Jumat, 09 Maret 2012

MAKALAH TERMOREGULASI PADA BAYI BARU LAHIR (PERLINDUNGAN TERMAL)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perubahan kondisi terjadi pada neonatus yang baru lahir. Di dalam tubuh ibunya, suhu tubuh fetus selalu terjaga, begitu lahir maka hubungan dengan ibunya sudah terputus dan neonatus harus mempertahankan suhu tubuhnya sendiri melalui aktifitas metabolismenya.

Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Temperatur rektal biasanya lebih rendah 1-2 oF atau 0,556- 1,112 oC di banding suhu inti tubuhnya. Suhu membran timpani sangat akurat karena telinga tengah mempunyai sumber vascular yang sama sebagaimana vaskular yang menuju hipotalamus

Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau evaporasi.

2. Tujuan

Adapun tujuan yang termuat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

  1. Memberi pengetahuan pada pembaca
  2. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan termoregulasi dan bagaimana cara mengatasinya pada bayi baru lahir.

BAB II

TERMOREGULASI PADA BAYI BARU LAHIR

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBlL

Pada bayi baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C
Mencegah kehilangan panas :
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah dan tidak diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia.

1. TERMOREGULASI PADA BAYI BARU LAHIR (PERLINDUNGAN TERMAL)

BAYI BARU LAHIR

Secara umum dikatakan normal apabila memiliki ciri sebagai berikut :

– Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu

– Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 32 – 37 cm

– Tanda vital dalam batas normal

– Tidak ada kelainan / kecacatan

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh di dalam batas batas normal.

Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C

sistem pengaturan suhu
a.pengaturan suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin.

Tak efektif termoregulasi

Definisi :

Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan suhu tubuh normal secara efektif dengan adanya ketidaksesuaian atau perubahan faktor-faktor eksternal.

Faktor yang berhubungan

Situasional (Personal, lingkungan)

Berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan

Berhubungan dengan benda-benda yang basah dan dingin (pakaian, tempat tidur)

Berhubungan dengan permukaan tubuh yang basah

Berhubungan dengan pakaian yang tidak sesuai dengan cuaca

Maturisional

Berhubungan dengan terbatasnya regulasi kompensasi metabolik

Usia lanjut

Bayi baru lahir

Kriteria hasil :

Bayi akan

Mempunyai suhu antara 36,4-37,5ºC.

Intervensi :

1. Kurangi atau hilangkan sumber-sumber kehilangan panas pada bayi

a. Evaporasi

- Saat mandi, siapkan lingkungan yang hangat.

- Basuh dan keringkan setiap bagian untuk mengurangi evaporasi

- Batasi waktu kontak dengan pakaian atau selimut basah

b. Konveksi

- Hindari aliran udara (pendingin udara, kipas angin, lubang angin terbuka)

c. Konduksi

- Hangatkan seluruh barang-barang untuk perawatan (stetoskop, timbangan, tangan pemberi perawatan, baju, sprei)

d. Radiasi

- Kurangi benda-benda yang menyerap panas (logam)

- Tempatkan ayunan bayi tempat tidur jauh dari tembok (diluar) atau jendela jika mungkin.

2. Pantau suhu tubuh bayi

a. Jika suhu dibawah normal

- Selimuti dengan dua selimut

- Pasang tutup kepala

- Kaji sumber-sumber lingkungan untuk kehilangan panas

- Jika hipotermia menetap lebih dari 1 jam, rujuk kepada yang lebih ahli.

- Kaji terhadap komplikasi stres dingin, hipoksia, asidosis respiratorik, hipoglikemi, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, penurunan berat badan

b. Jika suhu diatas normal

- Lepaskan selimut

- Lepaskan tutup kepala, jika dikenakan

- Kaji suhu lingkungan sekali lagi

- Jika suhu hipertermia menetap lebih dari 1 jam, laporkan dokter.

Kotrol Suhu

Pusat pengendalian suhu pada bayi yang baru lahir belum sepenuhnya berfungsi sehingga bayi tidak mampu untuk mengatasi perubahan yang ekstrim atau mendadak pada lingkungan eksternalnya.

Cara pengecekan suhu bayi yang lazim dikerjakan adalah dengan meletakkan thermometer dibawah aksila dan membiarkannya selama 1 menit.

Setelah bayi dilahirkan, suhunya harus dicek setiap setengah jam sekali sampai hasil pengecekan dua kali berturut – turut menunjukkan suhu 36,5 0C. Sesudah itu pengecekan suhu ini dilakukan setiap 4 jam sekali selama 24 jam pertama dan kemudian jika tidak terdapat indikasi untuk pengecekan yang lebih sering, dua kali sehari.

Suhu harus selalu diukur sebelum bayi ditelenjangi untuk dimandikan atau dibersihkan dan bisa juga pengukuran suhu dilakukan sesudah bayi dimandikan.

Pengaturan panas

Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas dalam mengatur suhu tubuhnya yang berhubungan dengan lingkungannya, bayi ini akan terancam bahaya hipotermi jika tidak dilakukan tindakan pencegahan. Faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan pada bayi baru lahir adalah :

  • Produksi panasnya jelek karena laju metaboliknya rendah
  • Biasanya terjadi perubahan suhu yang dramatis pada lingkungan bayi tersebut khususnya jika bayi dilahirkan dalam ruangan berpendingin yang tidak disesuaikan suhunya demi kenyamanan ibu
  • Bayi lahir dalam keadaan basah sehingga terjadi kehilangan panas melalui evaporasi
  • Bayi baru lahiir memiliki permukaan tubuh yang luas jika dibandingkan dengan berat badannya
  • Pusat pengaturan suhunya didalam hipotalamus belum sepenuhnya mature sehingga proses menggigil dan berkeringat masih belum berkembang dengan baik

2. PERUBAHAN SISTEM TERMOREGULASI

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360 C. Suhu normal pada neonatus adalah 36 5 – 370 C.

Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia

Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan dibawah normal. Adapun suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 °C. Suhu normal pada neonatus 36,5-37,5°C (suhu ketiak). Gejala awal hipotermi apabila suhu <36°C atau kedua kaki & tangan teraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi terasa dingin maka bayi sudah mengalami hipotermi sedang (suhu 32-36°C). Disebut hipotermi berat bila suhu <32°C, diperlukan termometer ukuran rendah (low reading thermometer) yang dapat mengukur sampai 25°C. (Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo, 2001). Disamping sebagai suatu gejala, hipotermi merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian. (Indarso, F, 2001). Sedangkan menurut Sandra M.T. (1997) bahwa hipotermi yaitu kondisi dimana suhu inti tubuh turun sampai dibawah 35°C.

Etiologi terjadinya hipotermi pada bayi yaitu :

1)Jaringan lemak subkutan tipis.

2)Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.

3)Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.

4)BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi kedinginan. (Indarso, F, 2001).

5)Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko tinggi mengalami hipotermi. ( Klaus, M.H et al, 1998).

Mekanisme hilangnya panas pada BBL Mekanisme hilangnya panas pada bayi yaitu dengan : 1Radiasi yaitu panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek yang dingin.

2)Konduksi yaitu hilangnya panas langsung dari obyek yang panas ke obyek yang dingin.

3)Konveksi yaitu hilangnya panas dari bayi ke udara sekelilingnya.

4)Evaporasi yaitu hilangnya panas akibat evaporasi air dari kulit tubuh bayi (misal cairan amnion pada BBL). (Indarso, F, 2001).

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hipotermi Akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipotermi yaitu :

1)HipoglikemiAsidosis metabolik, karena vasokonstrtiksi perifer dengan metabolisme anaerob.

3)Kebutuhan oksigen yang meningkat.

4)Metabolisme meningkat sehingga pertumbuhan terganggu.

5)Gangguan pembekuan sehingga mengakibatkan perdarahan pulmonal yang menyertai hipotermi berat.

6)Shock.

7)Apnea.

8)Perdarahan Intra Ventricular. (Indarso, F, 2001). Pencegahan dan Penanganan Hipotermi Pemberian panas yang mendadak, berbahaya karena dapat terjadi apnea sehingga direkomendasikan penghangatan 0,5-1°C tiap jam (pada bayi < 1000 gram penghangatan maksimal 0,6 °C). (Indarso, F, 2001). Alat-alat Inkubator Untuk bayi < 1000 gram, sebaiknya diletakkan dalam inkubator. Bayi-bayi tersebut dapat dikeluarkan dari inkubator apabila tubuhnya dapat tahan terhadap suhu lingkungan 30°C. Radiant Warner Adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-tindakan. Dapat menggunakan servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).

Pengelolaan Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa pengelolaan bayi hipotermi : (1)Bayi cukup bulan -Letakkan BBL pada Radiant Warner. -Keringkan untuk menghilangkan panas melalui evaporasi. -Tutup kepala. -Bungkus tubuh segera. -Bila stabil, dapat segera rawat gabung sedini mungkin setelah lahir bayi dapat disusukan.

(2)Bayi sakit -Seperti prosedur di atas. -Tetap letakkan pada radiant warmer sampai stabil. Bayi kurang bulan (prematur) -Seperti prosedur di atas. -Masukkan ke inkubator dengan servo controle atau radiant warner dengan servo controle.

(3)Bayi yang sangat kecil -Dengan radiant warner yang diatur dimana suhu kulit 36,5 °C. ­Tutup kepala. ­Kelembaban 40-50%. ­Dapat diberi plastik pada radiant warner. ­Dengan servo controle suhu kulit abdomen 36, 5°C. ­Dengan dinding double. – Kelembaban 40-50% atau lebih (bila kelembaban sangat tinggi, dapat dipakai sebagai sumber infeksi dan kehilangan panas berlebihan). ­Bila temperatur sulit dipertahankan, kelembaban dinaikkan. ­Temperatur lingkungan yang dibutuhkan sesuai umur dan berat bayi. Tabel 2.1 Temperatur yang dibutuhkan menurut umur dan berat badan neonatus Umur Berat Badan Neonatus <1200 gr 1201-1500 gr 1501-2500 gr > 2500 gr 0-24 jam 34-35,4 33,3-34,4 31,8-33,8 31-33,8 24-48 jam 34-35 33-34,2 31,4-33,6 30,5-33 48-72 jam 34-35 33-34 31,2-33,4 30,1-33,2 72-96 jam 34-35 33-34 31,1-33,2 29,8-32,8 4-14 hari 32,6-34 31-33,2 29 2-3 minggu 32,2-34 30,5-33 3-4 minggu 31,6-33,6 30-32,2 4-5 minggu 31,2-33 29,5-32,2 5-6 minggu 30,6-32,3 29,31,8 Sumber : Klaus, M,H et al. (1998).

Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi : Mempertahankan Suhu Tubuh Untuk Mencegah Hipotermi Menurut Indarso, F (2001) menyatakan bahwa untuk mempertahankan suhu tubuh bayi dalam mencegah hipotermi adalah :

(1)Mengeringkan bayi segera setelah lahir Cara ini merupakan salah satu dari 7 rantai hangat ;

a.Menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering dan bersih.

b.Mengeringkan tubuh bayi yang baru lahir/ air ketuban segera setelah lahir dengan handuk yang kering dan bersih.

c.Menjaga bayi hangat dengan cara mendekap bayi di dada ibu dengan keduanya diselimuti (Metode Kangguru).

d.Memberi ASI sedini mungkin segera setelah melahirkan agar dapat merangsang pooting reflex dan bayi memperoleh kalori dengan : -Menyusui bayi. -Pada bayi kurang bulan yang belum bisa menetek ASI diberikan dengan sendok atau pipet. -Selama memberikan ASI bayi dalam dekapan ibu agar tetap hangat.

e.Mempertahankan bayi tetap hangat selama dalam perjalanan pada waktu rujukan.

f.Memberikan penghangatan pada bayi baru lahir secara mandiri.

g.Melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan. Menunda memandikan bayi lahir sampai suhu tubuh normal

Untuk mencegah terjadinya serangan dingin, ibu/keluarga dan penolong persalinan harus menunda memandikan bayi.

a.Pada bayi lahir sehat yaitu cukup bulan, berat < 2500 gram, langsung menangis kuat, memandikan bayi ditunda 24 jam setelah kelahiran. Pada saat memandikan bayi, gunakan air hangat.

b.Pada bayi lahir dengan resiko, keadaan umum bayi lemah atau bayi dengan berat lahir 2000 gram sebaiknya jangan dimandikan. Tunda beberapa hari sampai keadaan umum membaik yaitu bila suhu tubuh stabil, bayi sudah lebih kuat dan dapat menghisap ASI dengan baik. Menangani Hipotermi

(1)Bayi yang mengalami hipotermi biasanya mudah sekali meninggal. Tindakan yang harus dilakukan adalah segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu.

(2)Cara lain yang sangat sederhana dan mudah dikerjakan setiap orang ialah metode dekap, yaitu bayi diletakkan telungkup dalam dekapan ibunya dan keduanya diselimuti agar bayi senantiasa hangat.

(3)Bila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain hangat yang diseterika terlebih dahulu yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukan berulangkali sampai tubuh bayi hangat. Tidak boleh memakai buli-buli panas, bahaya luka bakar.

(4)Biasanya bayi hipotermi menderita hipoglikemia sehingga bayi harus diberi ASI sedikit-sedikit dan sesering mungkin. Bila bayi tidak dapat menghisap beri infus glukosa 10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

Gejala hipotermia:

1. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah.

2. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.

3. Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan.

4. Muka bayi berwarna merah terang

5. Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian.

Mekanisme terjadinya Hipotermia: Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena penurunan suhu tubuh yang dapat terjadi melalui:

1. Radiasi : Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, misal : BBL diletakkan ditempat yang dingin.

2. Evaporasi : Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap, misal : BBL tidak langsung dikeringkan dari air ketuban.

3. Konduksi : Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin, misal : popok/celana basah tidak langsung diganti.

4. Konveksi : Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi, misal : BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka.

3. PENGATURAN TEMPERATUR

Pusat pengaturan suhu di hypothalamus belum berkembang, walaupun sudah aktif. Kelenjar keringat belum berfungsi normal, mudah kehilangan panas tubuh (perbandingan luas permukaan dan berat badan lebih besar, tipisnya lemak subkutan, kulit lebih permeable terhadap air), sehingga neonatus sulit mengatur suhu tubuh dan sangat terpengaruh oleh suhu lingkungan (bersifat poikilotermik). Produksi panas mengandalkan pada proses non-shivering thermogenesis yang dihasilkan oleh jaringan lemak coklat yang terletak diantara scapula, axila, mediastinum dan sekitar ginjal. Hipoksia mencegah produksi panas dari lemak coklat (Morgan HAH,1993)

Hipotermia dapat terjadi akibat dehidrasi, suhu sekitar yang panas, selimut atau kain penutup yang tebal dan pemberian obat penahan keringat (misal: atropin, skopolamin). Adapun hipotermia bisa disebabkan oleh suhu lingkungan yang rendah, permukaan tubuh terbuka, pemberian cairan infuse/ tranfusi darah dingin, irigasi oleh cairan dingin, pengaruh obat anestesi umum (yang menekan pusat regulasi suhu) maupun obat vasodilator.

Temperature lingkungan yang direkomendasikan untuk neonatus adalah 270C. Paparan dibawah suhu ini akan mengandung resiko diantaranya: cadangan energi protein akan berkurang, adanya pengeluaran katekolamin yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan tahanan vaskuler paru dan perifer, lebih jauh lagi dapat menyebabkan lethargi, shunting kanan ke kiri, hipoksia dan asidosis metabolic.

Untuk mencegah hipotermia bias ditempuh dengan : memantau suhu tubuh, mengusahakan suhu kamar optimal atau pemakaian selimut hangat, lampu penghangat, incubator, cairan intra vena hangat, begitu pula gas anestesi, cairan irigasi maupun cairan antiseptic yang digunakan yang hangat.

Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu diperlukan pencegahan kehilangan panas pada tubuh bayi karena bayi dapat mengalami hipotermi. Bayi dengan hipotermia sangat beresiko tinggi mengalami kesakitan berat bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun didalam ruangan yang relative hangat. Cegah kehilangan panas pada bayi dengan upaya antara lain :

  • Segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi. Hal ini juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernafasan.
  • Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
  • Segera setelah tubuh bayi dikeringkan dan tali pusat dipotong, ganti handuk dan kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan selimut dan kain hangat, kering dan bersih. Kain basah yang diletakkan dekat tubuh bayi akan menyebabkan bayi tersebut mengalami kehilangan panas tubuh. Jika selimut bayi harus dibuka untuk melakukan suatu prosedur, segera selimuti kembali dengan handuk atau selimut kering, segera setelah prosedur tersebut selesai.
  • Tutupi kepala bayi.
    Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak ditutup.
  • Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
    Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian asi harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
  • Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
    Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat bayi berpakaian / diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan bayi baru lahir.
  • Tempatkan bayi dilingkungan hangat
    Idealnya bayi baru lahir ditempatkan ditempat tidur yang sama dengan ibunya ditempat tidur yang sama. Menempatkan bayi bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
  • Rangsangan taktil
    Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi yang sehat hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernafasan spontan. Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan dan rangsangan taktil, kemudian menunjukkan tanda-tanda kegawatan, segera lakukan tindakan untuk membantu pernafasan.

4. BAYI KEDINGINAN
Ciri-cirinya pada bayi baru lahir/neonatus

  1. Anak menggigil, walau biasanya ciri ini tak mudah terlihat pada bayi kecil.
  2. Kulit anak terlihat belang-belang, merah campur putih atau timbul bercak-bercak.
  3. Anak terlihat apatis atau diam saja.
  4. Lebih parah lagi, anak menjadi biru yang bisa dilihat pada bibir dan ujung jari-jarinya.
  5. Jika hal tersebut tetap saja dibiarkan, anak bisa berhenti bernapas.
  6. Puncaknya, anak bisa terkena hipotermia dan meninggal.

Namun, orang tua tak perlu terlalu khawatir. Biasanya, indikasi pertama sudah bisa terlihat oleh perawat maupun dokter yang kemudian menanganinya dengan mengambil tindakan penghangatan atau heatradian (disinar oleh cahaya lampu biasa dan diselimuti). Kalau perlu dengan menggunakan kasur penghangat.

Sekalipun begitu, untuk memastikan, sebaiknya bayi langsung diukur suhu badannya dengan termometer. Kalau angkanya di bawah 35 derajat Celcius, berarti anak terkena hipotermia, sebab suhu normal manusia adalah 36-37,5 derajat Celcius

Untuk bayi di atas 1 bulan
Sekalipun kini bayi sudah lebih kuat dibandingkan sebelumnya, jika suhu lingkungan begitu rendah dan tidak membuatnya nyaman, kemungkinan besar si anak juga kedinginan. Ciri-cirinya, menurut Anna, ada yang bisa dideteksi secara kasat mata, ada juga yang mesti dengan perabaan.

  • Yang bisa dideteksi secara kasat mata: (Kondisi bayi tak jauh berbeda dari bayi neonatus yang kedinginan). Cirinya:
  • Ia cenderung diam saja.
  • Kulit anak terlihat belang-belang, merah campur putih atau berbercak-bercak.
  • Anak menjadi biru dengan ciri, bibir dan ujung jari-jarinya membiru. Jika dibiarkan, anak bisa berhenti bernapas. Puncaknya, anak bisa mengalami hipotermia. Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kematian. Hanya saja kalau bayi neonatus akan lebih cepat birunya. Sementara pada bayi yang lebih besar akan agak lama perubahannya

Yang bisa dideteksi dengan perabaanTangan dan telapak tangannya terasa dingin, begitu juga telapak kakinya.

  • Tubuhnya lebih dingin dari tubuh kita. Untuk memastikannya, Periksalah dengan termometer yang dipasang di anus.

Atasi kedinginan ini dengan memberinya selimut. Hangatkan pula suhu lingkungan atau ruangan dimana bayi berada. Bisa dengan mematikan AC atau menghangatkan tubuh anak dengan lampu 60 watt yang ditempatkan di atas tempat tidurnya. Jaraknya kurang lebih 1,5 meter dari tubuh anak.

Peluklah anak dengan kasih sayang. Hanya saja, saat tidur lebih baik anak dihangatkan dengan lampu. Jauh lebih baik lagi jika kasur anak pun menggunakan penghangat. Jika suhu tubuhnya tak kunjung normal, segeralah bawa si kecil ke dokter terdekat.

5. TERMOREGULASI PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
A. PERANAN HIPOTALAMUS
Suhu tubuh hampir seluruhnya diatur oleh mekanisme persarafan, dan hampir semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus
Pada bayi baru lahir pusat pengatur suhu tubuhnya belum berfungsi dengan sempurna, sehingga mudah terjadi penurunan suhu tubuh, terutama karena lingkungan yang dingin.

B.pengatur panas
Pengatur panas atau temperatur regulasi terpelihara karena adanya keseimbangan antara panas yang hilang melalui lingkungan, dan produksi panas. Kedua proses ini aktifitasnya diatur oleh susunan saraf pusat yaitu hipotalamus.
Dengan prinsip adanya keseimbangan panas tersebut bayi baru lahir akan berusaha menstabilkan suhu tubuhnya terhadap faktor-faktor penyebab hilangnya panas karena lingkungan.

Pada saat kelahiran, bayi mengalami perubahan dari lingkungan intra uterin yang hangat ke lingkungan ekstra uterin ynag relatif lebih dingin. Hal tersebut menyebabkan penurunan suhu tubuh 2o-3oC, terutama hilangnya panas karena evaporasi atau penguapan cairan ketuban pada kulit bayi yang tidak segera dikeringkan. Kondisi tersebut akan memacu tubuh menjadi dingin yang akan menyebabkan respon metabolisme dan produksi panas.

Pengaturan panas pada bayi baru lahir berhubungan dengan metabolisme dan penggunaan oksigen.
Dalam lingkungan tertentu pada batas suhu maksimal, penggunaan oksigen dan metabolisme minimal, karena itu suhu tubuh harus dipertahankan untuk keseibangan panas.

Bayi cukup bulan dalam keadaan tanpa pakaian dapat bertahan pada suhu lingkungan sekitar 32-34oC. Sedangkan batas pada orang dewasa 26-28oC. Oleh karena itu bayi baru lahir normal memerlukan suhu lingkungan yang lebih hangat dan suhu lingkungan tersebut harus dipelihara dengan baik.
Pada bayi baru lahir lemak subkutannya lebih sedikit dan epidermis lebih tipis dibandingkan pada orang dewasa. Pembuluh darah pada bayi sangat mudah dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan dan semua ini dibawah pengaruh hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu.

Kelenturan pada tubuh bayi menurun pada daerah permukaan sehingga akan mempercepat hilangnya panas. Hal tersebut dipengaruhi panjang badan bayi, perbandingan permukaan utbuh dengan berat badan dari usia bayi, yang semua ini dapat mempengaruhi batas suhu normal. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah(BBLR) jaringanadiposa sedikit dan kelenturan menurun sehingga memerlukan suhu lingkungan yang lebih panas untuk mencapai suhu yang normal.

Jika suhu lingkungan turun dibawah suhu yang rendah, bayi akan merespon dengan meningkatkan oksigen danmemperbesar metabolisme sehingga akan meningkatkan produksi panas.
Bila bayi berada ditempat terbuka dengan lingkugan yang dingin dapat menyebabkan habisnya cadangan glikogen dan menyebabkan asidosis.
6. PRODUKSI PANAS ATAU THERMOGENESIS

Ditempat yang terbuka dan lingkungan yang dingin bayi baru lahir memerlukan penambahan panas.
Bayi mempunyai mekanisme fisiologi untuk meningkatkan produksi panas dipengaruhi oleh karena : Meningkatnya Metabolisme Rate, Aktifitas otot dan Thermogenesis Kimiawi :

a.Basal Metabolisme Rate
Basal metabolisme rate adalah jumlah energi yang digunakan tubuh selama istirahat mutlak dan keadaan sadar.
Pada bayi baru lahir, gerakan tubuh, menggigil merupakan mekanisme penting untuk memproduksi panas. Gerakan menggigil terjadi ketika reseptor kulit menurun pada suhu lingkungan yang dingin, dan kondisi tersebut akan diteruskan kesusunan saraf pusat yang akan menstimuli sistem saraf simpatis untuk menggunakan cadangan lemak coklat, yang merupakan sumber panas yang utama untuk mengatasi stres dingin.
Pelepasan norephineprin oleh kelenjar adrenal dan saraf lokal berakhir pada lemak coklat yang menyebabkan trigliserid dapat dimetabolisme menjadi gliserol dan fatty acid (asam lemak). Oksidasi asam lemak ini meningkatkan produksi panas. Jika suplai lemak coklat habis maka respon metabolisme terhadap keadaan dingin akan berkurang.
Oksidasi asam lemak pada bayi tergantung dari tersedianya oksigen, glukosa, Adenosin Tri Phospat (ATP) dan kemampuan bayi untuk mengubah menjadi panas.
Kemampuan bayi untuk menghasilkan oanas dapat berubah pada keadaan patologis seperti hipoksia, asidosis, dan hipoglikemi.

b.Aktifitas otot
Menggigil adalah bentuk dari aktifitas otot yang disebabkan karena suhu yang dingin. Produksi panas terjadi melalui peningkatan metabolisme rate dan aktifitas otot. Jika bayi tidak menggigil berarti metabolisme rate pada bayi sudah cukup.
c.Thermogenesis Kimiawi
Disebabkan karena pelepasan norephineprin dan ephineprin oleh rangsang saraf simpatis.
7. ALIRAN DARAH KE KULIT
Kecepatan aliran darah yang tinggi menyebabkan konduksi panas yang disalurkan dari inti tubuh ke kulit sangat efisien. Efek aliran darah kulit pada konduksi panas dari inti tubuh permukaan kulit menggambarkan peningktan konduksi panas hampir delapan kali lipat. Oleh karena itu “Kulit merupakan sistem pengatur radiator panas yang efektif “, dan aliran darah ke kulit adalah mekanisme penyebaran panas yang paling efektif dari inti tubuh ke kulit.
Dengan meletakan bayi telungkup didada ibu akan terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi sehingga bayi akan memperoleh kehangatan karena ibu merupakan sumber panas yang baik bagi bayi.

E.Hilangnya panas pada bayi
Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang merugikan, karena itu suhu tubuh normal pada bayi harus dipelihara. Menurut buku Maternal and Neonatal Nursing, 1994, hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui empat cara yaitu :

a.Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih dingin, dan obyek yang tidak berhubunganlangsungdenganbayi.
Hal tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin.
Contoh :

1.Udara dingin pada dinding luar dan jendela
2. Penyekat tempat tidur bayi yang dingin

b.Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap.
Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang membasahi kulit bayi menguap.
Contoh :

1.Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban.
2.Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.

c.Konduksi
Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak langsung dengan permukaan obyekyangdingin.
Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Contoh :

1.Tangan perawat yang dingin
2.Tempat tidur, selimut, stetoskop yang dingin

d.Konveksi
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran udara yang dingin menyentuk kulit bayi
Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekeliling bayi yang dingin.
Contoh :

1.Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka
2.Aliran udara dari pipa AC.

8. RESPON BAYI TERHADAP HIPOTERMI
Pada saat suhu kulit mulai turun, thermoreseptor menyebarkan impuls kesusunan saraf pusat, distimulir sistem saraf simpatis, norephineprin dilepaskan oleh kelenjar adrenal dan saraf setempat yang berakhir dengan lemak coklat dimetabolisme untuk memproduksi panas.

9. PENILAIAN HIPOTERMI BAYI BARU LAHIR
a. Gejala Hipotermi Bayi Baru Lahir
§ Bayi tidak mau minum atau menetek
§ Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
§ Tubuh bayi teraba dingin
§ Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras(Skleremia)
b. Tanda-Tanda Hipotermi Sedang (Stress Dingin)
§ Aktifitas berkurang, letargis
§ Tangisan lemah
§ Kulit berwarna tidak rata
§ Kemampuan menghiisap lemah
§ Kaki teraba dingin

c. Tanda-Tanda Hipotermi Berat (Cedera Dingin)
§ Sama dengan hipotermi sedang
§ Bibir dan kuku kebiruan
§ Pernafasan lambat
§ Pernafasan tidak teratur
§ Bunyi jantung lambat
§ Selanjutnya mungkin timbul hipoglikemi dan asidosis metabolic

d. Tanda-Tanda Stadium Lanjut Hipotermi
§ Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
§ Bagian tubuh lainnya pucat
§ Kulit memgeras dan timbul kemerahan pada punggung, kaki dan tangan (Sklerema)

10. TINDAKAN PENCEGAHAN HIPOTERMIA
Upaya mencegah hipotermi pada bayi baru lahir sangat penting dan merupakan prioritas agar bayi terhindar dari kondisi yang tidak dikehendaki.
Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu sekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tetap hangat tidak diterapkn dengan tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir. Contoh, terjadi hipotermi karena bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir.
Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermi. Hal ini disebabkan oleh karena :
a. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna
b. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
d. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakaiannya agar tidak kedinginan

Untuk mencegah terjadinya hipotermia pada bayi baru lahir perlu dilakukan upaya pencegahan yaitu :

a. Ibu melahirkan bayi ditempat yang hangat
Ruangan tempat ibu melahirkan harus hangat dan tertutup dengan sirkulasi udara yang cukup baik serta penyinaran cukup terang.

b. Segera mengeringkan tubuh bayi
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh ketuban akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi lebih cepat kehilangan panas tubuh, akibatnya dapat timbul serangan dingin(cold stress)
Bayi baru lahir yang kedinginan biasanya tidak memperlihatkan gejala menggigil oleh karena pusat pengatur suhunya belum sempurna. Hal ini menyebabkan gejala awal hipotermi yang sering tidak terdeteksi oleh ibu atau perawat.

Untuk mencegah timbulnya serangan dingin tindakan yang dilakukan yaitu :
§ Setelah lahir bayi diletakan pada tempat yang diberi alas haduk kering, bersih dan hangat
§ Segera keringkan bayi dengan haduk, lakukan dengan tepat mulai dari kepala kemudian seluruh tubuh. Bila handuk basah harus diganti yang kering, bersih dan hangat.
§ Bungkus bayi dengan kain kering dan hangat bayi diberi topi atau tutup kepala dan diberi kaos tangan dan kaos kaki.

c. Segera letakan bayi pada dada ibu.
Kontak langsung kulit ibu dan bayi agar mendapatkan kehangatan. Ibu merupakan sumber panas yang baik bagi bayi baru lahir.
d. Menunda memandikan bayi.
Memandikan bayi dilakukan setelah suhu tubuh bayi stabil, bayi tampak aktif dan sehat. Memandikan bayi ditunda selama 24 jam setelah kelahiran.

11. MEMANDIKAN BAYI

Langkah Pertama

1. Siapkan bak mandi yang telah diisi air hangat untuk membilas kira-kira 1/3 bagian dan dua baskom berisi air (boleh hangat atau biasa) untuk membasahi kepala dan badan. Lengkapi bak mandi dengan alas antislip.

2. Siapkan handuk lebar membentang yang kering dan bersih, juga waslap kepala dan waslap tubuh, sabun, sampo, serta perlengkapan pembersih tali pusat di dekat bentangan handuk.

3. Siapkan baju dengan kancing di bagian depan. Buka kancingnya dan bentangkan di atas kasur atau perlak salin.

4. Gelar selembar popok di atas pakaian, kira-kira menutupi 1/3 bagian bawah baju. Jangan lupa, bagian tali popok diletakkan di atas.

5. Siapkan sarung tangan dan kaki kalau perlu dan letakkan pada salah satu sisinya.

6. Sediakan kosmetik bayi seperti minyak telon, losion, bedak, dan krem antiruam di dekat bentangan baju.

LANGKAH KEDUA

a. Letakkan bayi di atas perlak. Buka seluruh pakaiannya, juga kasa pembungkus tali pusat (jika belum puput). Jangan dipaksa apabila pembungkus tali pusat sulit dibuka. Itu terjadi karena adanya perlengketan antara kain kasa dengan tali pusat. Biarkan pembungkus tali pusat itu terlepas dengan sendirinya setelah terkena air.

Jika akan dikeramasi, bungkus tubuh bayi dengan handuk kering atau kain bedongan agar tak kedinginan. Sangga punggung dan lehernya dengan tangan kiri sementara ibu jari dan telunjuk menutup telinga kanan dan kiri bayi agar tak kemasukan air. Basuh kepalanya dengan waslap, lalu usapkan sampo secukupnya. Lakukan perlahan karena ubun-ubunnya masih lunak. Usahakan jangan sampai busa sampo mengenai mata bayi meski pada kemasannya tertulis tidak pedih di mata. Bilas kepala bayi dengan waslap yang telah dicelupkan ke dalam air. Lakukan hingga bersih.

b. Masih di atas perlak, buka bedongan lalu sabuni bagian depan tubuhnya. Tak perlu khawatir bila tali pusatnya yang belum puput terkena air atau sabun. Miringkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan sambil memegangi kepala dan bahunya secara lembut tapi mantap. Lalu, sabuni bagian belakang tubuhnya. Terakhir, sabuni tangan kanan dan kiri dari ketiak hingga ujung jari secara bergantian dan diteruskan dengan kedua kakinya mulai dari bagian selangkangan hingga ujung jari.

c. Ambil waslap, celupkan ke dalam air, lalu basuhlah tubuh bayi sampai busa sabun bersih. Kemudian, masukkan bayi ke dalam bak mandi yang telah diisi air hangat kira-kira 1/3 bagian.

d. Sangga punggung dan lehernya dengan lengan kiri sementara telapak tangan menyangga ketiak bayi. Basuh kepala dan tubuhnya dengan air hingga kulitnya tak lagi terasa licin oleh sampo dan sabun. Jangan terlalu lama agar bayi tidak kedinginan.

e. Letakkan bayi di atas handuk kering dan bersih, keringkan tubuh dan kepalanya. Perhatikan lipatan paha dan tangan, agar bagian itu betul-betul kering. Lalu, pindahkan si kecil ke atas susunan pakaian yang telah disiapkan.

Bersihkan tali pusat yang belum puput, bungkus dengan kain kasa yang telah dicelup dengan alkohol 70 persen atau betadin cair.

f. Olesi bagian perut dan punggung bayi dengan minyak telon agar hangat.

Kalau perlu pakaikan bedak dengan cara menaburkannya di permukaan puff ataupun telapak tangan kita, baru setelah itu dioleskan ke lipatan kulit seperti leher, ketiak, dan paha agar gesekan di daerah itu tak mengiritasi kulitnya. Fungsi ini dapat digantikan oleh losion bayi. Hindari mengoleskan bedak di bagian organ kelamin dan anus bayi karena kerak bedak dapat menjadi tempat perkembangbiakan mikroba. Untuk mencegah ruam popok, olesi lipatan paha dan pantatnya dengan krim antiruam.

g. Letakkan bayi dengan posisi kepala tepat di bagian leher baju. Pakaikan popoknya terlebih dahulu, kemudian bajunya. Masukkan tangan bayi ke lubang lengan baju secara bergantian dan kancingkan bajunya. Bila bayi tampak kedinginan, pakaikan sarung tangan dan sarung/kaus kaki. Kemudian, bedong bayi selama kurang lebih 1 jam. Setelah itu, bedong, sarung tangan dan sarung kaki dilepas.

I. Teknik meningkatkan suhu bayi.
a. Bayi ditempatkan pada inkubator dengan yang dilengkapi dengan alat pengatur suhu.
b. Couves yang diberi lampu penghangat.
c. Membedong bayi .

BAB III

PENUTUP

  1. Kesimpulan

BAYI BARU LAHIR

Secara umum dikatakan normal apabila memiliki ciri sebagai berikut :

– Lahir pada masa gestasi 37 – 42 minggu

– Ukuran antropometri : berat badan berkisar antara 2500 gram – 4000 gram, panjang badan 48 – 52 cm, lingkar dada 30 – 38 cm, lingkar kepala 32 – 37 cm

– Tanda vital dalam batas normal

– Tidak ada kelainan / kecacatan

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara pembentukan panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh di dalam batas batas normal.

Pada bayi-baru lahir, akan memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien dan masih lemah, sehingga penting untuk mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi. Proses kehilangan panas pada bayi dapat melalui proses konveksi, evaporasi, radiasi dan konduksi. Hal ini dapat dihindari bila bayi dilahirkan dalam lingkungan dengan suhu sekitar 25-28 0C, dikeringkan dan dibungkus dengan hangat.Simpanan lemak yang tersedia dapat digunakan sebagai produksi panas.
Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia.
Suhu yang tidak stabil juga mengidentifikasikan terjadinya infeksi, sehingga tindakan yang dilakukan harus menghindari terjadinya kehilangan panas pada bayi baru lahir. Suhu tubuh bayi yang normal sekitar 36,5-37 0C

E.Hilangnya panas pada bayi
Hilangnya panas pada bayi merupakan keadaan yang merugikan, karena itu suhu tubuh normal pada bayi harus dipelihara. Menurut buku Maternal and Neonatal Nursing, 1994, hilangnya panas pada bayi baru lahir melalui empat cara yaitu :

a.Radiasi
Radiasi yaitu : transfer panas dari bayi kepermukaan yang lebih dingin, dan obyek yang tidak berhubunganlangsungdenganbayi.
Hal tersebut dapat diartikan, panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin.
Contoh :

1.Udara dingin pada dinding luar dan jendela
2. Penyekat tempat tidur bayi yang dingin

b.Evaporasi
Evaporasi yaitu : hilangnya panas ketika air dari kulit bayi menguap.
Kondisi tersebut disebabkan karena adanya cairan ketuban yang membasahi kulit bayi menguap.
Contoh :

1.Bayi lahir tidak langsung dikeringkan dari cairan ketuban.
2.Selimut atau popok basah bersentuhan dengan kulit bayi.

c.Konduksi
Konduksi yaitu : transfer panas yang terjadi ketika bayi kontak langsung dengan permukaan obyekyangdingin.
Pernyataan tersebut dapat dijelaskan bahwa pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin.
Contoh :

1.Tangan perawat yang dingin
2.Tempat tidur, selimut, stetoskop yang dingin

d.Konveksi
Konveksi yaitu : Hilangnya panas pada bayi yang terjadi karena aliran udara yang dingin menyentuk kulit bayi
Hal tersebut terjadi karena aliran udara sekeliling bayi yang dingin.
Contoh :

1.Bayi diletakan didekat pintu atau jendela yang terbuka
2.Aliran udara dari pipa AC.

Sumber : koleksi Mediague.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar