Senin, 01 April 2013

KTI PENGARUH CARA PERSALINAN TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA PLAY GROUP DEWI RATIH GEBANG KABUPATEN JEMBER

KTI PENGARUH CARA PERSALINAN TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA PLAY GROUP DEWI RATIH GEBANG KABUPATEN JEMBER


BAB 1
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang
                    Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa” (UUD1945).Masa balita adalah masa emas (golden age) dalam rentang perkembangan seorang individu.Sekitar 16 % dari anak usia di bawah lima tahun (balita) Indonesia mengalami gangguan perkembangan saraf dan otak mulai ringan sampai berat (Depkes, 2006: 1), William James telah menyatakan bahwa pengalaman lahir begitu traumatik sehingga pengalaman itu menimbulkan kejutan bagi anak, dan trauma psikis diakibatkan oleh robeknya hubungan janin dengan ibunya. Pernyataan ini dirumuskan kedalam teori pengaruh kelahiran terhadap perkembangan kepribadian anak (teori Otto Renk tentang birth trauma). Berdasarkan persoalan persalinan, Ternyata  cara persalinan  mempunyai angka kejadian yang tinggi dalam  pengaruh perkembangan motorik kasar pada balita . Menurut teori ini, kejutan karena kelahiran menimbulkan kecemasan sebagai pengaruh yang mengganggu sepanjang hidup.(Peneliti).
1
Cara Persalinan  kejadian kematin ibu dan bayi  berkisar antara 98% sampai 99% di Negara berkembang bervariasi di berbagai tempat.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemungkinan kematian ibu dan bayi di Indonesia berkembang 100 kali lebih tinggi di bandingkan Negara maju .(Manuaba:2006).Kematian maternal dapat terjadi pada saat pertama pertolongan persalinan .Penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan , insfeksi ,gestosis. Sedangkan penyebab kematian perinatal adalah asfiksia ,trauma persalinan ,prematuritas atau berat bayi rendah  (Peneliti).
Dampak dari resiko persalinan salah satunya dikarenakan oleh dukun sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah dan penyebab utama tingginya tingginya angka kematian ibu dan bayi atau dampak bila bayi lahir .karena dukun tidak dapat mengetahui tanda tanda bahaya persalinan dan akibat pertolongan persalinan yang tidak adekuat dapat terjadi (Manuaba:2006).Hal ini mungkin terjadi karena persalinan kasep ,kematian janin dalam rahim,rupture uteri pendarahan akibat pertolongan salah ,robekan jalan ,retensio plasenta,infeksi berat .janin mengalami asfiksia ,dan trauma insfeksi sehingga apabila cara persalinan tidak dilakukan dengan sayang ibu maka akan terjadi resiko pada ibu dan anak ,dan apabila anak hidup mungkin dapat mengakibatkan kelainan tumbuh kembang(Peneliti).Berdasarkan survey pendahuluan di play group dewi ratih  gebang terdapat 24  balita  yang sekolah .
Untuk menghindari adanya dampak resiko pada cara  persalinan bidan harus memberikan pertolongan kesehatan kepada masyarakat khususnya pada pelayanan yang optimal dan untuk menurunkan kematian dan angka kesakitan dan pengaruh kelahiran terhadap anak melalui pendekatan kepada dukun beranak dengan memberikan bimbingan kasus yang memerlukan rujukan medis
Sehingga terhindar dari pengaruh kematian ibu dan pengaruh kelahiran terhadap Perkembangan kepribadian anak. Setiap 2 dari 1.000 bayi mengalami gangguan  perkembangan motorik, sehingga perlu kecepatan menegakkan diagnosis dan melakukan terapi  proses penyembuhannya.dan juga harus memperhatikan gizi yang diperoleh seseorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari,Pola asuh yang benar. Berdasarkan uraian dan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh cara persalinan terhadap  perkembangan motorik kasar pada balita di play group dewi ratih gebang kabupaten jember  Tahun 2010 karena gangguan perkembangan motorik kasar sangat berpengaruh pada perkembangan balita dan kelak akan mempengaruhi  kualitas SDM bangsa Indonesia.
B.           Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Adakah pengaruh cara persalinan  terhadap perkembangan motorik kasar pada balita di play group dewi ratih  gebang  kabupaten jember Tahun 2010 ?
C.      Tujuan Penelitian
1.      Tujuan Umum
Mengidentifikasi pengaruh cara persalinan terhadap perkembangan motorik kasar pada balita di play group dewi ratih gebang  kabupaten jember 2010
        2.   Tujuan Khusus
a)      Mengidentifikasi jumlah riwayat ibu tentang cara persalinan
b)      Mengidentifikasi jumlah balita terhadap perkembangannya
D. Manfaat Penelitian
1.  Manfaat Teoritis.
     Untuk digunakan sebagai bahan kepustakaan dalam ilmu pengetahuan tentang pengaruh cara persalinan  terhadap gangguan perkembangan motorik kasar pada balita.
2.      Bagi Peneliti.
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan yang bermanfaat ,dan dapat melatih mahasiswa membuat karya tulis ilmiah.
3.    Bagi Praktisi
Untuk menambah informasi dan sebagai masukan bagi petugas kesehatan setempat khususnya bidan sehingga dapat memberikan healt education kepada klien mengenai pengaruh cara persalinan  terhadap  persalinan terhadap  perkembangan motorik kasar pada balita.
.
    
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
          1. Persalinan                                                                                                             
a. Definisi
          Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. (Asuhan Persalinan Normal, 2007 : 108).
          Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta(Helen Varney. 2001:672).
            Persalinan adalah proses pengeluaran  hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, tanpa bantuan(kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998).
b. Klasifikasi
Bentuk persalinan nerdasarkan definisi adalah sebagai berikut:
1)   Persalinan spontan(Normal)
                 Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
2)   Persalinan buatan(Tindakan)
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, misalnya Ekstraksi vakum dan ekstraksi forsep.
Ekstraksi vakum, seperti juga ekstraksi forsep, merupakan suatu alat yang dipakai untuk memegang kepala janin yang masih berada dalam jalan lahir. Forsep yang memegang kepala janin dari samping secara teoritis memberi tenaga pada basis cranii janin, sedangkan ekstraksi vakum memegang bagian terdepan dari kepala janin, sehingga dapat dikatakan janin ditarik keluar pada rambutnya(Muchtar, 1998: 430).
3)   Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan(Manuaba, 1998).
c. Gejala klinik
1)  Tanda dan gejala inpartu termasuk :
a) Penipisan dan pembukaan serviks
b)  Kontraksi uterus yang mengakibatkan  perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit)
c)  Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina (Asuhan Persalinan Normal, 2007:37)
d. Etiologi
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanyalah merupakan teori-teori yang komplek antara lain :
1) Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebab kan kekejangan pembuluh darah hingga timbul his dan kadar progesterone turun.
2)  Teori placenta menjadi tua
Hal ini akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini makan menimbulkan kontraksi rahim.
3)  Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan menegang  menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero – plasenta.
4)  Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikale, bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
5)  Induksi partus, partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
a.    Gangguan laminaria: beberapa laminaria dimasukan kedalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus-frankenhauser.
b.    Amniotomi: pemecahan ketuban.
c.     Oksitosin drips: pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
e. Tanda dan gejala inpartu termasuk :
1.    Penipisan dan pembukaan serviks
2.    Kontraksi uterus yang mengakibatkan  perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 lenit)
3.    Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina
(Asuhan Persalinan Normal, 2007:37)
f.  Faktor-faktor penting dalam persalinan :
1) Power     :   his, kontraksi otot dinding perut,kontraksi diafragma                 
                             Pelvis atau kekuatan mengejan          
2) Pasanger :  janin 
  3) Passage   :  jalan lahir 
         g. Kala persalinan
             1)kala I      :Waktu pembukaan servik ,menjadi lengkap 10 cm
      2)Kala II :Pengeluaran janin ,waktu uterus dengan kekuatan his di  tambah kekuatan mengedan mendorong janin hingga keluar
 3)Kala III  : Waktu untuk pelepasan dan pengeluaran kala uri
 4)Kala IV : Mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam. (Rustamohchtar:1998)
h. factor Faktor yang menyebabkan pembukaan servik
            1)Mungkin otot otot cervik menarik pada pinggir ostium dan    membesarnya.
   2)Waku kontraksi segmen bawah rahim dan cervik diregang oleh isi rahim
     Terutama oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada servik. 
3)Waktu kontraksi ,bagian dari selaput yang terdapat di atas canalis cervikalis ialah disebut ketuban menonjl ke dalam cervikalis   
i.   Komplikasi
1.    Komplikasi persalinan spontan (normal)
a.    Kala I : ketuban pecah dini, ketuban pecah pembukaan kecil, fase laten panjang, pecahnya vasa previa, fase aktif memanjang.
b.    Kala I : kelainan posisi kepala, kala dua panjang, persalinan terlantar, asfiksia intrauterine, ruptura uteri iminen, ruptura uteri
c.    Kala III  : perluasan robekan, atonia, retensio plasenta,   plasenta rest, robekan serviks
d.   Kala IV    : atonia uteri, plasenta rest
                      (Manuaba, 1998)
2.    Komplikasi persalinan buatan (Tindakan)
Ekstraksi Vakum
a.    Pada ibu     : Robekan pada seviks uteri, robekan pada dinding vagina, dan   perineum
b.    Pada anak  : Perdarahan dalam otak, kaput suksadeneum artifilasis
Ekstraksi Forsep
a.    Pada ibu     :  Ruptura uteri, kolpoporheksis, robekan pada portio, vagina, peritonium, simfisiolisis, syok, perdarahan post partum, pecahnya varises vagina
b.    Pada anak  :  Hematoma pada kepala, perdarahan dalam tengkorak, fraktur kranium, protusio bulbi, perdarahan didalam corpus vitrium mata, luka lecet pada kepala
2.  Perkembangan
     a. Definisi
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk  juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1997)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan(skill)dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teraktur dan dapat diramalkan ,menyangkut adanya proses diferensi dari sel sel tubuh,jaringan tubuh ,organ organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing masing dapat
Termasuk juga perkembangan emosi,interektual dan tingkah laku sebagai interaksi dengan lingkungan.(Nikmatur Rohma ,Saiful wahid:2009).s
b.    Prinsip Perkembangan
1)      Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulus terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan sosialisasi dan kemandirian. Stimulus adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur  0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal(DEPKES RI. 2005:15)
c.     Perkembangan anak balita
1)   Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini.bahkan dad sarjana yang mengatakan bahwa “the child is the father of the man”. Sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun apabila tidak terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik, akan mengurangi kualitas sumberdaya manusia kelak kemudian hari.
Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian.perkembangan psiko sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tua atau orang dewasa lainnya. Perkembangan anak akan optimal apabila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkambangannya, bahkan sejak bayi masih didalam kandungan. Sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak.
d.   Frankerburg dkk. (1981) melalui DDST (Denver Developmental
Screening Test) mengemukakan 4 parameter perkembanagan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak balita yaitu:
1)   Personal social (kepribadian/timgkah laku sosial).
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
2)   Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar, memegang sesuatu benda, dll
Kemampuan untuk member erspon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
3)   Gross motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan sikap tubuh
     3. Perkembangan Motorik Kasar
a.    Definisi
            Perkembangan motorik kasar adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Elizabeth B.Hurlock)
b.    Prinsip perkembangan motorik kasar
Di kalangan para psikolog Amerika awal, William James (1842-1010) telah menyatakan bahwa pengalaman lahir begitu traumatik sehingga pengalaman itu menimbulkan kejutan bagi anak, dan trauma psikis diakibatkan oleh robeknya hubungan janin dengan ibunya. Pernyataan ini dirumuskan kedalam teori pengaruh kelahiran terhadap perkembangan kepribadian anak (teori Otto Renk tentang birth trauma). Menurut teori ini, kejutan karena kelahiran menimbulkan kecemasan sebagai pengaruh yang mengganggu sepanjang hidup. Karena kelahiran merupakan bahaya pertama yang dialami anak, ia menjadi model bagi semua kecemasan selanjutnya.
Studi psikologis dan medis telah membuktikan perkiraan ini. Mereka juga memberikan bukti dari berbagai studi yang telah dilakukan di bidang penelitian ini untuk menunjukkan apa saja kondisi yang menimbulkan pengaruh kelahiran pada perkembangan pascalahir. Salah satu diantara beberapa kondisi yang menimbulkan pengaruh kelahiran pada perkembangan yaitu jenis kelahiran. Secara umum terdapat dua jenis kelahiran yang berbeda yaitu kelahiran normal atau spontan dimana proses kelahiran yang terjadi tanpa bantuan dari luar dan kelahiran dengan tindakan baik dengan bantuan alat ataupun melalui proses pembedahan.
Bayi yang dilahirkan dengan spontan biasanya lebih cepat dan berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dibandingkan dengan bayi yang mengalami proses kelahiran yang lama dan sulit, dengan menggunakan peralatan atau pembedahan. Walau demikian, ketegangan ibu yang diakibatkan oleh rasa takut akan proses lahir atau karena tidak menginginkan anaknya, akan mempersulit proses kelahiran yang alami dan menyebabkan lebih sulitnya penyesuaian bayi terhadap kehidupan pascalahir.
Bayi yang lahir karena persalinan caesar umumnya paling tenang, sedikit menangis dibanding mereka yang lahir spontan atau dengan bantuan peralatan, dan lebih sedikit mengeluarkan tenaga dalam pergerakan acak tubuh. Kecuali apabila mereka mengalami kerusakan otak sebagai akibat sulitnya melakukan pernafasan, biasanya mereka melakukan penyesuaian yang lebih baik dan cepat dengan kehidupan pascalahir daripada  mereka yang dilahirkan dengan cara lain(Elizabeth B.Hurlock).
Dalam sejumlah studi longitudinal, telah diuji dan diamati sejumlah kelompok bayi dan balita selama beberapa periode untuk melihat kapan timbulnya bentuk perilaku motorik tertentu, dan untuk menemukan apakah bentuk tersebut serupa untuk anak yang lain yang umurnya sama. Dari studi tersebut lahir lima prinsip perkembangan motorik kasar :
1)   Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf
2)   Belajar keterampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang
3)   Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan
4)   Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik
5)   Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik
c.    Stimulasi 4 motorik kasar
1)   Jalan
            Sebelum orangtua memberikan stimulasi pada anak, pastikan anak sudah melalui perkembangan sebelumnya, seperti duduk, merangkak, dan berdiri. Pada kemampuan motorik kasar ini, yang harus distimulasi adalah kemampuan berdiri, berjalan ke depan, berjalan ke belakang, berjalan berjingkat, melompat/meloncat, berlari, berdiri satu kaki, menendang bola, dan lainnya. Berjalan seharusnya dikuasai saat anak berusia 1 tahun sementara berdiri dengan satu kaki dikuasai saat anak 2 tahun.
        Untuk berjalan, perkembangan yang harus dikuatkan adalah keseimbangan dalam hal berdiri. Ini berarti, si kecil tak hanya dituntut sekadar berdiri, namun juga berdiri dalam waktu yang lebih lama (ini berkaitan dengan lamanya otot bekerja, dalam hal ini otot kaki).
        Bila perkembangan jalan tidak dikembangkan dengan baik, anak akan mengalami gangguan keseimbangan. Si kecil jadi cenderung kurang pede dan ia pun selalu menghindari aktivitas yang melibatkan keseimbangan seperti main ayunan, seluncuran, dan lainnya. Sebaliknya, anak lebih memilih aktivitas pasif seperti membaca buku, main playstation, dan sebagainya.
Stimulasi:
            Orangtua berdiri berjarak dengan anak sambil memegang mainan yang menarik. Gunakan karpet bergambar atau tempelkan gambar-gambar yang menarik di lantai. Minta anak untuk menginjak karpet/lantai. Misalnya, "Ayo Dek, injak gambar gajahnya!" Mainan seperti mobil-mobilan atau troli yang bisa didorong-dorong juga bisa membantu anak belajar berjalan.
2)   Lari
Perkembangan lari akan memengaruhi perkembangan lompat dan lempar serta kemampuan konsentrasi anak kelak, Pada tugas perkembangan ini, dibutuhkan keseimbangan tubuh, kecepatan gerakan kaki, ketepatan 4 pola kaki-(heel strike/bertumpu pada tumit, toe off/telapak kaki mengangkat kemudian kaki bertumpu pada ujung-ujung jari kaki, swing/kaki berayun dan landing/setelah mengayun kaki menapak pada alas)dan motor planning (perencanaan gerak).
Lalu apa hubungan perkembangan lari dengan kemampuan konsentrasi? Begini, pada perencanaan gerak (salah satu syarat tugas perkembangan lari) dibutuhkan kemampuan otak untuk membuat perencanaan dan dilaksanakan oleh motorik dalam bentuk gerak yang terkoordinasi. Nah, kemampuan perencanaan gerak tingkat tinggi (seperti lari) akan memacu otak melatih konsentrasi.
Jika perkembangan lari tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dalam keseimbangannya, seperti mudah capek dalam beraktivitas fisik, sulit berkonsentrasi, cenderung menghindari tugas-tugas yang melibatkan konsentrasi dan aktivitas yang melibatkan kemampuan mental seperti memasang pasel, tak mau mendengarkan saat guru bercerita (anak justru asyik ke mana-mana), dan lainnya.
Stimulasi
Lari bisa dimulai ketika anak berada pada fase jalan, sekitar usia 12 bulan ke atas. Aktivitasnya bisa berupa menendang bola, main sepeda (mulai roda 4 sampai bertahap ke roda 3 dan kemudian roda 2) serta naik turun tangga.
3)   Lompat
            Kemampuan dasar yang harus dimiliki anak adalah keseimbangan yang baik, kemampuan koordinasi motorik dan motor planning (perencanaan gerak). Contoh, saat anak ingin melompati sebuah tali, ia harus sudah punya rencana apakah akan mendarat dengan satu kaki atau dua kaki. Kalaupun satu kaki, kaki mana yang akan digunakan.
            Jika anak tidak adekuat dalam perkembangan melompat, biasanya akan menghadapi kesulitan dalam sebuah perencanaan tugas yang terorganisasi (tugas-tugas yang membutuhkan kemampuan motor planning).
Stimulasi:
Lompat di tempat atau di trampolin. Jangan lompat-lompat di tempat tidur karena meski melatih motorik namun "mengacaukan" kognitif.  Dalam arti, mengajarkan perilaku atau mindset yang tidak baik pada anak. Karena seharusnya tempat tidur bukan tempat untuk melompat atau bermain.
Lompatan berjarak (gambarlah lingkaran-lingkaran dari kapur atau gunakan lingkaran holahop yang diatur sedemikian rupa letaknya). Minta anak untuk melompati lingkaran-lingkaran tersebut, gradasikan tingkat kesulitan dengan memperlebar jarak dan menggunakan kaki dua lalu satu secara bergantian.
4)   Lempar
Pada fase ini yang berperan adalah sensori keseimbangan, rasa sendi (proprioseptif), serta visual. Peran yang paling utama adalah proprioseptif, bagaimana sendi merasakan suatu gerakan atau aktivitas. Umpama, pada saat anak melempar bola, seberapa kuat atau lemah lemparannya, supaya bola masuk ke dalam keranjang atau sasaran yang dituju.
Jika kemampuan melempar tidak dikembangkan dengan baik, anak akan bermasalah dengan aktivitas yang melibatkan gerak ekstrimitas atas (bahu, lengan bawah, tangan dan jari-jari tangan). Seperti, dalam hal menulis. Tulisannya akan tampak terlalu menekan sehingga ada beberapa anak yang tulisannya tembus kertas, atau malahan terlalu kurang menekan (tipis) atau antara hurufnya jarang-jarang (berjarak). Dalam permainan yang membutuhkan ketepatan sasaran pun, anak tidak mahir. Umpama, permainan dartboard. Aktivitas motorik halus lainnya juga terganggu semisal pakai kancing baju, mengenali sepatu, makan sendiri, meronce, main pasel, menyisir rambut, melempar sasaran, dan lain-lain. Intinya, stimulasi pada perkembangan ini yang tidak optimal berindikasi pada keterampilan motorik halus yang bermasalah.
            Gangguan lain berkaitan dengan koordinasi, rasa sendi dan motor planning yang bermasalah. Contoh, ketika bola dilempar ke arah anak, ada dua kemungkinan respons anak, yaitu tangan menangkap terlambat sementara bola sudah sampai. Atau tangan melakukan gerak menangkap terlebih dahulu sementara bola belum sampai. Seharusnya, respons tangkap anak sesuai dengan stimulus datangnya bola dan anak bisa memprediksinya. Bila ada gangguan berarti anak bermasalah dalam sensori integrasinya. Sensori integrasi adalah mengintegrasikan gerak berdasarkan kemampuan dasar sensori anak. Tentunya ini dapat diatasi dengan terapi yang mengintegrasikan sensori-sensorinya.
Stimulasi:
Main lempar tangkap bola (gradasikan tingkat kesulitannya) yaitu posisi, besar bola, berat bola, dan jenis lambungan. Pada posisi bisa dilakukan sambil duduk kaki lurus, duduk kaki bersila, duduk kaki seperti huruf  W  ke belakang, jongkok, dan bahkan berdiri. Pada jenis lambungan, bisa dilakukan dengan lambungan dari atas, sejajar, atau lambungan dari bawah.
            Terlambatnya dalam perkembangan motorik perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada dibawah norma umur anak. Akibatnya pada umur tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Sebagai contoh, anak yang berada dibawah norma untuk dapat berjalan dan makan sendiri, akan dipandang sebagai anak yang “terbelakang” banyak penyebab terhambatnya perkembangan motorik, diantaranya meliputi kondisi ibu yang kurang menyenangkan selama kehamilan, trauma di kepala akibat kelahiran yang sulit, IQ di bawah normal, perlindungan yang berlebihan atau kelahiran sebelum waktunya, gizi yang kurang setelah lahir, kurangnya rangsangan, dorongan dan kesempatan menggerakkan semua bagian tubuh akan dapat memperlambat perkembangan kemampuan motorik anak, sebagian dapat dikendalikan dan sebagian lagi tidak. Hal itmungkin timbul dari kerusakan otak pada waktu lahir atau kondisi pralahir yang tidak menguntungkan atau lingkungan yang tidak menyenangkan pada permulaan pascalahir. Akan tetapi, keterlambatan lebih sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan untuk mempelajari keterampilan motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan, atau kurangnya motovasi anak untuk mempelajarinya (Elizabeth B.Hurlock).
            Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot dan serabut saraf spinal (Amori, 2008: 1). Motorik kasar merupakan area terbesar perkembangan di usia balita (Irwan, 2008: 1)  diawali dengan kemampuan duduk, merangkak, berdiri dan diakhiri dengan berjalan. Kemampuan gerak ditentukan oleh perkembangan kekuatan otot, tulang, dan koordinasi otak untuk menjaga keseimbangan tubuh dan telah dijelaskan bahwa salah satu kondisi yang mempengaruhi laju perkembangan motorik adalah kelahiran yang sukar, khususnya apabila ada kerusakan pada otak akan memperlambat perkembangan motorik.
            Terlambatnya perkembangan pada anak dibawah usia 6 tahun seringkali merupakan gejala awal dari retardasi mental. Perkembangan motorik kasar anak dinyatakan terlambat apabila pada skrining terdapat keterlambatan pada salah satu atau beberapa dari aspek perkembangan motorik kasar.
            Perkembangan motorik kasar terlambat terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi dan menghambat proses tumbuh kembang terjadi pada:
a)    Masa sebelum lahir (antenatal) :
Adanya kelainan genetik (Sindroma Down, Turner), gizi ibu hamil yang tidak adekuat kekurangan makronutrien dan atau mikronutrien, dan infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes)
b)   Masa persalinan (natal) :
Asfiksia yang terjadi karena gangguan pada plasenta dan tali pusat, kesukaran persalinan, infeksi, trauma lahir, dan tindakan pada persalinan patologik.
c)    Masa pasca persalinan (post natal) :
Pola asuh yang salah dan infeksi, gangguan syaraf dan perilaku karena pengaruh lingkungan yang tidak optimal. Gejala klinik dari gangguan tersebut antara lain : Kemampuan anak yang tidak sesuai dengan milestone/tahap umurnya. Kelainan bawaan/kongenital, Sindroma Down, Turner dll. Hipotiroid, Gagal Tumbuh, Perawakan pendek (Moersintowarti B.Narendra, dkk, 2010).
(1)     Contoh keterlambatan perkembangan motorik antara lain:
(a) Belum dapat tengkurap dari posisi terlentang sampai umur 8 bulan
(b) Tidak dapat duduk sampai umur 16 bulan
(c) Tidak dapat merambat sampai 16 bulan
(d)Tidak dapat berjalan sampai umur 18 bulan
(2)     Contoh penyimpangan perkembangan motorik:
(a) Bayi yang merangkak sebelum duduk
(b) Bayi yang dalam posisi terlentang ditarik kedua tanganya, ia tidak duduk tapi langsung berdiri.
(c) Kadang-kadang ditemukan anak yang berjalan dengan ujung jari kaki, terutama 2 tahun pertama, hal ini dapat normal dan dapat abnormal. (YPAC Semarang, 2008).
d)   Upaya untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak
            Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan, baik lingkungan sebelum anak dilahirkan maupun lingkungan setelah anak itu lahir.
1)   Faktor pralahir
       Supaya janin selama dikandung dapat tumbuh dengan baik, harus dijaga agar setiap kelainan diketahui sedini mungkin dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur. Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian diantaranya:
(a)      Gizi ibu pada waktu hamil
Kenaikan berat badan wanita hamil yang baik selama kehamilan adalah 10– 12,5 kg, supaya pada saat lahir berat badan bayi tidak rendah. Berat badan bayi rendah selain menyebabkan tingginya jumlah bayi yang sakit/meninggal, juga lebih beresiko buruk terhadap tumbuh kembang anak selanjutnya. Untuk mencapai hal tersebut dianjurkan pada ibu hamil untuk meningkatkan kalori makanan yang dimakan dengan tambahan sekitar satu porsi makanan lebih banyak daripada sebelum hamil dan juga yang mengandung gizi lengkap. Juga ditambah vitamin-vitamin yang terutama mengandung zat besi supaya ibu tidak menderita anemia yang juga akan berpengaruh buruk pada janin yang dikandungnya.
(b)     Penyakit pada ibu
Hampir semua penyakit berat yang diderita ibu pada saat hamil dapat mengakibatkan keguguran, lahir mati, atau berat badan bayi rendah. Juga beberapa dapat menyebabkan infeksi pada janin, gangguan pertumbuhan janin, bahkan cacat bawaan. Infeksi yang sering menyebabkan cacat bawaan, yang terkenal adalah TORCH (Toksoplasosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simplex), yang lainnya yang juga berpengaruh adalah cacar air, hepatitis, campak, dan lain-lain. Selain yang tersebut diatas beberapa penyakit ibu yang berpengaruh buruk pada janin diantaranya adalah hipertensi, penyakit jantung, ginjal, asma, kencing manis. Oleh karena itu dianjurkan sebelum dan selama hamil ibu memeriksakan kesehatannya secara teratur.
2)     Faktor Pada Saat Lahir
Persalinan yang berjalan mulus tanpa komplikasi pada bayinya akan memberi dampak yang baik bagi tumbuh kembang anak di kemudian hari. Karena berbagai komplikasi persalinan seperti anak tidak segera menangis saat lahir (asfiksia), trauma lahir, dapat mengakibatkan kelainan tumbuh kembang. Oleh karena itu perawatan pralahir sangat penting, dengan perawatan pralahir yang baik, akan dapat dilakukan tindakan secara lebih awal sehingga bayi lahir dengan sel
3)        Faktor Setelah Lahir
Bagaimana caranya untuk medapatkan anak yang sehat? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
(a)      Gizi anak
Makanan memegang peranan amat penting dalam tumbuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Pemberian ASI sangat penting bagi bayi karena selain nilai gizinya yang tinggi, terdapat zat-zat kekebalan yang melindungi anak dari berbagai macam infeksi. Disamping itu dengan menyusui akan mendekatkan hubungan anak-ibu. Sentuhan serta belaian ibu saat bayi berada dalam dekapannya memberikan rasa aman sehingga menenangkan bayi. ASI adalah makanan terbaik yang dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk tumbuh kembang bayi dibulan-bulan pertama kehidupannya. Dianjurkan pemberian ASI saja tanpa makanan apapun pada bayi sampai 6 bulan (ASI ekslusif). Bila kondisi ASI ibu (jumlah dan kualitasnya) tidak memenuhi kebutuhan gizi bayi, yang ditandai dengan kenaikan berat badan yang tidak adekuat, maka perlu diberikan pengganti ASI (PASI) untuk bayi usia dibawah 4 bulan, dan makanan pendamping ASI (M-PASI) untuk bayi usia diatas 4 bulan. Pengaturan makanan selanjutnya harus disesuaikan dengan usia anak. Makanan harus mengandung energi dan semua zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral) yang dibutuhkan pada tingkat usianya. Pemberian makanan pendamping harus bertahap dan bervariasi dari mulai bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat. Pada usia 1-2 tahun perlu diperkenalkan pola makanan dewasa secara bertahap dengan menu seimbang.
(b)                         Kesehatan anak
Kesehatan anak harus mendapat perhatian dari orang tua, yaitu dengan cara segera membawa anaknya yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan yang terdekat. Anak yang sehat pada umumnya akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Monitoring pertumbuhan anak dengan KMS, merupakan usaha untuk mencegah terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak. Sebaiknya anak sampai umur 3 tahun ditimbang tiap bulan. Dengan KMS kita bisa mengetahui status kesehatan anak.
(b ) Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan agar anak tidak mudah terserang atau tertular penyakit. Pemberian imunisasi harus sedini mungkin dan lengkap. Imunisasi yang wajib diberikan adalah BCG, hepatitis B, polio, DPT, dan campak, sedangkan yang dianjurkan adalah Hib, MMR, tifoid, hepatitis A, dan varisela.
(c)       Stimulasi (perangsangan)
Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi. Memberikan perhatian dan kasih sayang merupakan stimulasi yang penting pada awal perkembangan anak, misalnya dengan bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain dll. Buku bacaan anak akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta menambah wawasan terhadap lingkungannya. Bermain dan olah raga (melempar/menangkap bola, melompat, naik sepeda dll) baik untuk perkembangan motorik dan pertumbuhan otot-otot tubuh.
(d)     Perumahan
Perumahan yang layak, ventilasi dan pencahayaan cukup, tidak penuh sesak, akan menjamin keselamatan dan kesehatan penghuninya.
(e)      Sanitasi lingkungan
Kebersihan baik perorangan maupun lingkungan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak. Dengan kebersihan yang baik dapat mencegah/mengurangi terjadinya penyakit-penyakit kulit, diare, saluran pernafasan, demam berdarah dll.
(f)       Keluarga
   Suasana damai dan kasih sayang dalam keluarga sangat penting dalam tumbuh kembang anak (Garna H, 2009)
(g) Kemampuan gerak motorik kasar pada balita usia 15,18 ,24 .36  bulan. 4 ,5 Tahun
Tabel 2.1 Kemampuan gerak motorik kasar pada balita usia
Umur dalam bulan
Motor behaviour
15 bulan
 18 bulan
24  bulan
36 bulan   
4 tahun
     
  • Bisa berjalan sendiri
  • Berlari
  • Menarik mainan
  • Naik tangga dengan bantuan
  • Berlari sudah baik
  • Naik tangga sendiri dengan dua kaki tiap tahap
  • Mulai bias bersepeda
  • Memakai baju sendiri
  • Naik turun tangga tanpa bantuan
  • Berjalan jinjit
  • Melompat
  • Melompat dengan satu kaki
  • Menangkap dan melempar bola dari atas kepala
                                                            (Nikmatur rohma, Saifful :2009)                                          
4.DDST (Denver Development Screening Test
1.    Definisi
               DDST adalah salah satu dari metode screening terhadap kelainan perkmbangan anak, test ini bukanlah test diagnosa atau test IQ.
DDST adalah skrining dan pemantauan perkembangan anak yang dilakukan secara berkala dan teratur sejak anak lahir sampai usia 6 tahun.(Nikmatur Rohma ,saiful wahet:2009)
DDST memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode screening yang baik. Test ini mudah dan cepat (15-20menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa pelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat mengidentifikasikan 85-100% bayi dan anak prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada “follow up” selanjutnya ternyata 89% dari kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan disekolah 5-6 tahun kemudian.
Tetapi dari penelitian Borrowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak dapat mengidentifikasikan lebih dari separuh anak dengan kelainan bicara. Frankenburg melakukan revisi dan standarisasi kembali DDST dan juga tugas perkembangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi DDST yang dinamakan Denver II.
2.    Aspek Perkembangan yang dinilai
               Terdiri dari 125 tugas perkembangan. Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:
a)         Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
b)         Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
c)         Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan
d)         Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
3.    Alat yang digunakan
1.                                                                 Alat peraga  :Benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil, kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis anak saat diperiksa).
2.         Lembar formulir DDST II
3.         Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan cara penilaiannya.
4.    Menghitung usia anak
a)    Instruksi umum
Usia anak didapat dari tanggal pengetesan dikurangi tanggal lahir, bila penambahan, maka 1 tahun = 12 bulan =30 hari. Contoh : tanggal test 15 September 2004, anak lahir tanggal 10 maret 2000 maka usianya:
THN BLN TGL
Tanggal test 2004 - 9 - 15
Tanggal lahir 2000 - 3 - 10
Umur anak 4 thn 6 bln 5 hr
5.    Pelaksanaan Tes
a)         Instruksi umum
Pemeriksaan DDST II dapat dilaksanakan berulang kali dari usia 0 hingga 6 tahun. Gunakan lembar yang sama untuk pemeriksaan selanjutnya pada satu anak, untuk membedakannya, dapat menggunakan warna pensil yang berbeda.
b) Laporan
Saat test dilakukan, usahakan anak dalam keadaan terbaiknya dan pengasuh memberikan laporan yang akurat, sehingga saat dilakukan test, anak harus di dampingi oleh orang tua maupun penagasuhnya. Anak dapat duduk dipangku pengasuhnya, sedangkan yang sudah besar dapat duduk sendiri. Posisi anak sedapat mungkin dapat meraih benda-benda yabg digunakan.
b)         Introduction
Pelaksanaan menanyakan kapan anak lahir, apakah sesuai HPL atau prematur. Hitung usia anak, Jelaskan tentang tujuan dari pemeriksaan ini, bahwa DDST II bukanlah IQ test dan tidak harus melalui semua butir yang ditest kan.
c)         Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1)   Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:
3 - 6 bulan
9 - 12 bulan
18 - 24 bulan
3 – 5 tahun
2)   Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
d)   Penilaian
Skor dari tiap tes ditulis pada kotak segiempat/batang dekat tanda 50%
1)   “ P ” : Passed/Lulus/Lewat
Anak melakukan item dengan baik atau ibu/pengasuh memberi laporan (tepat dan dapat dipercaya) bahwa anak dapat melakukannya.
2)   “ F ”    : Fail/gagal
Anak tidak dapat melakukan item tugas dengan baik atau ibu/pengasuh memberi laporan anak tidak melakukan dengan baik.
3)   “ NO ”: No Opportunity/tidak ada kesempatan
Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan item kerena ada hambatan.
Interpretasi tes :
(a) Normal
Bila tidak ada kelambatan/”delays” dan maksimum satu kewaspadaan/”caution”.
(b) Suspect
Bila didapatkan dua atau lebih kelambatan/”caution” dan atau satu atau lebih keterlambatan”delays”.
(c) Untestable/tidak dapat diuji
Bila ada skor penolakan pada satu atau lebih item dengan lengkap ke kiri garis usia atau menolak pada lebih dari satu item tes yang ditembus garis usia pada daerah75% sampai 90%.
e)           Petunjuk pelaksanaan item-item DENVER II(motorik kasar)
1)   Gerakan seimbang
Tidur anak terlentang, amati kegiatan dari lengan dan kaki anak. Lulus bila anak menggerakan lengan dan kaki dengan seimbang. Gagal bila lengan dan atau kaki tidak bergerak sama banyaknya dengan yang lain.
2)   Mengangkat kepala
Letakkan perut anak agar bersentuhan dengan permukaan yang rata. Lulus bila anak mengangkat kepalanya paling tidak sebentar sehingga dagu berjauhan dengan permukaan tanpa menengok kekanan atau kekiri atau bila orangtua melaporkan anak dapat melakukan ini.
3)   Kepala terangkat 45°
Letakkan perut anak agar bersentuhan dengan permukaan yang rata. Lulus bila anak mengangkat kepalanya sehingga wajah membuat sudut 45° dari permukaan paling tidak selama beberapa detik, anak akan melihat kemeja didepannya, lulus kepala terangkat 45° juga lulus mengangka kepala.
4)   Kepala terangkat 90°
Letakkan perut anak agar bersentuhan dengan permukaan yang rata. Lulus bila anak mengangkat kepala dan dada sehingga membuat sudut 90° dari permukaan paling tidak selama beberapa detik, anak akan melihat lurus keatas dan biasanya akan menumpu pada kedua lengan, lulus kepala terangkat 90° dan lulus juga kepala terangkat 45° dan mengangkat kepala.
5)   Duduk kepala tegak
Pegang anak dalam posisi duduk. Lulus bila anak dapat mempertahankan kepalanya tegak dan tanpa ada gerakan turun naik paling tidak selama beberapa detik
6)   Menumpu beban pada kaki
Pegang anak dalam posisi berdiri agar kedua kakinya menapak diatas meja. Perlahan lepaskan pegangan tangan anda dari badannya tetapi dekatkan tangan kekaki dan pahanya.
7)   Dada terangkat menumpu pada lengan
Letakkan perut anak agar bersentuhan dengan permukaan yang rata. Lulus bila anak mengangkat kepala dan dada menggunakan tenaga dari kedua lengan yang membentang agar terlihat anak mengangkat kepala lurus.
8)   Membalik
Selama tes, perhatikan bila anak membalik dari tengkurep ke terlentang. Bila tidak terlihat, tanyakan ke orangtua apakah anak telah membalik dengan baik dari terlentang ke tengkurep atau dari tengkurep ke terlentang, paling tidak dua kali. Lulus bila teramati anak membalik sempurna atau bila orangtua melaporkan anak melakukan ini paing tidak dua kali.
9)   Bangkit kepala tegak
Letakkan anak terlentang. Pegang tangan dan pergelangan tangan anak lalu dengan mantap dan lambat tarik anak ke posisi dudk.bila dengan tiba-tiba kepala terjatuh, jangan lanjutkan untuk mengangkat anak dalam semua cara ke posisi duduk. Lulus bila kepala anak tidak terjatuh dalam beberapa saat, saat badan diangkat. Anak juga akan tertarik dengan anda, menggunakan bahu dan otot-otot leher.
10)    Duduk tanpa pegangan
Pegang anak dalam posisi duduk diatas meja. Pastikan anak tidak jatuh, dengan perlahan lepaskan tangan anda. Lulus bila anak duduk sendiri selama 5 detik atau lebih. Anak dapat meletakkan tangan diatas paha atau diatas meja untuk menyangga.
11)    Berdiri dengan pegangan
Letakkan anak dalam posisi berdiri dengan berpegangan pada benda yang keras, seperti kursi(bukan orang). Lulus bila anak berdiri selama 5 detik atau lebih.
12)    Bangkit untuk berdiri
Letakkan anak duduk di lantai disamping kursi atau meja yang rendah. Doronglah anak berdiri dengan meletakkan mainan diatas kursi atau meja. Lulus bila anak menarik badannya sendiri kearah posisi berdiri.
13)    Bangkit terus duduk
Saat anak berbaring atau dipegang berdiri, doronglah anak untuk ke posisi duduk. Bila tidak terlihat, tanyakan ke orangtua apa anak dapat ke posisis duduk dengan usaha sendiri. Lulus bila anda melihat anak melakukan ini/orangtua melaporkan anak dapat melakukannya.
14). Berdiri 2 detik
Berdirikan anak di lantai. Setelah ia nampaknya telah menyeimbangkan badan, cobalah untuk menyangga dari jarak dekat. Lulus bila terlihat anak berdiri tanpa ada sanggahan selama 2 detik atau lebih.
15).Berdiri sendiri
Pelaksanaan prosedur item ini sama dengan berdiri “2 detik”. Lulus bila terlihat anak berdiri tanpa ada sanggahan selama 10 detik atau lebih, luls pada item ini maka item berdiri dengan berpegangan juga lulus.
16).Membungkuk kemudian berdiri
Saat anak berdiri di lantai tanpa sanggahan/pegangan, letakkan mainan atau bola di lantai dan doronglah anak untuk mengambilnya. Lulus bila anak membungkuk ambil benda lalu berdiri tanpa pegangan /duduk.
17).Berjalan dengan baik
Amati apa anak sudah berjalan. Lulus bila anak menyeimbangkan tubuh dengan baik, jarang jatuh dan tidak miring.
18).Berjalan mundur
Doronglah anak berjalan mundur dengan ditunjukkan, atau perhatikan bila anak melakukannya selama tes. Bila tidak teramati, tanyakan ke orangtua apa anak dapat berjalan mundur. Memungkinkan dengan mainan atau membuka pintu atau penarik. Lulus bila melangkah beberapa langkah mundur tanpa duduk atau bila orangtua melaporkan anak dapa melakukan itu.
19).Lari
Doronglah anak berlari, dapat dengan melemparkan bola ke dia dengan sengaja. Lulus bila anak dapat berlari baik (bukan jalan cepat tanpa jatuh/tergelincir).
20).Berjalan naik tangga
Tanyakan ke orangtua bagaimana anaknya naik tangga. Lulus bila anak dapat naik tangga, boleh gunakan pegangan disepanjang tangga atau dinding, tapi ia tidak boleh berpegangan pada seseorang.
21).Menendang bola kedepan
Letakkan bola disekitar/didepan anak. Katakan agar anak menendang. Anda dapat melihat bagaimana anak melakukannya. Lulus bila anak menendang bola kedepan tanpa berpegangan. Bola digelinding atau didorong dengan kaki, memukul bola atau menyentuh bola diskor gagal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar