk memperlancar pemberian ASI ekslusif
selama enam bulan
Menurut
data SKRT 2001, pemberian ASI ekslusif pada bayi umur kurang empat bulan 49,2%.
Menurut hasil surfey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003,
didapat jumlah pemberian ASI ekslusif pada bayi dibawah usia 2 bulan mencakup
64% dari total bayi yang ada.
Hasil observasi ibu yang
baru melahirkan di Bidan Praktek Swasta Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi bahwa
50% bayi baru lahir tidak segera disusui setelah dilahirkan, kebanyakan bayi
baru lahir hanya digendong keluarga, tidur disamping ibu, dan ada juga yang
diberi susu formula, ibu tidak mau memberi ASI karena masih lelah dan ASI belum
keluar, ibu dan keluarga tidak tahu pentingnya pemberian ASI secara dini.
Ibu yang tidak segera memberikan ASI, menimbulkan
dampak positif dan negatif. Dampak negatif tersebut antara lain, terjadi
pendarahan setelah melahirkan dan pengembalian uterus lambat. Sedangkan pada bayi,
bayi mudah terserang infeksi dan alergi, sistem kekebalan tubuh kurang, mudah
terjadi gang guan pencernaan (diare) dan proses menyusui terganggu karena bayi
bingung puting. Dampak positif pengisapan ASI dalam 30 menit pertama setelah
melahirkan dapat membantu kontraksi uterus sehingga tidak terjadi pendarahan, dengan
adanya refleks menghisap akan mempercepat keluarnya ASI pada bayi merupakan
setimulasi dini tumbuh kembang anak.
Dampak negatif pada ibu dan bayi tidak akan terjadi bila ibu
melakukan penyusuan secara dini. Pemberian ASI eksklusif ini dapat dicapai bila seluruh rumah sakit, rumah
bersalin, dan tempat- tempat pelayanan ibu bersalin telah menerapkan konsep
rumah sakit ASI. Jadi kebijakan pelayanan kelahiran adalah rawat gabung, pemberian
minuman pralaktasi usia satu sampai
tiga hari, antenatal, dan pasca kelahiran. Selain itu dapat dilakukan dengan
penyuluhan, leaflet, poster-poster Humoniora (2006).
Berdasarkan
hasil observasi yang tergambar pada latar belakang di atas peneliti tertarik ingin mengetahui faktor apa
saja yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI secara dini di Bidan Praktek
Swasta Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi.
B. Identifikasi Masalah
Dengan uraian diatas peneliti dapat menarik
adanya suatu identifikasi masalah sebagaimana berikut :
1.
Masih
rendahnya tingkat kesadaran penduduk tentang pemberian ASI secara dini di Bidan
Praktek Swasta Kecamatan Cluring Kabupaten Bnayuwangi
2.
Masih
rendahnya tingkat pendidikan
3.
Kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan
4.
Masih
rendahnya tingkat ekonomi penduduk
C. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : “Apakah Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemberian
ASI Secara Dini di Bidan Praktek Swasta Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi?”.
D.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor apa yang mempengaruhi
rendahnya pemberian ASI secara dini ?
2.
Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi faktor internal ibu yang
dapat mempengaruhi pemberian ASI secara dini
b. Mengidentifikasi faktor pendukung tentang
pemberian ASI secara dini
E.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ibu, bayi, peneliti
dan petugas kesehatan.
1. Bagi Ibu
a. Ibu mengerti pentingnya ASI sejak dini
b.
Ibu mau memberikan ASI sejak
dini
2. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan tentang faktor-kator yang
mempengaruhi rendahnya pemberian ASI secara dini.
b.
Merupakan pengalaman pertama
c.
Mengembangan ilmu
3.
Bagi Petugas Kesehatan
a.
Meningkatkan mutu pelayanan
b.
Keberhasilan ASI ekslusif
c. Masukan untuk segera meningkatkan
pemberian ASI
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan
garam-garam organik yang di sekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu,
sebagai makanan utama bayi (Arifin, 2004).
Sedangkan ASI ekslusif atau
lebih tepat pemberian ASI secara ekslusif adalah bayi hanya diberi ASI saja,
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, madu, air teh, air putih dan
tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, dan tim (Roesli, 2000).
Menurut Utamai Roesli,
begitu bayi keluar dari rahim, sebaiknya bayi langsung ditaruh diperut ibunya. Biarkan diputing susu si ibu, biarkan inisiasi
ini berlangsung selama 30 menit hingga 1 jam (Roi, 2004).
ASI
dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik bagi bayi dan dapat memenuhi
kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama, ASI merupakan makanan alamiah yang
pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang
optimal.
B.
Manfaat Pemberian ASI
1. Bagi Bayi
a. ASI Sebagai
Nutrisi
Air susu seorang
ibu juga secara khusus disesuaikan untuk bayinya sendiri, misalnya ASI dari
seorang ibu yang melahirkan bayi prematur komposisinya akan berbeda dengan ibu
yang melahirkan bayi cukup bulan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal
dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan pertumbuhan kebutuhan
bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya.
b. ASI Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi
Bayi yang baru lahir secara
alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dari ibunya melalui
ari-ari. Namun kadar zat ini akan cepat sekali menurun
segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup
banyak sehingga mencaai kadar propektif pada waktu berusia 9 sampai 12
bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang
dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka
akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan
hilang apabila bayi diberi ASI, karena ASI mengandung zat kekebalan yang akan
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, virus, parasit, dan jamur.
c. ASI Ekslusif Meningkatkan Kecerdasan
Dengan memberikan ASI secara eklusif sampai bayi berusia
6 bulan akan menjamin tercapainya perkembangan potensi kecerdasan anak secara
optimal. Hal ini karena
selain sebagai nutren yang ideal dengan komposisi yang tepat. Serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi. ASI juga mengandung nutren-nutren khusus yang
diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal.
d. ASI Ekslusif Meningkatkan Jalinan Kasih
Sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu
akan merasakan kasih saying ibunya. Ia juga akan merasa aman tenteram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang
sudah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan
terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi
bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
2. Bagi
Ibu
a. Mengurangi Pendarahan Setelah Melahirkan
Apabila bayi segera di susui
setelah dilahirkan, maka kemungkinan terjadi pendarahan post partum berkurang.
Karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar
oxitosin yang berguna untuk kontriksi/penutupan pembuluh darah sehingga
pendarahan akan cepat berhenti.
b. Mengurangi
Terjadinya Anemia
Mengurangi kemungkinan
terjadinya kekurangan darah atau anemia karena kekurangan zat besi menyusui
mengurangi pendarahan.
c.
Menjarangkan Kehamilan
Menyusui meupakan cara kontrasepsi yang aman murah dan
cukup berhasil.
d.
Mengecilkan Rahim
Kadar oxitosin ibi menyusi yang meningkat sangat
membantu rahim kembali keukuran sebelum hamil
e.
Lebih Cepat Langsing Kembali
Oleh karena menyusui
memerlukan energi maka tubuh mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama
hamil. Dengan demikian berat badan akan
kembali seperti sebelum hamul.
f.
Lebih Ekonomis / Murah
Dengan memberikan ASI berrarti menghemat untuk
pengeluaran susu formula perlengkapan menyususi dan persiapan pembuatan minum
susu formula.
g. Tidak Merepotkan Dan Hemat Waktu
ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus
menyiapkan atau memasak air, juga tanpa harus mencuci botol, dan tanpa menunggu
agar susu tidak terlalu panas. Pemberian susu botol akan lebih merepotkan
terutama pada malam hari.
h.
Portabel dan Praktis
Mudah dibawa kemena-mana sehingga saat bepergian tidak usah membawa berbagai
alat untuk minum susu formula dan tidak perlu membawa alat untuk menghangatkan
susu. ASI dapat diberikan
dimana saja dan kapan saja dalam keadaan siap dimakan/minum, serta dalam suhu
yang selalu tepat.
C. Pembagian ASI
1. ASI Menurut Stadium Laktasi
a. Colostrum
1). Pengertian
Colostrum adalah cairan yang pertama kali sisekresi oleh
kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat
dalam alveoli dari kelenjar payudara sebelum dan sesudah masa puerpurium.
2). Manfaat
Merupakan suatu laanif yang
ideal untuk membrsihkan meconium dari usus bayi baru lahir dan mempersiapkan
saluran pencernaan makanan yang akan datang.
3). Komposisi
a)
Lebih
banyak mengandung protein dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dnegan ASI
matur. Pada colostrums protrin yang utama adalah globulin (gamma globulin)
b)
Lebioh banyak mengandung
antibody dibandingkan dengan ASI yang matur, dapat memberikan perlindungan bagi
bayi sampai umur 6 bulan.
c)
Kadar karbohidrat dan lemak
rendah jika dinadingkan dengan ASI matur
d)
Mineral terutama natrium,
kalium dan klorida lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur
e)
Total
energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur, hanya 58 kal/100ml
kolostrum
f) Vitamin yang larut dalam lemak lebih
tinggi jika dibandingkan dengan susu matur, sedangkan vitamin yang larut dalam
air dapat lebih tinggi atau lebih rendah
g)
Lipidnya lebih banyak
mengandung kolesterol dan lesitin dibandingan dengan ASI matur
h)
Terdapat tripsin inhibitor,
sehingga hidrolisis protein didalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini
akan lebih banyak menambah antibodi pada
bayi.
i)
Volume berkisar 150-300 ml/24 jam
b.
Air Susu Masa Peralihan
1)
Pengertian
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi
ASI yang matur. Disekresi dari hari ke 4 sampai hari ke 10 dari masa laktasi
(Soejiningsih,1997)
2)
Komposisi
a)
Kadar
protein makin rendah sedangkan kaar
karbohidrat dan lemak makin tinggi
b)
Volume juga meningkat
c.
Air Susu Matur
Pengertian
Merupakan ASI yang disekresi
pada hari ke 10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa minggu keiga sampai kelima komposisinya baru konstan. Merupakan
makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup
untuk bayi sampai umur 6 bulan, berupa cairan berwarna putih
kekuningkuningan, karena mengandung caseinat, riboblaum dan karoten. Tidak menggumpal bila dipaskan, volume 300-850 ml/24 jam. Terdapat
antimikro bacterial factor yaitu : antibody terhadap bakteri dan virus cell
(phageocrye, granu locyle, macropage, lymphocyle tipe t), enzi, (lysozime,
lactoperoxidese), protein, (laktoferin, B12 , dinding protein). Factor
resisten terhadap stophylacocus, complecement (C3 dan C4).
Siregar Arifin, (2004) pemberian asi ekslusif dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. www //http library, usu ac.id.
D.
Mitos-Mitos Tentang Menyusui
1. Menyusui Merubah Bentuk Payudara
Ini tidak benar, mitos yang
mengatakan bahwa menyusui dapat mempengaruhi atau merubah bentuk payu darah secara
permanen. Yang merubah bentuk payudara adalah kehamilan.
Kehamilan yang menyebabkan dikeluarkanya
hormon-hormon dan menyebabkan terbentuknya air susu yang mengisi payudara. Payudara
yang sudah terisi air susu tentu berbeda bentuknya dengan payu darah yang
sebelum terisi air susu. Jadi yang menyebabkan perubahan bentuk payudara adalah
kehamilan bukan menyususi. Besarnya perubahan bentuk payudara sangat tergantung dari turunan (hereditas),
usia dan oleh penambahan berat badan pada waktu kehamilan.
2.
Menyusui Dapat Menyebabkan Kesukaran
Penurunan Berat Badan
Tidak benar, menyusui dapat
membantu ibu menurunkan berat badan lebih cepat daripada yang tidak memberikan
ASI secara ekslusif. Sebab dengan menyusui timbunan lemak yang terjadi pada waktu
hamil akan dipergunakan dalam proses menyusui. Sedangkan wanita yang tidak
menyusui akan sukar menghilangkan timbunan lemak yang khusus dipersiapkan oleh
tubuh untuk menyusui.
3.
ASI Yang Pertama Kali Keluar Harus Dibuang
Karena Kotor
ASI yang keluar padahari
pertama sampai hari ke 5 dinamakan kolostrum atau susu jolong . Cairan jernih kekuningan itu mengandung zat putih telur atau
protein dalam kadar yang tinggi. Zat
anti infeksi atau zat daya tahan tubuh (immunoglobulin) dalam kadar yang lebih
tinggi dari pada susumature, disamping itu juga mengandung laktosa atau hidrat
arang dan lemak dalam kadar yang rendah
sehingga mudah dicerna. Selain sebagai nutrisi, kolostrum melindungi
bayi terhadap penyakit-penyakit infeksi. Kolostrum sangat bermanfaat bagi bayi
premature dan bayi sakit. Apabila kolostrum dibuang, bayi kurang atau tidak
mendapatkan zat-zat pelindung terhadap penyakit infeksi.
4.
ASI Belum Keluar Pada Hari-Hari Pertama
Sehingga Tidak Perlu Disusukan Pada Bayi.
Pada hari pertama sebenarnya bayi tidak memerlukan
cairan atau makanan, sehingga tidak atau belum diperlukan pemberian susu
formula ataupun cairan lain, sebelum ASI, keluar “ cukup” (cairan prelactal
feeding). Bayi pada usia 30 menit harus disusukan pada ibunya, bukan untuk
memberikan nutrisi, tetapi untuk belajar menyusui atau membiasakan menghisap puting
susu dan juga guna mempersiapkan ibu untuk memulai memproduksi ASI. Gerakan
reflek untuk menghisap pada bayi baru lahir
akan mencapai puncaknya pada waktu berusia 20-30 menit, sehingga apabila
terlambat menyususi reflek ini akan berkurang dan tidak akan kuat lagi sampai
beberapa jam kemudian. Pemberian prelactal feeding sebetulnya tidak diperlukan
karena hanya akan merugikan ibu, yaitu ASI ibu akan lebih lambat terbentuk
karena bayi tidak cukup kuat menghisap, dan merugikan bayi sebab bayi akan
kurang mendapat kolostrum. Bila bayi kurang atau tidak mendapat kolostrum akan
sering menderita mencret atau penyakit lain, terutama bila susu formula atau
cairan frelactal/lainya tercemar. Selain itu bila cairan prelaktal diberikan pada dot, kemungkinan bayi akan
mengalami kesukaran minum pasa putting susu atau bingung puting.
5.
Ibu Bekerja Tidak Dapat Memberikan ASI Ekslusif
6 Bulan
Tidak benar. Ibu bekerja dapat memberikan ASI ekslusif
selam 6 bulan dengan cara memerah ASI minimum 4 x 15 menit. Memerah ASI
sebaiknya hanya menggunakan jari tangan, tidak menggunakan pompa yang membentuk
terompet. ASI perah tahan 6-8
jam diudara luar, 24 jam dalam termos es berisi es batu, 48 jam dalam lemari es
dan 3 bulan dalam freezer.
6.
Payudara Kecil Tidak Menghasilkan Cukup ASI
Tidak benar, besar kecilnya
payudara tidak menentukan banyak atau sedikitnya produksi ASI. Karena payudara
yang besar sehingga banyak mengandung jaringan lemak. Di banding dengan payu
darah kecil. ASI dibentuk oleh jaringan kelenjar
pembentuk air susu (alveoli) dan bukan jaringan lemak. Jadi besarkecilnya payu
darah tidak menentukan banyak sedikitnya produksi ASI.
7.
ASI Ibu Kurang Gizi, Kualitasnya Kurang Baik
Bayi dan ASI sebenarnya bersipat parasit bagi ibu.
Sampai dengan batas keadaan tertentu kualitas dan kuantitas ASI akan tetap dipertahankan, walaupun harus dengan mengorbankan gizi ibu.
Kualitas ASIbaru berkurang apabila ibu menderita kekurangan gizi tingkat ke 3,
bahkan sering kali kualitas ASI masih tetap dipertahankan sampai tingkat
kekurangan gizi ibu lebih dari derajat ini.
8.
ASI Tidak Cukup
Bayi tidak cukup dapat ASI karena rakus/minumnya banyak.
Dari sebuah penelitian didapatkan data bahwa 98 ribu dari 100 ribu ibu-ibu yang
mengatakan produksi ASInya kurang, sebenarnya mempunyai cukup ASI, tetapi
kurang mendapat informasi tentang manajemen laktasi yang benar, posisi menyusui
yang tepat, serta terpengaruh mitos-mitos tentang meyusui, yang umumnya dapat menghambat produksi ASI.
Bila bayi kurang minum, sebenarnya bukan ibunya yang tidak dapat memproduksi
ASI tetapi bias disebabkan berbagai hal misalnya karena posisi menyusui yang
tidak benar. Bathara Semar, 2006), mitos-mitos tentang menyusui,
www//http:kaskus.com.
E.
Berbagai Masalah Pada Ibu Saat Menyusui
1. Pada Ibu
a. Puting datar atau terbenam
Dengan menggunakan pompa
puting, puting susu yang datar atau terbenam dapat dibantu agar menonjol dan
dapat di kecap oleh mulut bayi. Upaya ini dapat di
mulai sejak kehamilan 37 minggu dan biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi
berusia 5-7 hari. Dengan usaha yang tekun dan kerjasama yang baik antara ibu
dan bayi. Ibu akan mampu mengatasi masalah ini. Jika patyu darah penuh oleh
ASI, putting akan semakin datar sehingga bayi sulit mencekapnya. Untuk kondisi
semacam ini, ASI dapat diperas terlebih
dahulu sebelum bayi mulai menghisapnya.
b.
Puting Lecet
Puting susu dapat mengalami lecet, retak atau terbentuk
celah-celah. Biasanya keadan ini terjadi
dalam minggu pertama setelah bayi lahir. Masalah ini dapat hilang dengan sendirinya jika ibu merawat payudara secara
baik dan teratur dengan cara :
1)
Mengoles
puting susu dengan ASI setiap kali hendak dan sesudah
menyususi untuk mempercepat sembuhnya lecet dan menghilangkan rasa
perih.
2)
Jangan menggunakan BH yang
terlalu ketat
3)
Jangan
membersihkan puting susu dan daerah-daerah aerolla dengan sabun, alkohol dan
obat-obatan yang dapat merangsang kulit/puting susu.
4)
Posisi menyusui hendaknya
variasi. Jika selalu menyusui dengan posisi yang sama dapat membuat trauma yang
terus menerus ditempat yang sama sehingga memudahkan terjadinya luka lecet.
5)
Lepaskan isapan bayi setelah
selesai menyusui dengan cara benar yaitu dengan menahan dagu bayi meletakkan
jari kelingking ibu ke sudut mulut bayi dan menekanya samapai lepas dari
payudara.
c.
Payudara Bengkak
Payudara yang bengkak terjadi karena hambatan aliran
darah vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara.
Kejadian ini timbul karena produksi yang
berlebihan, sementra kebutuhan bayi pada hari-hari pertama setelah lahir masih
sedikit. Selain itu dapat terjadi karena bayi menyusui secara terjadwal, bayi
tidak menyusi dengan kuat, posisi menyusui yang salah atau karena puting susu
datar atau terbenam.
d.
Saluran Susu Tersumbat
Keadaan ini dapat timbul akibat tekanan jari pada waktu
menyusui, pemakaian penyokong payudara yang terlalu ketat atau adanya
komplikasi payudara bengkak yang tidak segera diatasi. Jika ibu merasa nyeri, payudara dapat dikompres
dengan air hangat sebelum menyusui untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak.
e.
Sindrom ASI Kurang
Ibu sering mengeluh bahwa ASI-nya kurang atau tidak
mencukupi kebutuhan bayi. Umumnya keluhan ini timbul karena kurangnya informasi
dan pengetahuan tentang apa yang terjadi.
f.
Ibu Sakit
Pada umumnya ibu sakit masih tetap menyusui bayinya
karena bayi telah dihadapkan pada penyakit ibu sebelum gejala timbul dan
dirasakan oleh ibu. Disamping itu, anti
bodi ibu yang diterima bayi melalui ASI akan melindungi bayi dari
penyakit.seandainya ibu terpaksa dirawat terpisah dari bayinya. ASI harus tetap
dikeluarkan setiap 3 jam sekali atau jika terasa penuh. Ini dilakukan untuk
menjamin kelangsungan produksinya. Jika telah sembuh ibu dapat menyusi bayinya
kembali.
g. Ibu Sering Meninggalkan Bayi Sehingga
Tidak Bisa Memberikan ASI ekslusif.
Ibu yang sering meninggalkan
bayinya tetap bias menyusi banyinya
secara ekslusif. Misalnya pada ibu yang bekerja di kantor selama dikantor, di
keluarkan ASI setiap 3 jam sekali untuk disimpan dilemari es dan dibawa pulang
untuk kebutuhan dirumah selama jam kerja. Berikan ASI memakai sendok, bila
menggunakan botol bayi akan bingung puting dengan perubahan antara puting susu
dan dot botol.
2. Masalah
Pada Bayi Menyusui
a. Bayi Bingung Puting
Istilah bingung puting
diartikan untuk bayi yang mengalami hipple confusion karena diberi susu formula
dalam botol bergantian menyusu pada ibu. Tanda-tanda bayi bingung puting bayi mengisap puting
seperti mengisap dot mengisapnya sebentar-sebentar, bayi bayi menolak menyusu
pada ibu. Untuk mencegah bingung puting, bayi hanya menyusu pada ibu, cara
menyusu yang benar, menyusui lebih sering.
b.
Bayi Enggan Menyusui
Bayi perlu mendapat perhatian khusus jika enggan
menyusu terutama jika bayi muntah, diare, mengantuk, kuning, dan
kejang-kejang. Bayi enggan menyusu
menyebabkan pilek, moniliasis, terlambat dimulainya menyusu, bayi binggung
putting, bayi dengan preeloctal feeding, tehknik menyusu yang salah. ASI kurang
lancar atau terlalu deras, bayi dengan freenulum linguae (tali lidah) pendek
yang disebut chort tonguetie.
c.
Bayi Sering Menangis
Bayi sering menagis mugkin karena lapar, takut,
kesepian, bosan, popok basah/kotor atau sakit. Dari penyebab tersebut dapat
ditanggulangi dengan cara menyusui bayi dengan tehnik yang benar sampai tangis
bayi dapat dihentikan. Kecuali jika bayi itu sakit, perlu mendapat penanganan
tersendiri.
d.
Bayi Berat Lahir Rendah
Kemampuan menghisap, menelan
serta mencerna bayi tidak sama. Biasanya bayi
membutuhkan gizi lebih banyak dan volume cairan relative lebih besar sehingga
minuman perlu diberikan dalam jumlah sedikit yang frekwensinya lebih sering. Khususnya terhadap bayi premature yang dilahirkan sebelum 33 minggu yang reflek
menghisap dan menelannya lemah dan tidak ada sama sekali.
e.
Bayi Kembar
Ibu yang hamil atau baru melahirkan bayi kembar ia
akan mampu memproduksi ASI bagi anak kembarnya. Produksi ASI akan lebih banyak karena perangsangan-perangsangan/isapan
oleh bayi kembar lebih sering. Jika salah seorang bayi
kembar terpaksa harus di tinggalkan dirumah sakit, ibu dapat menyusui yang satu
dan memompa ASI untuk yang lain. Kedua bayi menentek pada kedua payudara secara
bergantian supaya terangsang untuk kedua payudara sama.
f.
Bayi Sumbing
Bayi sumbing langit-langit lembek (palatum nole) dapat
menyusu tanpa kesulitan. Dengan memberikan posisi tegak atau berdiri agar ASI
tidak masuk kedalam hidung bayi. Bila sumbing pada bibir saja bayi dapat
menyusu sambil menutup sumbing tersebut dengan jari agar bayi dapat menghisap
dengan sempurna. (Mellyana Huliyana,2003)
F.
Faktor-Faktor Yang Meningkatkan dan
Menghambat Pengeluaran ASI
1. Yang Meningkatkan Pengeluaran ASI
a.
Bila melihat bayi
b. Memikirkan bayinya dengan penuh kasih sayang
c.
Mendengar bayinya menangis
d.
Ibu dalam keadaan tenang
2. Yang Dapat Menghambat
Pengeluaran ASI
a. Ibu yang sedang bingung atau pikiranya kacau
b. Ibu yang khawatir atau takut ASI-nya tidak cukup
c. Ibu yang khawatir atau takut ASI-nya tidak
cukup
d. Ibu kesakitan terutama pada saat menyusui
e.
Ibu sedih, cemas, marah, atau
kesal
f.
Ibu malu menyusui (Roesli,
2000)
G.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan
ASI
1.
Perubahan Sosial Budaya
a. Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainya
a. Meniru teman, tetangga atau orang
terkemuka yang memberikan susu botol
b. Merasa ketinggalan jaman jika menyusi
bayinya
2. Faktor pikologis
a. Takut kehilangan daya tarik sebagai
seorang wanita
b. Tekanan batin
3. Faktor fisik ibu
Ibu sakit, misalnya mastitis, panas dan sebagainya
4. Faktor kurangnya informasi dari petugas
kesehatan di masyarakat kurang mendapat penerangan tentang manfaat pemberian
ASI
H.
Tujuh Langkah Keberhasilan ASI Ekslusif
1. Mempersiapkan payudara ibu jika diperlukan
2.
Mempelajari
ASI dan tata laksana menyusui
3.
Menciptakan
dukungan keluarga teman dan sebagainya
4.
Memilih
tempat melahirkan yang “sayang bayi” seperti “ Rumah sakit sayang bayi” atau “
rumah bersalin yang sayang bayi”.
5.
Memilih
tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara ekslusif.
I. Faktor-Faktor Pendukung
Keberhasilan Pemberian ASI
1. Ibu harus yakin bahwa mampu menyusi bayinya
2. Ibu cukup minum (8-12 gelas/hari)
3. Ibu dalam keadaan pikiran tenang dan damai
4.
Perhatikan
cara meletakkan bayi dan cara meletakan putting pada mulut bayi dengan benar.
5.
Makin sering payu darah dihisap
bayi makin banyak produksi susu untuk bayi
6.
Pengertian
dan dukunagn keluarga, terutama dari suami sangat penting. (Siregar, 2007). Pemberian
ASI ekslusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (www//http:libaty
,usu,ac.id)
J.
Konsep Pemberian ASI Dini (Inisiatif Menyusui Dini)
1.
Pengertian
Ini siasi menyusui secara dini adalah memberikan ASI
kepada bayi yang baru lahir, bayi tersebut tidak boleh dibersihkan dahulu
ataupun dipisahkan dari sang ibu (www.keluarga sehat.com)
2.
Proses Inisiasi Menyusui Dini
Idealnya proses menyusui dapat
segera dilakukan begitu bayi lahir. Bayi yang lahir cukup bulan akan memiliki
naluri untuk menyusu pada ibunya di 20-50 menit setelah bayi lahir. Penundaan permulaan menyususi
lebih dari satu jam menyebabkan kesukaran menyusui (www.kompas.co.id)
Riset menunjukanbahwa bayi baru lahir yang diletakkan diperut ibu sesaat
setelah ia lahir akan mampu mencari payu darah ibu dan menyusu dengan baik
dalam kurun waktu kurang dari 50 menit memisahkan bayi dari ibunya sebelum hal
itu dilakukan akan membuat bayi akan kehilangan kesempatan besar. Bayi akan
mengantuk dan kehilangan minatnya menyusu pada ibunya. Akibatnya proses
inisiasi menyusui mengalami hambatan. Oleh karena itu pastikan bayi untuk mendapatkan kesempatan untuk proses
inisiasi menyusu paling tidak satu jam pertama ia lahir (www.lacarasi.co.id).
3. Manfaat
Menyusui Dini
a. Bagi Bayi
1). Menerima nutrisi lengkap
2). Membantu reflek berfikir bayi
3). Menunjang proses lancarnya ASI dikemudian
hari
4). Memperlancar
pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan
5). Simulasi
dini tumbuh kembang bayi
6). Terhindar
dari kesulitan dalam menyusui/meneteki
7). Menjalin
ikatan antara ibu dan anak
8). Membantu bayi dalam menyesuaikan dengan suhu
lingkungan
9). Menstabilkan
suhu
10). Melindungi
usus
11). Memulai
proses pembentukan anti body terhadap berbagai macam penyakit (kekebalan
tubuh)saat lahir.
12). Memberi
perlindungan pada bayi terhadap berbagai macam virus dan bakteri bersipat
pathogen sebelum kekebalan aktif pada tubuh bayi terbentuk melalui vaksinasi.
13). Melindungi bagian dalam usus bayi dan menjaganya dari subtansi-subtansi
yang dapat menyebabkan alergi
14). Isapan
pertama bayi pada putting susu ibu merangsang pengeluaran colostrums yang
mengandung zat kekebalan terhadap infeksi serta kaya akan zat gizi penting
15). Sebagai
laksative (Obat pencuci perut) yang efektip membuang meconum di usus dan
memecahkan bilirubin
16). Menstimulasi
hormone prolactin dalam memperoduksi ASI
17). Meningkat intelektual dan motorik
b. Bagi Ibu
1). Mengurangi pendarahan
Apabila bayi disusui segera
setelah dilahirkan akan terjadi
peningkatan oksitiosin yang berguna juga untuk kontraksi atau penutupan pembuluh
darah sehingga perdarahan lebih cepat berhenti.
2). Mengurangi terjadinya anemia
Karena menyusui mengurangi pendarahan
3)
Memberi kepuasan pada ibu
4) Menjalin
ikatan antara ibu dan bayi
4)
Membatu proses pengecilan rahim
4 Akibat
Dari Penundaan Pemberian ASI Secara Dini
a. Bayi akan mengantuk dan kehilangan minatnya
untuk menyusu pada ibunya
b. ASI tidak lancar atau belum keluar
c. Ibu lelah atau capek
BAB 3
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Desai penelitian adalah rencana atau
rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancang-ancang
kegiatan yang dilakukan (Arikunto, 1998). Dalam penelitian ini desain yang
digunakan yaitu deskriptif, dimana peneliti akan menggambarkan suatu fenomena
yang akan diketahui (Suharsisni Arikunto, 1998).
B.
Populasi dan Sampel
1. Populasi dan Sampel
Polulasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Ircham Macfood, MS
2006). Pada penelitian ini
adalah seluruh ibu yang partus spontan di bidan praktek swasta. Jumlah rata-rata
persalinan adalah 25 persalinan spontan.
2. Sampel
Sampel adalah sebagaian atau
wakil populasi yang diteliti (Suharsini
Arikunto, 1998).
3. Tehnik Sampling
Dalam penelitian ini tehnik
yang digunakan adalah qouta sampling
C. Kriteria
Sampel
1. Kriteria
inklusi
Adalah karakteristik yang
dapat dimasukkan atau layak untuk diketahui yaitu :
a. Ibu primigravida yang bersedia menjadi
responden
b. Ibu melahirkan secara spontan sampai
dengan 1 jam post partum di Bidan Praktek Swasta pada bulan Pebruari sampai
Maret 2008.
2. Kriteria
Ekslusi
Adalah klien yang tidak layak
untuk diteliti menjadi responden yaitu :
a. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden
b. Ibu yang melahirkan dengan tindakan atau
dirujuk
D. Hipotesa Penelitian
Apabila pemberian ASI secara
dini diberikan dengan teratur, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi akan
lebih baik.
E. Variabel
Penelitian
Adalah sesuatu yang digunakan
sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan
penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2002). Variabel
untuk penelitian ini adalah faktor-faktor pemberian ASI secara dini.
F. Definisi
Operasional
Tabel
3.1 Defini Operasinal
Variabel
|
Definisi
|
Parameter
|
Alat Ukur
|
Skala
|
Skor
|
Faktor pemberian
ASI secara dini
|
Suatu keadaan/peristiwa yang mempengaruhi
pemberian ASI secara dini yaitu segera setelah bayi dilahirkan
|
-Faktor Ibu
a.kurang informasi
b.ASI
belum keluar
c.Puting
datar
d.
lelah
-Faktor
pendukung
a.dukungan
keluarga
b.dukungan
petugas kesehatan
|
Kuesioner
|
Nominal
|
Ya : jika diberi ASI dini kemudian diberi kode 0
Tidak : jika tidak
diberi ASI dini kemudian diberi kode I
|
G. Tempat dan Waktu
Tempat :
Rumah Bidan Praktek Swasta Kecamatan
Cluring
Kabupaten Banyuwangi
Waktu Penelirian : Pebruari – Maret 2008
H.
Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan
dengan cara menyebarkan kuisioner kepada responden. Sebelumnya
calon responden diberi penjelasan perihal penelitian yang akan dilakukan. Bila calon responden bersedia maka calon
responden diminta menandatangani surat pernyataan bersedia menjadi responden.
I.
Alat Ukur
Alat ukur dalam penelitian ini
kuesioner yang diberikan kepada responden berupa sejumlah pertanyaan tertulis
untuk mendapatkan informasi tentang diri responden dan hal-hal yang ia ketahui
dan pahami.
J.
Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan
ditabulasi kemudian dianalisa secara sistematis. Dalam
penelitian ini analisa data secara deskriptif yang dikonfirmasikan dalam bentuk
presentasi dan narasi. Hasil pengisian kuesioner, jawaban yang diberi nilai 0
dan 1 pada jawaban tidak. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan distribusi
penggunaan presentasi dengan rumus :
keterangan :
p = Presentase
dari faktor
x
= Jumlah jawaban
y = Jumlah pertanyaan
Arikunto, (1998)
K.
Etika Penelitian
Sebelum mengadakan penelitian,
peneliti mengadakan observasi dan kemudian mengajukan ijin permohonan melalui
surat ijin dari Politeknik Kesehatan Majapahit Mojokerto mengadakan penelitian
dengan etika :
1.
Lembar Persetujuan Menjadi
Responden
Diberikan kepada responden
dengan pemberian penjelasan mengenai tujuan penelitian dan proses pengambilan
data
2.
Anominity
Dalam kuesioner diberikan kode
apa saja, bukan nama lengkap guna mejaga kerahasiaan identitas.
3.
Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang
telah dikumpulkan dijamin oleh peneliti.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab
ini diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di rumah Bidan Praktek Swasta pada
bulan Pebruari - Maret 2008.
Hasil
penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu : a) data umum terdiri dari
karakteristik responden, dan b) data khusus terdiri dari hasil penelitian
tentang faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian Air Susu Ibu secara dini.
Dalam
penelitian ini ada 10 item pertanyaan yang harus diisi oleh responden dan
hasilnya di analisa secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi dalam
bentuk persentase.
1. Data
Umum
a. Karakteristik
Responden
Tabel 4.1 Distribusi berdasarkan umur responden
No
|
Interval Umur
|
Jumlah
|
Persentase
|
1.
2.
3.
4.
|
17 – 22 tahun
23 – 28 tahun
29 – 34 tahun
35 – 40
tahun
|
5
9
3
5
|
22,73%
40,90%
13,64%
22,73%
|
|
Jumlah
|
22
|
100,00%
|
Dari tabel 4.1 tentang distribusi
umur tentang responden yang partus spontan di Bidan Praktek Swasta, ibu yang
berusia 17 – 22 tahun sebanyak 5 orang (22,73%),
yang berusia 23 – 28 tahun sebanyak 9 orang (40,90%), yang berusia 29 – 34
tahun sebanyak 3 orang (13,64%) dan yang berusia 35 – 40 tahun sebanyak 5 orang
(22,73%).
Tabel 4.2 Distribusi responden
berdasarkan tingkat pendidikan.
No
|
Pendidikan
|
Jumlah orang
|
Persentase
|
1.
2.
3
|
SD
SMP
SMA
|
5
12
5
|
22,73%
54,54%
22,73
|
|
Jumlah
|
22
|
100,00%
|
Dari tabel
4.2 tentang tingkat pendidikan responden
yang partus spontan di Bidan Praktek Swasta yang berpendidikan SD sebanyak 5
orang (22,73%), yang berpendidikan SMP sebanyak 12 orang (54,54%) bdan yang
berpendidikan SMA sebanyak 5 orang (22,73%).
2. Data Khusus
Pada penelitian ini faktor yang
mempunyai angka paling tinggi yang mempengaruhi pemberian Air Susu Ibu secara dini
di Bidan Praktek Swasta sebagai berikut :
Tabel 4.3 Tabel distribusi
faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI secara dini di Bidan Praktek
Swasta
No
|
Faktor yang
mempengaruhi pemberian ASI dini
|
Jumlah Nilai
|
Persentase
|
1.
2
|
Ibu
Pendukung
|
50
53
|
45,45%
48,18%
|
Dari tabel
4.3 tentang faktor yang mempengaruhi pemberian ASI secara dini di Bidan Praktek
Swasta pada bulan Pebruari – Maret 2008 menunjukkan bahwa faktor ibu mempunyai
nilai 50 (45,45%) dan faktor pendukung mempunyai 53 (48,18%).
B. Pembahasan
Sebelum membahas
hasil penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu peneliti penguraikan tentang
pelaksanaan penelitian di rumah Bidan Praktek Swasta pada bulan Pebruari –
Maret 2008 dimana jumlah responden sebanyak 22 orang.
1. Faktor
Ibu
Dari hasil
penelitian faktor ibu mempunyai angka 50 (45,45%). Faktor ibu terdiri dari
pengetahuan dan kondisi fisik ibu. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya usia dan pendidikan.
Berdasarkan
hasil penelitian responden yang berusia diatas 23 tahun sebanyak 9 orang (40,90%),
sehingga di usia dewasa lebih sulit menyerap suatu pengetahuan dibandingkan
dengan usia remaja, jadi ibu yang mempunyai usia lebih muda biasanya lebih
mudah untuk mengubah sikap dan tingkah lakunya. Hasil penelitian jumlah
responden yang paling banyak adalah berpendidikan SMP yaitu 12 orang (54,54%).
Bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi
sehingga semakin banyak pengalaman yang dimiliki, untuk dapat menerima atau menyerap
informasi yang didapat lebih mudah bagi yang berpendidikan lebih tinggi
(Nursalam, 2001).
Hasil
pengamatan atau observasi pada saat penelitian didapatkan dari kondisi fisik
ibu yang juga dapat mempengaruhi pemberian ASI secara dini. Dari kondisi fisik
ibu diantaranya puting datar atau tenggelam, ibu kelelahan sehabis melahirkan
dan ASI belum keluar. Puting datar atau tenggelam dapat diatasi dengan
menggunakan pompa puting agar puting menonjol dan dapat di cekap oleh mulut
bayi, upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 37 minggu dan biasanya hanya
perlu dibantu 5-7 hari (Hulliana Mullyana, 2003).
Di Bidan
Praktek Swasta, ibu yang melahirkan mempunyai puting datar maupun menonjol
(normal) juga tidak memberikan ASI secara dini, seharusnya para ibu tahu
pentingnya ASI dini, sejak kehamilan informasi tentang ASI dan cara merawat
puting puting yang datar guna mempersiapkan proses menyusui kelak, untuk itu
para ibu harus aktif ke posyandu, puskesmas. Dan untuk petugas kesehatan
(Bidan) diharapkan lebih aktif dalam memberikan penyuluhan dan bimbingan
tentang ASI dan cara merawat payudara menuju kesuksesan pemberian ASI secara
ekslusif.
Pada
hari-hari pertama kelahiran, bayi belum memerlukan cairan atau makanan,
sehingga belum diperlukan pemberian susu formula ataupun cairan lain. Sebelum
ASI keluar ”cukup” (cairan prelactal feeding). Bayi pada 30 menit
pertamakelahiran harus di susukan pada ibunya bukan untuk pemberian nutrisi
melainkan untuk belajar menyusu atau menghisap puting susu dan juga untuk
mempersiapkan ibu untuk mulai memproduksi ASI.
Gerakan
reflek menghisap pada bayi baru lahir akan mencapai puncaknya pada waktu 20-30
menit pertama, sehingga apabila terlambat refleks menghisap ini akan berkurang
dan tidak akan kuat lagi sampai beberapa jam kemudian. Dalam hal ini
pengetahuan ibu perlu ditingkatkan dalam upaya pemberian ASI secara dini.
2. Faktor
Pendukung
Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhirendahnya pemberian
ASI secara dini di Bidan Praktek Swasta adalah faktor pendukung, yaitu sebesar
53 orang (48,18%). Faktor pendukung terdiri dari dukungan keluarga, suami dan
peran petugas kesehatan. Ayah (suami) mempunyai peran untuk menentukan
kelancaran reflek pengeluaran ASI yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi
atau perasaan ibu. Suami dapat berperan aktif dalam keberhasilan pemberian ASI
dengan jalan memberikan dukungan secara emosional.
Peran
petugas kesehatan (Bidan) juga sangat mempengaruhi pemberian ASI secara dini,
dimana ibu ditolong dalam melahirkan juga sangat menentukan cara pemberian ASI
yang baik. Penyuluhan oleh bidan tentang pemberian ASI yang pertama keluar
sangat diperlukan karena pengalaman yang ditemukan selama ini, kolostrom
biasanya dibuang.
Di Bidan
Praktek Swasta, terkadang suami tidak diperbolehkan mendampingi ibu (istri)
pada saat persalinan, tetapi sekarang ini suami diharuskan mendampingi ibu (istri)
pada saat persalinan, ini diharapkan agar suami memberikan dukungan yang sangat
penting bagi ibu mulai persalinan sampai proses menyusui.
Selain itu
pengetahuan ibu dan keluarga (suami) tentang ASI perlu ditingkatkan untuk
memberikan dukungan agar ibu mempunyai motivasi dan kemauan untuk memberikan
ASI secara dini. Apabila pihak keluarga tidak mengetahui tentang ASI, maka
tidak akan bisa memberikan dukungan dan
penjelasan untuk segera menyusui bayi setelah dilahirkan .
Selain
dukungan dari keluarga, dukungan dari petugas kesehatan (Bidan) juga sangat
mempengaruhi pemberian ASI secara dini, terkadang bidan kurang memberikan
penjelasan tentang ASI pada ibu post partum, setelah menolong persalinan bayi
diberikan kepada ibu begitu saja padahal bidan juga sangat menentukan
keberhasilan menyusui dini. Seharusnya bidan membantu, mendampingi dan
membimbing ibu post partum dalam proses menyusui, penjelasan yang benar kepada
keluarga dan ibu post partum juga sangat menentukan dalam pemberian ASI secara
dini.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan tentang faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian
ASI secara dini di Bidan Praktek Swasta pada bulan Pebruari – Maret 2008, maka
dapat diambil simpulan bahwa di Bidan Praktek Swasta faktor yang mempengaruhi
rendahnya pemberian ASI secara dini adalah faktor pendukung yaitu 48,18%.
B. Saran
1. Bagi
Petugas Kesehatan
Petugas
kesehatan khususnya bidan untuk lebih aktif dalam membimbing, membantu dan
mendampingi ibu saat menyusui bayinya, memberikan motivasi dan memberikan
informasi tentang pemberian ASI secara dini pada ibu post partum. Selain itu
pihak keluarga seharusnya juga mendampingi ibu dalam proses persalinan sehingga
dapat memberikan ketenangan dan semangat pada ibu dalam proses persalinan dan
pemberian ASI.
2. Bagi Masyarakat
Mencari
tambahan informasi mengenai manfaat ASI secara dini sehingga para ibu khususnya
ibu post partum dapat memberikan ASI secara dini setelah melahirkan. Memberikan
motivasi dan dukungan dalam pemberian ASI kepada bayinya.
3. Bagi
Peneliti
Diharapkan
penelitian ini dijadikan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya agar lebih
sempurna dan bisa bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Anwar Saifudin. (2002), Hak Asasi
Bayi dan Pekan ASI Sedunia, WWW/http; Suara Merdeka Com.
Bathara Semar. (2006), Mitos-Mitos Tentang Menyusui, WWW/http kaskus.
com
Bidang Kesga Dinkes Banyuwangi. (2007), Jumlah Bayi Yang Diberi ASI
Ekslusif.
Hasan Iqbal. (2002), Pokok Materi Statistik, Penerbit PT.Bumi
Aksara.
Hulliana Mellyana. (2003), Perawatan Ibu Paska Melahirkan. Jakarta :
Puspa Suara.
Humaniora. (2006), Konsep Rumah Sakit Ramah ASI. WWW/http: KOMPAS.com.
ITB Central Librari. (2001),
Laporan Data Susenas, WWW/http Digilib
ITB,ac.id.
Moch.Foedz Ircham, MS. (2006), Metodologi
Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan
Dan Kebidanan, Yogyakarta : Penerbit Fitra Maya.
Roesli Utami. (2000), Tentang ASI Ekslusif. WWW/http. Rusli
com.
Rol. (2004), Menunda
pemberian asi, WWW/http. Keluarga
sehat.com.
Prof. Dr. Suharsini Ari Kunto S. (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Penerbit Rimeka
Cipta.
Prof. Dr. H.
M. Burham Bungin, S.Sos. M.Si, Metodologi
Penelitian Kuantitatif Edisi pertama.
Siregar
Arifin. (2004), Menunda Pemberian Asi Dan
Faktor Yang Mempengaruhi,
Www/Http.Library.USU Acid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar