Jumat, 09 Maret 2012

konsep persalinan

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di Indonesia pre eklampsia, eklampsia masih merupakan salah satu penyebab utama kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Mereka diklasifikasikan kedalam penyakit hipertensi yang disebabkan karena kehamilan. PEB ditandai oleh eklampsia ditandai oleh adanya koma dan atau kejang disamping ketiga khas PEB. Oleh karena itu diagnossis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penangannnya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan anak.
Perlu ditekankan bahwa sindroma preeklampsia ringan dengan hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda preeklampsia sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia, disamping pengendalian terhadap faktor-faktor predisposisi yang lain.
Semua kasus PEB dan eklampsia harus dirujuk ke Rumah Sakit yang dilengkapi dengan fasilitas penanganan intensif maternal dan neonatal untuk mendapatkan terapi definitif dan pengawasan terhadap timbulnya komplikasi-komplikasi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah membuat asuhan kebidanan, diharapkan mahasiswa dapat mengerti, memahami serta mampu membuat asuhan kebidanan pada Ny “U” dengan PEB dengan menggunakan manajemen Helen Varney.


1.2.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan yang dapat kita ambil dari laporan ini adalah agar mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian data
b. Mengidentifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan
c. Menentukan identifikasi masalah potensial
d. Menentukan kebutuhan segera
e. Membuat rencana kegiatan
f. Melaksanakan evaluasi dan hasil tindakan

1.3 Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat memahami tentang konsep dasar preeklampsia-eklampsia.
b. Bagi institusi
Institusi dapat mengetahui sejauh mana mahasiswa STIKES Dian Husada Program Studi DIII Kebidanan mampu membuat asuhan kebidanan pada ibu dengan preeklampsia-eklampsia.
c. Bagi lahan praktek
Dapat meningkatkan asuhan pelayanan yang komprehensif pada pasien PEB dan memantau keadaannya.

1.4 Metode Penulisan
Di dalam penulisan asuhan kebidanan ini yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan studi kasus melalui pendekatan manajemen kebidanan yang meliputi langkah-langkah pengumpulan data, identifikasi diagnosa dan masalah, identififkasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.

1.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah :

a. Wawancara
Yaitu dengan bertanya langsung kepada klien tentang hal-hal yang berhubungan dengan latar belakang kondisi kesehatan klien.
b. Observasi langsung
Yaitu melalui pengamatan langsung maupun pemeriksaan fisik dengan inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.
c. Studi dokumen
Dengan melihat rekam medik.
d. Studi literatur
Yaitu melalui referensi dan literatur.

1.6 Sistematikan Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat, metode penulisan, teknik pengumpulan data, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka ini yang dibahas adalah teori dari preeklampsia dan eklampsia.
BAB III TINJAUAN KASUS
Meliputi pengkajian, identifikasi masalah dan diagnosa, identifikasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas tentang kesenjangan teori dan praktek di lapangan yaitu pada tinjauan kasus Ny “U” dengan preeklampsia berat.
BAB V PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA





BAB 2
TINJAUAN TEORI


2.1 Konsep Persalinan
2.1.1 Definisi
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melalui jalan lahir (Mochtar, 1998:91).
Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan(aterm,40 minggu), pada janin letak memanjang dan presentasi belakang kepala, yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan dan tanpa komplikasi (Sumapraja, 2005:47).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Sarwono, 2006:180).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta (Varney,2007:672)

2.1.2 Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada hanya beberapa teori yang kompleks.
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesteron. Progesteron sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron menurun
2. Teori plasenta menjadi tua
Karena placenta menjadi tua yang menimbulkan kontraksi rahim

3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteri plasenter
4. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terdapat ganglion serviks (fleksus fronken hauser) bila gangglion ini digeser dan ditekan oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus
5. Induksi partus
1) Amniotomi
2) Oksitosin drip
(Mochtar, 1998:92)

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Pembukaan Serviks
1. Kekuatan yang berperan mendorong janin keluar (power)
1) His (kontraksi uterus)
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma
4) Ligamentum action terutama ligamentum rotundum
2. Faktor janin (passanger)
3. Faktor jalan lahir (passage)
4. Psikis wanita (ibu)
5. Penolong
(Mochtar, 1998:75)

2.1.4 Tanda – Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “ bulannya “ atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Lightening atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul tertutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri menurun.
3. Perasaan susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi – kontraksi lemah dari uterus, kadang – kadang disebut “fase labor pains”.
5. Servik menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah ( blood show ). (Mochtar,1998:93)

2.1.5 Tanda – Tanda Inpartu
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan – robekan kecil pada serviks.
3. Kadang – Kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
(Mochtar,1998:93)
2.1.6 Proses Persalinan
Proses persalinan dibagi menajadi 4 kala :
1. Kala I : Kala pembukaan serviks
2. Kala II : Kala Pengeluaran
3. Kala III : Kala Uri
4. Kala IV : Hingga satu jam setelah plasenta lahir

1. KALA I (Kala Pembukaan)
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm). Kala satu persalinan pada ibu primigravida terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
1. Fase laten : dimana pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung 7-8 jam.
2. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 subfase:
1) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap.
2. KALA II (Kala Pengeluaran Janin)
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perinium meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi: 1 1/2 -2 jam, pada multi 1/2 -1 jam.
3. KALA III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta biasanya disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
4. KALA IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
Kala ini penting untuk menilai pendarahan ( maksimal 500 ml) dan baik tidaknya kuntraksi uterus.
(Mochtar,1998: 94-97)
2.1.7 Mekanisme Persalinan
Pada minggu terakhir kehamilan, segmen bawah rahim meluas untuk menerima kepala janin, terutama pada primi, dan juga pada multi pada aat-saat partus mulai. Untunglah, bahwa hampir 96% janin adalah letak kepala.
Pada letak belakang kepala (LBK) dijumpai pula:
Ubun-ubun kecil kiri depan = 58%
Ubun-ubun kecil kanan depan = 23%
Ubun-ubun kecil kanan belakang = 11%
Ubun-ubun kecil kiri belakang = 8%
Kenapa lebih banyak letak kepala, dikemukakan 2 teori:
1. Teori akomodasi : bentuk rahim memungkinkan bokong dan ekstremitas yang volumenya besar berada di atas, dan kepala dibawah diruangan yang lebih sempit.
2. Teori Gravitasi : kepala relatif besar dan berat, maka akan turun kebawah, karena his yang kuat, teratur dan sering maka kepala janin turun memasuki pintu atas panggul. Karena menyesuaikan diri dengan jalan lahir, kepala bertambah menekuk (fleksi maksimal), sehingga lingkar kepala yang memasuki panggul, dengan ukuran yang terkecil
Diameter suboccipito-bregmatika = 9,5 cm dan
Sirkumferensia suboccipito-bregmatika = 32 cm.
Gerakan utama kepala dalam persalinan
1. Turunnya kepala
Masuknya kepala dalam PAP. Primi (bulan terkhir kehamilan), Multi (permulaan persalinan)
2. Fleksi
Dengan majunya kepala maka fleksi bertambah, (SOF 11 cm, menjadi SOB 9,5 cm)
3. Putar paksi dalam
Menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bidang panggul, tidak terjadi sebelum Hodge III
4. Ekstensi
Disebabkan sumbu jalan lahir mengarah kedepan dan keatas
5. Putar paksi luar
Setelah kepala lahir maka kepala anak memutar kembali kearah punggung
6. Expulsi
Setelah melahirkan bahu depan dan belakang selanjutnya seluruh tubuh.
(Mochtar,1998:97)
2.1.8 Pimpinan Persalinan
1. Kala I
Pekerjaan penolong dalam Kala I adalah mengawasi wanita in pertus sebaik-baiknya serta menanamkan semangat diri kepada wanita ini bahwa persalinan adalah fisiologis. Tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong.
Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada indikasi apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau bejalan-jalan, bila berbaring, sebaiknya ke sisi dimana punggung berada.
Jika ketuban sudah pecah dilarang jalan, harus berbaring, perikasa kedalam vagina dilarang kecuali ada indikasi, karena setiap pemeriksaan akan membawa infeksi. Apalagi bila dilakukan tamap mempertahankan sterilitas. Pada kala pembukaan dilarang mengedan, karena belum waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu biasanya kala I berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 Cm.
2. Kala II
Pada permulaan kala II umunya kepala janin telah masuk dalam ruang panggul. Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri, bila belum pecah harus dipecahkan His datang lebih sering dan lebih kuat. Lalu timbullah his mengedan penolong harus telah siap untuk memimpin persalinan.
Ada 2 cara ibu mengedan
1) Letak berbaring merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada. Mulut usahakan terkatub.
2) Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring ke arah punggung janin berada dan hanya satu kaki yang di rangkul: yaitu yang sebelah atas.
Bila kepala janin sampai diluar panggul, vulva mulai terbuka, rambut kepala kelihatan, tiap His kepala His lebih maju, anus terbuka. Perineum meregang. Penolong harus menahan perineum dengan tangan kanan beralaskan kain kasa supaya tidak terjadi robekan.
Bila perineum meregang dan menipis, maka tangan kiri penolong menekan bagian belakang kepala janin kearah anus. Tangan kanan di perineum dengan ujung – ujung jari tangan kanan yang melalui kulit perineum di coba mengait dagu janin dan ditekan kearah simfisis pelan – pelan. Dengan pimpinan yang baik dan sabar, maka lahirlah kepala dengan ubun – ubun kecil (subociput) di bawah simfisis sebagai hipomoclion secara berturut – turut kelihatan : Bregma ( uub) dahi, muka dan dagu. Perhatikan apakah tali pusat melilit leher, kalau ada lepaskan. Kepala akan mengadakan putaran restitusi kearah dimana punggung janin berada. Lahirlah bahu depan dengan menarik kepala kearah anus (bawah) lalu bahu belakang dengan menarik pelan ke arah simfisis (atas). Melahirkan badan, bokong dan kaki lebih mudah yaitu dengan mengait kedua ketiak janin.
3. Kala III
Pengawasan pada kala pelepasan dan pengeluaran ini cukup penting, karena kelalaian dapat menyebabkan resiko pendarahan yang dapat membawa kematian. Kala ini berlangsung mulai dari bayi lahir sampai uri keluar lengkap biasanya uri akan lahir sepontan dalam 15 – 30 menit dapat ditunggu sampai 1 jam, tetapi tidak boleh ditunggu bila terjadi banyak pendarahan.
Kala III terdiri dari 2 fase
1. Fase Pelepasan Uri
Cara lepasnya uri ada 2 macam:
1) Schultze
Lepasnya seperti menutup payung cara ini yang paling sering terjadi ( 80 %) yang lepas duluan adalah bagian tengah.
2) Duncan
Lepasnya Uri mulai dari pinggir. Jadi pinggir uri lahir duluan (20%).

2. Fase Pengeluaran Uri
Uri yang sudah terlepas oleh kontraksi rahim akan didorong kebawah oleh rahim sekarang dianggap sebagai benda asing. Hal ini di bantu pula oleh tekanan abnormal atau mengedan, maka Uri adak dilahirkan. 20% secara spontan dan selebihnya memerlukan pertolongan.
Cara mengetahui lepasnya plasenta
1) Perasat Kustner . Tangan kanan meregangkan tali pusat, tangan kiri menekan daerah diatas simfisis bila tali pusat tidak masuk lagi kedalam vagina berarti placenta telah lepas.
2) Perasat strassman. Tangan kanan mengangkat tali pusat: tangan kiri mengetok fundus uterus. Bila terasa getaran pada tangan kanan, berarti plasenta belum lepas.
3) Perasat Klien. Ibu diminta mengejan, tali pusat akan turun bila berhenti mengejan, tali pusat masuk lagi berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus.
4. Kala IV (Kala Pengawasan)
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Darah yang keluar harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasa disebabkan oleh luka pada pelepasan uri dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata dalam batas normal, jumlah perdarahan adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc. Bila perdarahan lebih dari 500 ini sudah dianggap abnormal, harus dicari sebabnya. Penting untuk diingat untuk diingat jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan uri lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang dulu dan perhatikanlah 7 pokok penting berikut:
1) Kontraksi rahim: baik atau tidak baik dapat diketahui dengan palpasi. Bila perlu lakukanlah massage dan berikan uterus tonika: methergin, ermetrin dan pitosin.
2) Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau sedikit
3) Kandung kencing : harus kosong, kalau penuh ibu disuruh kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateter.
4) Luka-luka : jahitanya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
5) Uri dan selaput ketuban harus lengkap.
6) Keadaan umum ibu : tensi, nadi, pernapasan, rasa sakit.
7) Bayi dalam keadaan baik.
(Mochtar,1998:104-110)

2.2 Konsep Preeklampsia
2.2.1 Definisi
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer, 2002 ; 270).
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan / atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi (Mansjoer, 2002 : 270).
Super imposed preeklampsia-eklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik (Mansjoer, 2002 ; 270).
Preeklampsia adalah hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan (dhieka.andikamidwife.blogspot.com/ 6 januari 2009).
Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita preeklampsia yang disusul dengan koma (dhieka.andikamidwife.blogspot.com/ 6 januari 2009).

2.2.2 Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
(Mansjoer, 2002 : 270).

2.2.3 Manifestasi Klinis
Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan proteinuria. Penambahan berat badan yang berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat sebagai peningkatan berat badan. Pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Tekanan darah >140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada TM ke II yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakal preeklampsia. Proteinuria bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/1 dalam air kencing 24 jam / pemeriksaan kualitatif menunnjukkan + 1 atau 2 ; atau kadar proteinuria > 1 g/1 dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau urin porsi tengah, diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejala berikut :
- Tekanan darah > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg
- Protenuria + > 59/24 jam atau > 3 pada tes celup
- Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam) - Sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan - Nyeri epigastrium dan ikterus - Edema paru atau sianosis - Trombositopenia - Pertumbuhan janin terhambat Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala eklampsia disertai kejang atau koma. Sedangkan bila terdapat gejala preeklampsia berat disertai salah satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat, gangguan usus, muntah-muntah, nyeri epigastrium dan kenaikan tekanan darah yang progresif, dikatakan pasien tersebut menderita impending preeklampsia. Impending preeklampsia ditangani sebagai kasus eklampsia. (Mansjoer, 2002 : 270). 2.2.4 Pemeriksaan Penunjang - Urin : protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin - Darah, trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH dan bilirubin - USG (Mansjoer, 2002 : 270) 2.2.5 Komplikasi Tergantung derajat preeklampsia atau eklampsianya yang termasuk komplikasi antara lain antonia uteri (uterus couvelaire). Sindrom HELLP (hemolysis elevated liver enzimes low platelet count), ablasi retina, KID (koagulasi intravaskuler diseminata). Gagal ginjal, perdarahan atau edema paru, gagal jantung, hingga syok dan kematian. Komplikasi pada janin tergantung berhubungan dengan akut atau kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin terhambat dan prematuritas. (Mansjoer, 2002 : 271). 2.2.6 Diagnosis Banding - Kejang, bisa disebabkan ensefalopati hipertensi, epilepsi, tromboemboli, intoksikasi obat, trauma, hipoglikemia, hipokalsemia atau alkalosis - Koma, bisa disebabkan epilepsi, sinkop, intoksikasi alkohol atau obat asidosis, hipoglikemia atau azotemia (Mansjoer, 2002 : 271). 2.2.7 Pencegahan Preeklampsia Belum ada kesepakatan dalam strategi pencegahan preeklampsia. Beberapa penelitian menunjukkan pendekatan nutrisi (diet rendah garam, diet tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium, dll) atau mendikamentosa (teofilin, antihipertensi, diuretik, aspirin, dll) dapat mengulangi kemungkinan timbulnya preeklempsia. (Mansjoer, 2002 : 271). 2.2.8 Penatalaksanaan Preeklampsia berat Upaya pengobatan ditunjukakn untuk mencegah kejang, memulihkan organ vital pada keadaan normal dan melahirkan bayi dengan trauma sekecil-kecilnya pada ibu dan bayi. Segera rawat pasien di RS. Berikan MgSO4 dalam infus dikstrosa 5% dengan kecepatan 15-20 tpm. Dosis awal MgSO4 intravena dalam 10 menit selanjutnya 2 g/jm dalam drip insuf sampai tekanan darah stabil (140-150/90-100 mmHg). Ini diberikan sampai 24 jam pasca persalinan akut hentikan bila 6 jam PP ada perbaikan nyata ataupun tampak tanda-tanda intoksikasi, syarat pemberian MgSO4 adalah reflek patella kuat, frekuensi pernapasan >16 kali / mnt, diuresi >100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5 ml/kg 66/jm). Harus tersedia antidot mgSO4 yaitu kalsium glukonas 10% yang dapat segera diberikan secara intravena dalam 3 menit. Selama pemberian MgSO4 perhatikan TD, suhu, perasaan panas, serta wajah merah.
Berikan nifedepin 3-4 x 10 mg oral. Bila pada jam ke 4 tekanan pada diastolik belum turun sampai 20 %, berikan tambahan 10 mg oral (dosis maksimum 80 mg/hr) bila tekanan diastolik meningkat > 110 mg, berikan tambahan sublingual, tujuannya adalah penurun TD 20% dalam 6 jam. Kemudian diharapkan menjadi stabil (140-150/90-100 mmHg). Bila sulit dikendalikan, dapat dikombinasikan dengan pindolol.
Periksa TD, N, dan pernapasan tiap jam, pasang kateter dan kantong urine. Ukur urine setiap 6 jam. Bila kurang dari 100 ml/ 4 jm kurangi dosis MgSO4 menjadi 19 / jam.
Dilakukan USG dan kardiotokografi (KTG). Pemeriksaan KTG diulangi sekurang-kurangnya 2 kali / 24 jam.
Dilakukan :
- Penanganan konservatif bila kehamilan < 35 mgg tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dan keadaan janin baik. Prinsip terapi yang serupa dengan yang aktif. Hanya tidak dilakukan terminasi kehamilan. Pemberian MgSO4 2 mg IV dilanjutkan 2 g/jm dalam drip infus dekstrosa 5% 500 ml/6 jm dapat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda preeklampsia ringan. Selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila tidak ada perbaikan atau bila dalam 6 jam selama pengobatan terhadap peningkatan TD terapi dianggap gagal dan lakukan terminasi kehamilan. - Penanganan aktif bila kehamilan > 35 mgg. Ada tanda-tanda impending eklampsia kegagalan terapi konservatif ada tanda gawat janin / pertumbuhan janin terhambat dan sindrom HELLP.
Bila dari hasil KTG fungsi dinamik janin placenta baik (reaktif, cairan amnion cukup, gerak napas baik, tidak ada diselarasi lambat, tidak ada pertumbuhan janin terhambat dan skor > 5 ) rencanakan partus pervaginam. Bila kurang baik, sebaiknya lahirkan secara seksio.
Induksi dapat dilakukan dengan kateter folly, amniotomi, prostaglandine atau infus oksitosin. Berikan infus oksitosin 5 IV dalam 500 ml glukosa 5% dimulai dengan 4 tetes. Dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his 2-3 kali/10 menit, maksimum 20 tpm. Maksudnya agar cairan tidak terlalu banyak sehingga dapat terjadi edema paru.
Pada kala II pasien dapat partus spontan bila tidak perlu meneran terlalu kuat dan tekanan darah terkendali. Periksa tekanan darah tiap 10 mnt lakukan tindakan forsep atau vakum bila persalinan tidak lancar. Janin tidak dapat lahir dalam 15 menit. Pasien terpaksa meneran kuat atau terdapat indikasi gawat janin.
Berikan oksitosin 10 IV secara IM saat bayi lahir agar perdarahan minimal. Lahirkan plasenta bila kontraksi maksimal dan terdapat tanda-tanda lepasnya plansenta. Bila perdarahan > 400 ml, segera lakukan kompresi bimanual dan berikan ergometrin 0,1 mg IM.
Setelah persalinan pemberian infus tidak boleh > 60 ml/jm mengingat pasien dapat makan dan minum serta ada bahaya edema paru. Untuk makanan, berikan protein 1-1,5 g/kg BB/hr.
Berikan diuretik bila ada edema paru, payah jantung kongestif, atau edema anasarka, berupa furosemid 40 mg. Lakukan oksigenisasi 4-61/mnt. Periksa gas darah secara berkala untuk koreksi asidosis. Dengan pemberian nifedipin, oksigen. Posisi setengah duduk, dan furosemid bolus, diharapkan TD dan beban jantung berkurang. Tapi, bila ada tanda payah jantung, dapat diberikan digitalis. Berikan ventilasi mekanik bila tidak ada perbaikan dalam 6 jamk. p CO¬2 > 70 mmHg dan pO2 < 60 mmHg. Berikan obat antipiretik bila suhu rektal di atas 38,5oC dan dibantu kompres dingin atau alkohol. Antibiotik diberikan alat indikasi. Antinyeri seperti petidin HCL sebanyak 50-70 mg diberikan satu kali selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir bila pasien gelisah atau kesakitan karena kontraksi rahim. Lakukan terminasi kehamilan secara seksio memakai anestasi umum N2O mengingat keuntungan relaksasi sedasi pada ibu dan dampaknya relatif kecil bagi janin. Bila dari pemeriksaan lab tidak ada tanda KID. Dapat dilakukan anestasi epidural atau spinal. Anestesi lokal diperlukan pada indikasi terminasi segera dengan keadaan ibu kurang baik. BAB 3 TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian Oleh : Ika Ajeng Pratiwi Hari/tanggal : Jum’at, 28 Oktober 2010 Jam : 18.00 WIB Tanggal MRS : 28 Oktober 2010 Jam : 18.00 WIB No. Reg : 009957 A. Data Subyektif 1. Biodata Nama : Ny “U” Nama Suami : Tn “A” Umur : 19 thn Umur : 20 thn Agama : Islam Agama : Islam Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta Alamat : Ds Batuampir Lekok Alamat : Ds Batuampir Lekok 2. Keluhan utama Saat MRS : ibu mengatakan hamil sudah 9 bulan, ibu merasa perutnya kenceng-kenceng sejak jam 03.00 WIB dan mengeluarkan darah bercampur lendir sejak jam 06.00 WIB Saat pengkajian : ibu mengatakan masih merasa kenceng-kenceng pada perutnya 3. Riwayat haid Menarche : 12 tahun Siklus : 28 hari Lama haid : 7 hari Janin darah haid : 3x ganti pembalut / hari Warna dan bau : merah kecoklatan dan bau anyir Flour albus : tiap sebelum dan sesudah haid selama + 3 hari warna putih tidak bau, tidak gatal Dismenorhea : (-) HPHT : 02-04-2008 4. Riwayat perkawinan Umur pertama nikah : 18 tahun Lama menikah : 1 tahun Berapa kali menikah : 1 kali Jumlah anak : - 5. Riwayat kesehatan yang lalu Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti kuning, penyakit menurun seperti kencing manis dan penyakit menahun seperti darah tinggi. 6. Riwayat kesehatan sekarang Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit menular seperti paru-paru, penyakit menurun seperti darah tinggi dan penyakit menahun seperti jantung. 7. Riwayat kesehatan keluarga Ibu mengetakan dalam keluarga tidak pernah atau ada yang sedang menderita penyakit menular seperti kuning, penyakit menurun seperti kencing manis dan penyakit menahun seperti jantung serta tidak mempunyai keturunan kembar baik dari keluarga ibu ataupun suami. 8. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan KB yang lalu No Kehamilan Persalinan BBL KB Ket Suami ke Hamil ke Penyulit UK Penolong Jns Penyulit Jns klmn BB/ PB Hdp/ mati ASI 1 1 Hamil Ini 9. Riwayat kehamilan sekarang TM I : ibu periksa ke bidan tiap bulan, mual dan kadang muntah pada pagi hari, mendapatkan vitamin dari bidan dan penyuluhan tentang nutrisi yaitu makan sedikit tapi sering, ibu mengatakan sudah mendapatkan suntik TT yang pertama saat mau menikah. TM II : ibu mengatakan tidak mersakan keluhan apapun, ibu periksa tiap bulan ke bidan, mendapatkan vitamin penambah darah dan suntik TT pada UK 6 bulan, merasakan gerakan anak pertama pada UK 5 bulan. TM III : ibu mengatakan sering merasakan gerakan janin, merasa kenceng di perut bagian bawah, dan diminggu-minggu akhir kehamilan, ke 2 kali ibu bengkak, ibu kontrol ke bidan tiap 2 minggu, tekanan darah ibu tinggi. Ibu mendapat penyuluhan tentang tanda bahaya kehamilan, ibu juga mendapatkan penyuluhan tentang tanda-tanda persalinan. Ibu dianjurkan untuk memeriksakan di RS karena kondisi ibu beresiko pada ibu dan bayinya. 10. Pola kebiasaan sehari-hari a. Pola nutrisi Dirumah : makan 3x/hari, porsi sedang (+ 8-10 sendok) dihabiskan (nasi, lauk, sayur) minum + 7-8 gelas/hari air putih kadang susu Di RS : ibu belum makan, minum + 2-3 gelas air putih dan teh hangat b. Pola eliminasi Dirumah : BAB 1x/hari, konsistensi lunak, warna kuning, tidak ada keluhan Di RS : ibu belum BAB, BAK + 1-2 x warna kuning jernih c. Pola istirahat Dirumah : tidur siang + 2 jam (13.00-15.00) nyenyak Tidur malam : + 8 jam (21.00-05.00) kadang terbangun karena ibu sering BAK Di RS : ibu belum tidur karena ibu merasa gelisah d. Pola aktivitas Dirumah : ibu tidak bekerja, tiap hari ibu mengurusi pekerjaan RT seperti menyapu, memasak, dibantu dengan keluarga Di RS : ibu hanya berbaring di tempat tidur e. Personal hygiene Di rumah : mandi 2 x/hr, gosok gigi 2x/hr, keramas 2x/mgg, ganti pakaian 2x/hari Di RS : ibu belum mandi ataupun ganti pakaian 11. Data psikososial a. Psikologis Ibu mengatakan merasa khawatir dengan keadaan diri dan bayinya, ibu berharap persalinannya berjalan dengan normal. b. Sosial Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suaminya, hubungan dengan suami, keluarga, tetangga harmonis, keluarga mendukung kehamilannya. 12. Data sosial budaya Ibu mengatakan dilingkungan keluarga dan masyarakatnya masih menganut budaya jawa seperti upacara selamatan 3 bulanan dan 7 bulanan. 13. Data spiritual Ibu beragama Islam, taat beribadah tidak percaya pada hal-hal tahayul B. Data Obyektif 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : cukup TTV : TD : 160/100 mmHg N : 96 x/mnt S : 376oC (axila) RR : 24 x/mnt HPHT : 10-05-2010 TP : 17-02-2011 UK : 32 minggu 2. Pemeriksaan fisik a. Inspeksi Kepala : bersih, tidak ada ketombe, tidak ada lesi, pertumbuhan rambut merata, warna hitam, lurus, tidak rontok Wajah : simetris, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum Mata : simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret Mulut : bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak sumbing, tidak ada caries gigi Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis Dada/Payudara : simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi pada areola memmae Abdomen : tampak tegang, tidak terdapat strie gravidarum, tampak linea nigra, tidak tampak luka bekas opersi/SC, pembesaran sesuai dengan umur kehamilan Genetalia : bersih, pertumbuhan pubis merata, tidak oedema, condiloma acuminata atau talata, tidak oedema tidak ada varises, tampak lendir bercampur darah Anus : bersih, tidak tampak hemoroid, vulva dan anus belum membuka Ekstremitas atas : simetris, pergerakan normal tidak oedema, terpasang pada tangan sebelah kiri infus RL guyur 1000 cc (kosongan) Ekstremitas bawah : simetris, pergerakan normal, oedema +/+ tidak ada varises 4) Palpasi Kepala : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan bendungan vena jugularis Payudara : tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan Abdomen : Leopold I : TFU 3 jari bawah px (34 cm), teraba bulat, lunak, tidak melenting Leopold II : teraba keras, datar seperti papan di perut sebelah kiri, dan teraba bagian kecil janin di sebelah kanan perut ibu Leopold III : teraba bulat, keras, melenting, bagian terbawah sudah tidak dapat digoyangkan Leopold IV : kepala masuk PAP 2/5 bagian His : 2. 10’. 25” TBJ : (34-11) x c155 : 3565 gr 5) Auskultasi Dada : tidak terdengar ronchi, wheezing Abdomen : terdengar DJJ disebelah kiri perut ibu dengan frekuensi 13-12-12 : 148 x/mnt 6) Perkusi Reflek patella : tidak dilakukan 3. Pemeriksaan dalam Tgl : 28 – 10 - 2010 Jam : 23.00 WIB VT : keadaan vagina : lendir bercampur darah Portio : lunak Pembukaan : 5 cm Efficement : 50% Ketuban : (+) Presentasi : kepala Denominator : UUK kiri depan Molage : tidak ada molage Hodge : II 4. Pemeriksaan penunjang Tgl : 28 - 10- 2010 Jam : 18.00 WIB DL : Hb 14,7 gr % (12,0 – 16,0) UL : protein urine : (+) (satu) 3.2 Identifikasi Diagnosa/Masalah Dx : G1P¬00000 UK 40 mgg tunggal, hidup, intra uterin, letkep, inpartu, kala I fase aktif dengan PEB Ds : ibu mengatakan hamil 9 bulan, ibu merasa kenceng-kenceng sejak jam 03.00 WIB dan mengeluarkan darah bercampur lendir dari alat kelaminnya sejak jam 06.00 WIB. Do : k/u : cukup Kesadaran : composmentis TTV : TD : 170/110 mmHg S : 378 oC N : 98 x/mnt RR : 24 x/mnt HPHT : 10-05-2010 UK : 40 mgg Wajah : inspeksi : simetris, tidak pucat, tidak odema, tidak ada cloasma gravidarum Mata : inspeksi : simetris, conjungtiva merah muda, sklera putih Payudara : inspeksi : simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi pada areola mamae Palpasi : tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, colostrum belum keluar Abdomen : inspeksi : pembesaran sesuai dengan umur kehamilan, tidak terdapat strie gravidarum, tampak linea nigra, tidak terdapat luka bekas operasi/SC Palpasi : Leopold I : TFU 3 jari bawah px (34 cm). Fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting Leopold II : teraba keras, datar seperti papan di perut sebelah kiri dan teraba bagian kecil janin disebelah kanan perut ibu Leopold III : teraba bulat, keras, melenting, bagian terbawah sudah tidak dapat digoyangkan Leopold IV: kepala sudah masuk PAP 2/5 bagian His : 3x10’ x 35” TBJ : (34-11) x 155 : 3565 gr DJJ : 13-12-12 : 148 x/mnt VT pada jam 23.00 WIB Keadaan vagina : lendir bercampur darah Portio : lunak Pembukaan : 5 cm Efficement : 50% Ketuban : (+) Presentasi : kepala Denominator : UUK kiri depan Molage : tidak ada Hodge : II Ekstremitas atas : inspeksi : simetris, pergerakan normal, tidak oedema, terpasang pada tangan sebelah kiri infus RL guyur 1000 cc (kosongan) Ekstremitas bawah : inspeksi : simetris, pergerakan normal, oedema pada kedua kaki, tidak ada varises Pemeriksaan laborat Tgl : 28 Oktober 2010 Jam : 18.00 WIB DL : Hb : 14, 7 gr % (12.0-16.0) VL : protein urine (+) 2.3 Identifikasi Masalah Potensial Eklampsia 2.4 Identifikasi Kebutuhan Segera Kolaborasi dengan Dr. SpOG 2.5 Intervensi Dx : G1P00000 UK 40 mgg, tunggal, hidup, intra uterin, letak kepala, inpartu, kala I fase aktif dengan PEB Tujuan : setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan proses persalinan dapat berjalan dengan lancar. Tidak terjadi komplikasi untuk ibu dan janin yang memperberat kondisinya saat ini. Kriteria hasil : - TTV dalam batas stabil TD : 90-100 / 140-150 mmHg N : 80-100 x/mnt S : 36,5 – 37,5 oC RR : 18-24 x/mnt - His adekuat dalam 10 menit timbul 3-4 kali his dengan durasi > 45” kuat dan teratur
- DJJ dalam batas normal : 120-160 x/mnt
- Tampak tanda gejala kala II (doran, teknus, perjol, vulka)
- Tidak terjadi komplikasi yang semakin memperberat keadan ibu dan janin saat ini
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga
R/ membangun hubungan saling percaya antara tenaga kesehatan dengan ibu
2. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan
R/ ibu lebih kooperatif dalam menerima tindakan
3. Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
R/ ibu mengetahui kondisi yang sedang dialaminya saat ini
4. Observasi TTV dan kemajuan persalinan dengan patograf
R/ memantau k/u ibu dan janin serta kemajuan persalinan
5. Lakukan kolaborasi dengan Dr. SpOG
R/ kolaborasi dilakukan untuk tindakan diluar wewenang atau mandiri bidan

3.6 Implementasi
Tanggal : 28 Oktober 2010
Jam : 21.10 WIB
1. Memberi salam, memperkenalkan diri bertutur kata dengan baik dan sopan pada ibu dan keluarga
2. Memberi tahu ibu akan disuntik obat lewat infusnya, kemudian disuntik bokong kanan dan bokong kiri, ibu akan diukur tekanan darah setiap 4 jam, suhu setiap 2 jam dan nadi setiap 30 menit, selain itu ibu akan dipantau kemajuan persalinannya yang meliputi pembukaan tiap 4 jam, his tiap 30 mnt, DJJ tiap 30 mnt.
3. Memberi tahu pada ibu bahwa tensi ibu tinggi 170/110, kaki ibu bengkak itu merupakan keadaan yang mengganggu kelancaran persalinan, kondisi janin ibu baik dilihat dari denyut jantungnya masih dalam batas normal : 143 x/mnt (120-160 x/mnt).
4. Mengobservasi TTV
TD : 170/100 mmHg
N : 98 x/mnt
S : 378 oC
RR : 24 x/mnt
Kemajuan persalinan
VT pada jam 23.00 WIB
Keadaan vagina : lendir bercampur darah
Portio : lunak
Pembukaan : 5 cm
Efficement : 75%
Ketuban : (+)
Presentasi : kepala
Dinominator : UUK kiri depan
Molage : tidak ada molage
Hodge : II
His : 3. 10”. 35”
DJJ : 13-12-12 : 148 x/mnt
5. Melakukan kolaborasi dengan Dr. SpOG
- Inf. RD 5% 28 tpm
- Inj. Sm full doze
- Inj. Sm 20% 4 gr (10cc) scr IV pada jam 23.15
- Inj. Sm 40% 5 gr (12, 5 cc) scr IM boka/boki pada jam 23.45
- Pasang O2
- Berikan KIE
- Berbaring miring kiri
- Teknik bernafas yang baik saat ada His

3.7 Evaluasi
Tanggal : 29 – 10 - 2010 jam : 01.00 WIB
S : ibu mengatakan perutnya semakin terasa kenceng-kenceng, ibu ingin meneran
O : k/u cukup
Kesadaran : composmentis
TD : 160/100 mmHg S : 375 oC
N : 96 x/mnt RR : 24 x/mnt
Pemeriksaan dalam :
u/u : darah + lendir
Pembukaan : 9 cm
Efficement : 75 %
Ketuban : (-), jernih jam 18.10
Bagian terdahulu : kepala
Bagian terendah : uuk kiri depan
Hodge : III
DJJ : 13-12-13 : 152 x/mnt
Melihat dan mendengar tanda gejala kala II
Doran, teknus, perjol, vulka
A : G1P00000 inpartu kala II dengan PEB
P : mengobservasi TTV dan kemajuan persalinan dengan partograf









BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB. Dari data pengkajian didapatkan bahwa ibu mempunyai riwayat darah tinggi, dari hasil pemeriksaan fisik tampak oedema pada kedua kakinya dan ditemukan protein urin dalam urinnya. Gejala ini sesuai dengan manifestasi klinis yang ada pada tinjauan teori, sehingga diperoleh diagnosa Ny “U” G1 P0000 UK 40 mgg. Tunggal, hidup, intra uterin, letkep dengan PEB. Diagnosa dan masalah diatas ditemukan berdasarkan data subyektif dan obyektif saat pengkajian. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.
Pada tahap perencanaan semua intervensi pada tinjauan teori dapat dilakukan pada tinjauan kasus tanpa ada hambatan sehingga dalam hal ini tidak ada kesenjangan.
Pelaksanaan intervensi terhadap pasien pada tinjauan kasus dapat dilakukan semua seperti dalam tinjauan teori karena antara petugas kesehatan, pasien dan keluarga terjadi hubungan saling percaya, sehingga terjalin kerjasama yang baik. Didukung juga dengan tersediannya sarana dan prasarana yang ada yang mungkin untuk melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan intervensi.
Evaluasi dari asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB tidak ditemukan adanya hal-hal yang dikhawatirkan atau keadaan yang memperberat kondisinya saat ini. Sehingga disimpulkan di RSUD Bangil Pasuruan telah memberikan penanganan yang sesuai dengan teori yang ada.


BAB 5
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan kebidanan penulisan mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan PEB. Keberhasilan dalam perencanaan tindakan membutuhkan dukungan dari pasien dan keluarga seperti keterbukaan pasien dalam memberikan informasi tentang masalah yang dihadapi untuk mempermudah dalam mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan. Evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan asuhan untuk mencapai keberhasilan dari asuhan kebidanan berdasarkan tujuan dan kriteria hasil. Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu dengan PEB dengan menerapkan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah menurut Helen Varney.

1.2 Saran
1.2.1 Mahasiswa
- Mahasiswa diharapkan lebih mendalami kembali teori tentang preeklampsia dan eklampsia sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat dan lebih efektif sesuai dengan teori yang ada
- Dengan praktek kebidanan ini mahasiswa dapat menggali dan mendapatkan pengalaman yang banyak untuk itu mahasiswa hendaknya lebih aktif selama berada dilahan praktek
1.2.2 Insitusi
Institusi diharapkan menyediakan sumber-sumber pustaka yang up to date sehingga mahasiswa dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang kesehatan.
1.2.3 Lahan Praktek
RS lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan lebih konservatif terhadap asuhan yang diberikan serta mendokumentasikan semua tindakan yang dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Dieka.andikamidwife.blogspot.com/6januari2009
Hanawaty.wordpress.com/2008/03/20
Mansjoer, 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, edisi II. Jakarta : EGC
Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sumapraja, Sudraji. 2005. Persalinan Normal. Jakarta : Gaja Baru

Varney Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, edisi IV volume 2. Jakarta :

EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar