A. Anatomi dan Fisiologi
Tulang
Rib atau iga atau Os kosta jumlahnya 12 pasang (24 buah), kiri dan
kanan, bagian depan berhubungan dengan tulang dada dengan perantaraan
tulang rawan. Bagian belakang berhubungan dengan ruas-ruas vertebra
torakalis dengan perantaraan persendian. Perhubungan ini memungkinkan
tulang-tulang iga dapat bergerak kembang kempis menurut irama
pernapasan.
Tulang iga dibagi tiga macam:
a. Iga sejati (os kosta vera), banyaknya tujuh pasang, berhubungan langsung dengan tulang dada dengan perantaraan persendian.
b. Tulang
iga tak sejati (os kosta spuria), banyaknya tiga pasang, berhubungan
dengan tulang dada dengan perantara tulang rawan dari tulang iga sejati
ke- 7.
c. Tulang iga melayang (os kosta fluitantes), banyaknya dua pasang, tidak mempunyai hubungan dengan tulang dada.
Berfungsi
dalam sistem pernapasan, untuk melindungi organ paru-paru serta
membantu menggerakkan otot diafragma didalam proses inhalasi saat
bernapas.
Setelah
tulang iga terdapat lapisan otot Musculus pectoralis mayor dan minor
merupakan muskulus utama dinding anterior thorax. Muskulus latisimus
dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya
membentuk lapisan muskulus posterior dinding posterior thorax. Tepi
bawah muskulus pectoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris
posterior.
Setelah lapisan otot. Rongga dada
berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung dengan
bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot
pernafasan yaitu muskulus interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan
rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap melalui trakea dan
bronkus.
Paru-paru
dilapisi oleh Pleura. Lapisan ini adalah membran aktif yang disertai
dengan pembuluh darah dan limfatik. Disana terdapat pergerakan cairan,
fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura
visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut
sampai ke hilus dan mediastinum bersama – sama dengan pleura parietalis,
yang melapisi dinding dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit
melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan
ekspansi paru – paru normal, hanya ruang potensial yang ada.
Rongga
toraks dibentuk oleh suatu kerangka dada berbentuk cungkup yang
tersusun dari tulang otot yang kokoh dan kuat, namun dengan konstruksi
yang lentur dan dengan dasar suatu lembar jaringan ikat yang sangat kuat
yang disebut Diaphragma. Diafragma bagian muskular perifer berasal dari
bagian bawah iga keenam kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan
dari lengkung lumbokostal, bagian muskuler melengkung membentuk tendo
sentral. Nervus frenikus mempersarafi motorik dari interkostal bawah
mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu, turut
berperan dalam ventilasi paru – paru selama respirasi biasa / tenang
sekitar 75%.
A. Pengertian
Trauma
dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru,
diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul
yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernafasan. (Azzilzah, 2010)
Fraktur iga yaitu retak atau rusaknya struktur tulang iga. Fraktur pada iga (costae) merupakan kelainan tersering yang diakibatkan trauma tumpul pada dinding dada. (Smeltzer dan Bare, 2001)
A. Etiologi
Penyebab tersering, biasanya akibat kecelakaan lalulintas, Trauma tumpul kecelakaan pada pejalan kaki, jatuh dari ketinggian, atau jatuh pada dasar yang keras atau akibat perkelahian.
B. Manifestasi klinis
Manifestasi
klinis cedera dinding dada ini tergantung dari akibatnya terhadap
fungsi respirasi dan kardiovaskuler; fraktur tulang iga sederhana yang
dialami oleh penderita trauma toraks dengan penurunan faal paru mungkin
akan mengakibatkan gangguan fungsi respirasi dan kardiovaskuler yang
cukup berat.
Nyeri tekan, crepitus dan deformitas dinding dada, adanya gerakan paradoksal, tanda–tanda insuffisiensi pernafasan : sianosis, tachypnea, Kadang akan tampak ketakutan dan cemas, karena saat bernafas bertambah nyeri.
C. Klasifikasi Fraktur Iga
Fraktur
iga dan sternum sering merupakan akibat dari trauma tumpul toraks,
dapat dijumpai mulai dari fraktur jenis sederhana (greenstick, simple,
isolated) hingga fraktur iga jamak (multiple). Borrie, J membuat pembagian fraktur iga menjadi :
a. Simple (isolated), merupakan fraktur iga tanpa kerusakan yang berarti dari jaringan lainnya.
b. Compound, truma menembus kulit dan merobek pleura parietalis di bawahnya yang disertai fraktur iga.
c. Complicated, fragmen dari fraktur iga menyebabkan cedera organ visera.
d. Pahtologic, neoplasma atau kista tulang iga sebagai penyebab dari fraktur iga.
e. Flail chest adalah area thoraks yang “melayang” (flail) oleh sebab adanya fraktur iga multipel berturutan ≥ 3 iga , dan memiliki garis fraktur ≥ 2 (segmented) pada tiap iganya dapat tanpa atau dengan fraktur sternum.
D. Patofisiologi
Costae
merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang berfungsi
memberikan perlindungan terhadap organ di dalamnya dan yang lebih
penting adalah mempertahankan fungsi ventilasi paru. Fraktur
costae dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan,
samping, ataupun dari belakang. Walaupun kontruksi tulang iga sangat
kokoh dan kuat namun tulang iga adalah tulang yang sangat dekat dengan
kulit dan tidak banyak memiliki pelindung. Apabila terjadi trauma tajam
dan trauma tumpul dengan kekuatan yang cukup besar saja yang mampu
menimbulkan cedera pada alat / organ dalam yang vital yang ada di
dalamnya. Cedera pada organ tersebut tergantung pada bagian tulang iga
yang mana yang mengalami fraktur. Cedera pada tiga iga pertama jarang
terjadi karena ditunjang pula oleh tulang-tulang dari bahu seperti
skapula, kalvikula, humerus dan seluruh otot. Namun dapat mengakibatkan
kematian yang tinggi karena fraktur tersebut berkaitan dengan laserasi
arteri atau vena subkalvia. Cedera pada iga keempat hingga kesembilan
merupakan tempat fraktur yang paling umum dapat terjadi kemungkinan
cedera jantung dan paru. Dapat mengakibatkan kerusakan ventilasi paru,
meningkatkan stimulasi saraf sehingga pasien akan mengalami nyeri yang
sangat hebat, nyeri tekan, dan spasme otot di atas area fraktur, yang
diperburuk dengan batuk, napas dalam, dan gerakan. Sehingga terjadi
masalah keperawatan yaitu Nyeri akut. Untuk
mengurangi nyeri tersebut pasien melakukan kompensasi dengan bernapas
dangkal sehingga masalah keperawatan yang akan timbul adalah Ketidakefektifan pola pernapasan dan
menghindari untuk menghela napas, napas dalam, batuk, dan bergerak.
Keengganan untuk bergerak atau bernapas ini sangat mengakibatkan
penurunan ventilasi dan juga dapat terjadi masalah keperawatan yaitu Inefektif bersihan jalan napas dan Gangguan mobilitas fisik,
selanjutnya dapat terjadi kolaps alveoli yang tidak mendapatkan udara
(atelektasis) sehingga terjadi hipoksemia bahkan dapat terjadi gagal
napas. Apabila melukai otot jantung dapat mengakibatkan tamponade
jantung dengan tertimbunnya darah dalam rongga perikardium yang akan
mampu meredam aktivitas diastolik jantung.
Sedangkan iga 10-12 agak jarang terjadi fraktur,
karena iga 10-12 ini bisa mobilisasi, apabila terjadi fraktur
kemungkinan cedera organ intraabdomen seperti pada limpa dan hepar
karena tergores oleh patahan tulang iga.
A. Penatalaksanaan
Pada
fase akut, pasien harus istirahat dan tidak melakukan aktivitas fisik
sampai nyeri dirasakan hilang oleh pasien. Pemberian Oksigen membantu
proses bernapas. Namun tidak dianjurkan dilakukan pembebatan karena
dapat mengganggu mekanisme bernapas.
Pengobatan yang diberikan
analgesia untuk mengurangi nyeri dan membantu pengembangan dada:
Morphine Sulfate. Hidrokodon atau kodein yang dikombinasi dengan aspirin
atau asetaminofen setiap 4 jam. Blok nervus interkostalis dapat
digunakan untuk mengatasi nyeri berat akibat fraktur costae - Bupivakain
(Marcaine) 0,5% 2 sampai 5 ml, diinfiltrasikan di sekitar nervus interkostalis pada costa yang fraktur serta costa-costa di atas dan di bawah yang cedera. Tempat
penyuntikan di bawah tepi bawah costa, antara tempat fraktur dan
prosesus spinosus. Jangan sampai mengenai pembuluh darah interkostalis
dan parenkim paru.
Tujuan
pengobatan adalah untuk mengontrol nyeri dan untuk mendeteksi serta
mengatasi cedera. Sedasi digunakan untuk menghilangkan nyeri dan
memungkinkan napas dalam dan batuk. Harus hati-hati untuk menghindari
oversedasi dan menekan dorongan bernapas. Strategi alternatif untuk
menghilangkan nyeri termasuk penyekat saraf interkosta dan es di atas
tempat fraktur, korset dada dapat menurunkan nyeri saat bergerak.
Biasanya nyeri dapat diatasi dalam 5 sampai 7 hari dan rasa tidak nyaman
dapat dikontrol dengan analgesia apidural, analgesia yang dikontrol
pasien, atau analgesia non-opioid. Kebanyakan fraktur iga menyembuh
dalam 3 sampai 6 minggu. Pasien dipantau dengan ketat terhadap
tanda-tanda dan gejala yang berkaitan dengan cedera.
Setelah
nyeri berkurang, lakukan latihan fisik dengan ahli fisioterapi pada
keadaan fraktur yang tidak terlalu berat. Lakukan peghisapan mukus. Pada
keadaan fraktur yang sangat buruk seperti pada Flail Chest, kasus ini membutuhkan pembedahan traksi pada bagian dinding dada yang mengambang, bila keadaan penderita stabil dapat dilakukan stabilisasi dinding dada secara operatif.
B. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Darah Lengkap secara berkala seperti pemeriksaan Hb, Ht, Leuko, Trombosit, dan analisa gas darah.
b. Rontgen Dada
c. EKG
d. Aortografi : Untuk memeriksa ada tidaknya ruptur aorta
C. Komplikasi
a. Atelektasis
b. Pneumonia
c. Hematotoraks
d. Pneumotoraks
e. Cidera arteri intercostalis
f. Pleura visceralis, paru maupun jantung
g. Laserasi jantung
D. Prognosa
Fraktur
iga pada anak dengan tanpa komplikasi memiliki prognosis baik karena
tulang iga anak-anak yang masih lentur hanya menyebabkan ruptur saja
dibutuhkan benturan yang cukup kuat untuk menyebabkan fraktur pada
tulang iga anak. Sedangkan Fraktur iga pada orang dewasa, penyambungan
tulang relatif lebih lama dan biasanya disertai komplikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar