Rabu, 05 Oktober 2011

KTI PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN PAYUDARA

PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN PAYUDARA

DI BPS FARIDA DESA KEDUNGWUNGU

KECAMATAN TEGALDLIMO

KABUPATEN BANYUWANGI



BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.(Sarwono, 2003)

Payudara adalah perlengkapan organ reproduksi wanita dan pada masa laktasi akan mengeluarkan air susu. Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari Air Susu Ibu (ASI) sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Pada masa hamil terjadi perubahan pada payudara di mana ukuran-ukuran payudara bertambah besar (Depkes RI. 2005).

Bagi seoarang wanita payudara adalah organ tubuh yang sangat penting bagi keberlangsungan perkembangan bayi yang baru di lahirkannya. Payudara memang secara natural akan mengeluarkan ASI begitu ibu melahirkan, tetapi bukan berarti seorang wanita atau ibu tidak patut merawat payudara. (Sariyono – Roscha dyah pramitasari, 2009)

Perawatan payudara setelah melahirkan bertujuan agar payudara senantiasa bersih dan mudah di hisap oleh bayi. Banyak ibu yang mengeluh bayinya tidak mau menyusu, bisa jadi ini di sebabkan oleh faktor teknis seperti puting susu yang masuk atau posisi yang salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga di pengaruhi oleh asupan nutrisi dan kondisi psikologis ibu. (Sariyono – Roscha dyah pramitasari, 2009)


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori.

1. Konsep Dasar Pengetahuan.

a. Pengertian.

Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekadar menjawab pertanyaan (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain penting untuk menentukan tindakan seseorang (Over behavior), karena dari pengalaman dan penelitian membuktikan bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) dalam buku Notoatmodjo (2003:128) mengungkapkan bahwa sebelum orang tersebut menghadapi perilaku baru (berperilaku baru ) dalam arti orang tersebut terjadi proses berurutan, yakni :

1) Awarness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

2) Interest (merasa tertarik) dimana orang mulai tertarik kepada stimulus atau obyek tersebut.

3) Evaluation ( menimbang-nimbang baik buruknya tindakan terhadap stimulus atau obyek tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4) Trial dimana orang telah melalui mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5) Adaptation, dimana obyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari perilaku baru atau adaptasi perilaku melalui proses seperti itu, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama, pada perilaku itu sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : pendidikan, budaya, perilaku, usia, dan sumber informasi (Notoatmodjo, 2003:121-122).

b. Tingkat pengetahuan.

Pengetahuan yang mencakup didalam Domain Kognitif dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu:

1) Tahu (Know).

Diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya atau pengetahuan mengingat kembali terhadap apa yang telah diterima juga bisa dikatakan suatu kata kerja untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang atau si ibu tentang apa yang telah di pelajari.

Antara lain ibu bisa menyebutkan, menguraikan, menyatakan bahwa perawatan payudara sangat penting.

2) Memahami (Komprehesion).

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang di ketahuinya seorang atau ibu yang telah paham dengan materi yang di berikan dia harus menyebutkan contoh,

menjelaskan, mengumpulkan tentang materi yang di pelajari misalnya: menjelaskan mengapa perawatan payudara itu penting.

3) Aplikasi (Aplication).

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya misal: bisa mempraktekkan cara perawatan payudara.

4) Analisa (Analisis)

adalah suatu kemampuan untuk materi atau bisa diartikan sebagai kemampuan si ibu untuk membedakan keadaan payudara normal dan tidak.

5) Sintesis (Syintesis)

suatu kemampuan untuk menghubungkan atau menyusun informasi baru.

6) Evaluasi.

Suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi penilaian berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri, misal: ibu dapat membandingkan antara payudara yang di rawat rutin dengan tidak di rawat.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

1) Faktor internal

a) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang maka akan lebih matang dalam berfikir logis.(Nursalam dan Siti Pariani, 2001).

b) Pendidikan

Menurut koencoroningrat (1997) bahwa pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga meningkatkan khualitas hidup. Oleh sebab itu makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

(Nursalam dan Siti Pariani, 2001).

c) Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).

d) Pekerjaan

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu, bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarganya.

(Nursalam dan Siti Pariani, 2001).

2) Faktor eksternal

a) Informasi

Informasi adalah penerangan, pemberitahuan, kabar atau berita tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat. Informasi memberikan pengaruh kepada seseorang meskipun orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini akan dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).

b) Lingkungan

Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).

c) Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang memperoleh sesuatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami proses belajar memperoleh sesuatu pengetahuan. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

1) Cara Tradisional atau non ilmiah

a) Coba dan salah (Trial and error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya peradapan pada waktu itu apabila seseorang menghadapi masalah, upaya pemecahan dengan cara coba “ saja. Cara ini kemungkinan bisa memecahkan masalah, apabila tidak berhasil dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah terselesaikan.

b) Kekuasaan atau Otoriter

Sumber pengetahuan ini berupa pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagai berikut. Pengetahuan dapat diperoleh berdasarkan otoritas, baik tradisi otoritas pemerintahan, agama, maupun ahli pengetahuan. Dimana prinsip ini orang berpendapat dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas tanpa menguji dulu membuktikan kebenarannya berdasarkan fakta empiris atau penalaran sendiri.

c) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan, dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi dimasalalu bila ada kegagalan dengan cara ini maka akan diulang dengan cara ini dan berusaha mencari cara lain sampai memecahkan masalah.

2) Cara modern atau Ilmiah

Cara baru memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah yang disebut metode ilmiah. Kemudian metode berfikir induktif bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung membuat pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek yang diamati.

(Notoadmodjo, 2005).

e. Kriteria pengetahuan

Baik : 76 – 100 %

Cukup : 56 – 75 %

Kurang : 40 – 55 %

Tidak baik : < style="">

(Ari kunto, 2006)

2. Konsep dasar nifas.

a. Pengertian nifas.

1) Nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu (Sarwono, 1999).

2) Nifas adalah masa pulih kembali, melalui dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.

b. Pembagian waktu nifas menjadi 3 periode.

1) Poerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan berdiri dan berjalan-jalan, dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.

2) Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium adalah waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi, waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.

c. Tujuan perawatan nifas.

1) Untuk memulihkan kesehatan umum penderita.

2) Untuk mendapat kesehatan emosi.

3) Agar masa nifas dapat berjalan lancar dan dapat memelihara bayinya dengan baik, agar pertumbuhan dan perkembangan bagi normal.

d. Involusi alat kandungan.

1) Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (Involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

2) Bekas Implantasi uri : placenta belum mengecil karena kontraksi dan menonjol ke Kavum Uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.

3) Luka-luka pada jalan lahir bila tidak di setai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari.

4) Rasa sakit yang disebut after pains ( mules-mules) disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat di berikan obat-obat antisakit dan antimules.

5) Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari Kavum Uteri dan vagina dalam masa nifas.

a) Lochia Rubra : hari ke 1-2 hari pasca persalinan.

b) Lochia Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke 3-7 pasca persalinan.

c) Lochia Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

d) Lochia Alba : cairan putih, setelah 2 minggu.

e) Lochia Purulenta : terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

6) Serviks.

Setelah persalinan, bentuk Serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman.

7) Ligamen – ligamen.

Ligamen, Fasia dan Diafragma Pelnis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor.

e. Perawatan Pasca Persalinan.

1) Mobilitas.

Karena telah sehabis bersalin, ibu harus istirahat/tidur. Tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan, kemudian miring untuk mencegah terjadinya trombosis dan beraktivitas sesuai kesanggupannya.

2) Diet.

Makanan harus bermutu bergizi dan cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan.

3) Miksi

Hendaknya kencing dapat di lakukan sendiri secepatnya, kadang kencing wanita mengalami sulit kencing karena Stengfar Uretra

ditekan oleh kepala janin dan iritasi M-Sphincter ani selama persalinan.

4) Defekasi.

Buang air besar harus di lakukan 3-4 pasca persalinan.

5) Perawatan Payudara.

Dianjurkan sekali untuk menyusukan bayi.

6) Laktasi.

7) Pemeriksaan pasca persalinan.

a) Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan dan sebagainya.

b) Keadaan umum : suhu badan dan selera makan.

c) Payudara, ASI, puting susu.

d) Dinding perut, perineum, kandung kemih dan rektum.

e) Sekret yang keluar, misal Lochia, Flour albus.

f) Keadaan alat-alat kandungan.

8) Nasehat untuk ibu post natal.

a) Fisioterapi post natal sangat baik bila diberikan.

b) Sebaiknya bayi di susui.

c) Kerjakan Gimnastek sehabis bersalin.

d) Melakukan KB.

e) Bawalah bayi untuk memperoleh imunisasi.

3. Konsep Dasar Perawatan Payudara.

a. Pengertian perawatan payudara

Perawatan yang dilakukan pada payudara supaya payudara tetap sehat dan tidak tejadi infeksi.

b. Tujuan Perawatan Payudara

1) Meningkatkan produksi ASI dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan.

2) Mencegah bendungan ASI/ pembengkakan payudara.

3) Melenturkan dan menguatkan puting.

4) Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan melakukan usaha untuk mengatasi.

5) Persiapan psikis ibu menyusui.

c. Cara Perawatan Payudara.

1) Untitled-2Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan. Mulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.

Gambar 2.1. Teknik menyokong payudara.

2) Untitled-3Selanjutnya buat gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu di seluruh bagian payudara.

Gambar 2.2. Gerakan memutar satu payudara.

3) Untitled-4Letakkan kedua telapak tangan di antara dua payudara, unit dari tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya perlahan, lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali. Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari di atas dan empat jari lainnya di bawah, peras dengan lembut payudara sambil meluncurkan kedua tang ke depan ke arah puting susu.

Gambar 2.3. Gerakan memutar kedua payudara.

4) Posisi tangan pararel. Sangga payudara dengan satu tangan sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali, setelah itu letakkan satu tangan di sebelah atas adan satu lagi dibawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah puting susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena.

Untitled-5

Gambar 2.4. Gerakan mengurut payudara.

c. Manfaat

Manfaat gerakan tersebut yaitu melancarkan refleks pengeluaran ASI, meningkatkan volume ASI, mencegah bendungan pada payudara.

d. Faktor yang mendukung perawatan payudara

1) Menjaga payudara agar tetap kering

2) Senam payudara

Manfaat senam payudara adalah menjaga otot dada sebagai penyangga, agar tetap kencang, juga untuk mencegah payudara turun atau kendur sebelum waktunya. Manfaat aerobik, seperti berjalan, joging atau naik sepeda dapat membantu mendapatkan postur tubuh yang baik, sekaligus memperbaiki penampilan payudara. Senam lainnya adalah mendayung, berenang, dan latihan aerobik yang menggunakan alat – alat pemberat tangan serta beberapa gerakan yoga. Senam ringan ini tidak menjamin perubahan bentuk dan ukuran payudara. Namun dengan melakukan senam tersebut otot – otot dada akan menguat dan tampilan payudara akan lebih padat dan indah.

Langkah – langkah yang dapat di lakukan pada senam payudara yaitu:

a) Pertemukan telapak tangan didepan belahan payudara anda.

b) Berdiri dengan tegak dan lakukan gerakan saling menekan.

c) Tahan selama 5 detik. Rileks dan ulangi gerakan tersebut 10 x.

d) Lengan bawah saling menggenggam. Cengkeram lengan baeah tangan dengan telapak tangan kiri, dan lengan bawah kiri dengan telapak tangan kanan, dengan posisi siku sebatas bahu.

e) Tarik – tarik kedua arah (kedalam dan keluar), jangan sampai terlepas ulangi gerakan tersebut 10 x

f) Pertemukan jari – jari kedua tangan anda di bawah dagu dan tekuk keduanya dengan posisi saling mengunci, kemudian tariklah. Tahan selama 5 detik ulangi gerakan ini 10 x.

3) Memijat payudara

a) Usap payudara, dimulai dengan payudara kanan, dengan gerakan ke atas, menggunakan kedua telapak tangan.

b) Dengan sapuan telapak tangan, bentuk payudara agar menjulang dengan cara mengusap – usap dari segala arah menuju ketengah (puting susu), kumpulkan daging payudara kearah tengah, dengan mencubitnya.

4) Pemilihan dan perawatan bra.

Cara pemilihan bra.

a) Size atau ukuran.

b) Kawat.

c) Cup.

Perawatan bra dapat dilakukan sendiri dan caranya pun juga sederhana.

a) Rerdam bra dalam air sabun.

b) Cuci bra dengan sabun cuci air, hindari menggunakan mesin cuci karena dapat merusak bentuk bra.

c) Apabila menghendaki mencuci dengan mesin, maka gunakan mesin yang dapat di set hand wash.

d) Setelah dicuci langsung dijemur, hindari pengeringan menggunakan mesin apalagi di peras, biarkan air menetes dari bra dengan sendirinya saat digantung.

(Saryono – Roischa Dyah Pramitasari,2009)

B. Kerangka Konseptual


Ket :

: Diteliti


: Tidak diteliti

Sumber : Notoatmodjo (2003) dan Arikunto (2006)

Gambar 2.5 : Kerangka Konseptual Tentang Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara.

Berdasarkan pengetahuan dari kerangka di atas dapat dijelaskan bahwa pengetahuan, ibu di pengaruhi oleh faktor yang terdiri dari pengalaman, pendidikan, informasi dan sosial budaya. Faktor-faktor tersebut semuanya tidak diteliti. Sedangkan pada tingkatan pengetahuan yang diteliti pada sebatas tahu saja tentang pengertian perawatan payudara, tujuan dan manfaat perawatan payudara, teknik perawatan payudara, dan faktor yang mendukung parawatan payudara.


BAB 3

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancang-Bangun Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan adalah diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang di lakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. (Notoatmodjo, 2005: 138)

Sedangkan rancang-bangun penelitian yang digunakan adalah Diskriptif Kuantitatif.

B. Variabel.

Adalah obyek penelitian yang bervariasi (Ari Kunto, 2006: 116). Dalam penelitian ini variabelnya adalah tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara.

Definisi Operasional.

Adalah definisi yang berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati (ukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. (Nursalam, 2003: 105). Definisi operasional ini akan menunjukkan alat pengambilan data yang cocok di gunakan atau mengacu bagaimana mengukur suatu variabel.

Tabel 3.1 Definisi Operasional Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara Di BPS Farida Desa Kedungwungu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi.

Variabel

Definisi operasional

Kriteria

Skala

Pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara.

Segala sesuatu yang diketahui tentang perawatan payudara, meliputi :

1. Pengertian perawatan payudara.

2. Manfaat perawatan payudara.

3. Teknik perawatan payudara.

4. Faktor yang mendukung perawatan payudara.

Baik : 76 – 100 %

Cukup : 56 – 75 %

Kurang : 40 – 55 %

Tidak baik : ≤ 40 %

Arikunto (2006)

Ordinal

C. Populasi.

Adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto 2006:130). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu nifas di BPS Farida desa kedungwungu kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi yang besarnya 36 responden.

D. Sampel.

Adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti (Arikunto, 2006:131). Pada penelitian ini sampelnya adalah ibu nifas di BPS Farida Desa Kedungwungu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi yang besarnya 36 responden.

Tehnik pengambilannya dengan menggunakan total sampling.

E. Lokasi Dan Waktu Penelitian

  1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di BPS Farida Desa Kedungwungu Kecamatan Tegadlimo Kabupaten Banyuwangi.

  1. Waktu penelitian

Waktu penelitian dimulai bulan 18 Juli – 6 Agustus 2009.

F. Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data yang relevan maka peneliti memperoleh dengan cara peneliti terlebih dahulu meminta surat pengantar dari institusi, setalah mendapat persetujuan dari bidan, peneliti mulai melakukan pengumpulan data. dalam penelitian ini instrument pengumpulan data yang digunakan adalah berupa angket atau kuesioner. Kuesioner yaitu suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah dengan menyediakan pertanyaan kepada sejumlah obyek (Notoatmodjo, 2005).

Dalam pengumpulan data pada penelitian digunakan alat berupa kuesioner tertutup yang diberikan pada responden yang memenuhi kriteria. Untuk kuesioner pengetahuan ibu tentang perawatan payudara, Bila jawaban benar diberi nilai 1, bila jawaban salah diberi nilai 0. (Yanto dan Ummi, 2009)

Sebelumnya peneliti membuat inform concent (persetujuan) terlebih dulu kepada responden bahwa responden bersedia akan dilakukan penelitian setelah responden setuju baru peneliti membagikan kuisioner tersebut yang berisi daftar pertanyaan yang diajukan secara tertulis.

G. Teknis Analisa Data.

Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data merupakan kegiatan untuk merubah data mentah menjadi bentuk data yang ringkas dan disajikan serta dianalisis sebagai dasar pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Nursalam, 2003).

Langkah – langkah pengolahan data sebagai berikut :

  1. Editing

Proses editing dengan memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan ini berarti semua data harus diteliti kelengkapan data yang diberikan.

2. Scoring

Yaitu tahap ini dilakukan setelah ditetapkan hasil setiap jawaban responden dapat diberikan skor.dengan kriteria sebagai berikut:

Bila jawaban benar diberi nilai 1

Bila jawaban salah diberi nilai 0. (Yanto dan Ummi,2009)

  1. Tabulating

Mentabulasi dengan memuat tabel – tabel sesui dengan Analisis yang dibutuhkan.

Analisis data.

Analisis Data dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran / Diskriptif cukup menyajikan tabel distribusi.

Memindahkan data dari data kiesioner ke dalam table, selanjutnya diadakan presentasi tersebut dengan membagi frekuensi setiap alternatif jawaban dengan jumlah responen kemudian dikalikan 100% atau dengan rumus :

P = x 100%

P = prosentase

f = jumlah jawaban yang benar

N = jumlah soal

Kemudian data penelitian tersebut di interprestasikan dengan menggunakan kriteria kwalitas

Baik : 76 – 100 % (13-16 jawaban yang benar)

Cukup : 56 – 75 % (9-12 jawaban yang benar)

Kurang : 40 – 55 % (5-8 jawaban yang benar)

Tidak Baik : < style=""> (1-4 jawaban yang benar)

(Arikunto, 2006 )

H. Etika Penelitian.

Penelitian ini dimulai dengan melakukan berbagai prosedur yang berhubungan dengan etika penelitian yang meliputi.

  1. Intorimed Consent (Lembar Persetujuan Menjadi Responden) adalah lembar persetujuan yang akan di berikan pada subyek yang akan di teliti.
  2. Anonimity (Tanpa Nama) adalah kerahasiaan identitas responden harus di jaga, oleh karena itu peneliti tidak boleh mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data.
  3. Confidentiality (Kerahasiaan) adalah kerahasiaan informasi respondendijamin oleh peneliti karena hanya kelompok data tertentu saja yang akan di sajikan atau di laporkan sebagai hasil penelitian.

I. Keterbatasan Penelitian.

Beberapa keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian ini antara lain sebagai berikut:

Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner yang peneliti buat sendiri dan belum pernah diuji cobakan sehingga reabilitas dan validitasnya perlu di sempunakan.



BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BPS Farida terletak di Desa Kedungwungu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi. Batasan wilayah BPS Farida yaitu :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kedunggebang Kecamatan Tegaldlimo.

b. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tegaldlimo Kecamatan Tegaldlimo.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kendalrejo Kecamatan Tegaldlimo.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kedungasri Kecamatan Tegaldlimo.

Fasilitas kesehatan yang ada di BPS Farida yaitu :

a. Pemeriksaan kehamilan.

b. KB.

c. Persalinan.

d. Konseling.

e. Pemeriksaan kesehatan yang lain.

1. Data Umum

a. Karakteristik responden menurut umur

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi umur ibu nifas yang melakukan perawatan payudara di BPS Farida Desa Kedungwungu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Tanggal 18 Juli - 6 Agustus Tahun 2009.

No

Usia

Frekuensi (f)

Prosentase (%)

1.

2.

3.

<20

20 – 35

>35

5

29

2

13,89

80,56

5,55


Jumlah

36

100

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu 29 responden (80,56%).

b. Karakteristik responden menurut pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi pendidikan ibu nifas yang melakukan perawatan payudara di BPS Farida Desa Kedungwungu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Tanggal 18 Juli-6 Agustus 2009.

No

Pendidikan

Frekuensi (f)

Prosentase (%)

1.

2.

3.

4.

SD

SMP

SMA/SMK

Perguruan tinggi

6

6

17

7

16,67

16,67

47,22

19,44

Jumlah

36

100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui sebagian besar berpendidikan SMA/SMK yaitu 17 responden (47,22%).

c. Karakteristik responden menurut pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pekerjaan ibu nifas yang melakukan perawatan payudara di BPS Farida Desa Kedungwungu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Tanggal 18 Juli-6 Agustus 2009.

No

Pekerjaan

Frekuensi (f)

Prosentase (%)

1.

2.

Bekerja

Tidak bekerja

27

9

75,00

25,00


Jumlah

36

100

Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui lebih dari 50 % bekerja yaitu 27 responden (75,00 %).

d. Karakteristik responden menurut sumber informasi

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi pekerjaan ibu nifas yang melakukan perawatan payudara di BPS Farida Desa Kedungwungu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Tanggal 18 Juli-

6 Agustus 2009.

No

Sumber informasi

Frekuensi (f)

Prosentase (%)

1.

2.

3.

4.

Media cetak

Media elektronik

Penyuluhan

Tidak pernah

mendapat informasi

3

19

9

5

8,33

52,78

25,00

13,89


Jumlah

36

100

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui lebih dari 50 % memperoleh informasi dari media elektronik yaitu 19 responden (52,78%).

2. Data khusus

a. Data pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara.

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara di BPS Farida Desa Kedungwungu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi Tanggal 18 Juli – 6 Agustus 2009.

No

Pengetahuan

Frekuensi (f)

Prosentase (%)

1.

2.

3.

4.

Baik

Cukup

Kurang

Tidak baik

4

20

9

3

11,11

55,56

22,00

8,33


Jumlah

36

100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui lebih dari 50 % berpengetahuan cukup yaitu 20 responden (55,56%).

B. Pembahasan

Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara Di BPS Farida Desa Kedungwungu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi.

Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat bahwa sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu 20 responden (55,56%). Hasil analisis ini didukung oleh umur responden.Dari data dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 20-35 tahun yaitu 29 responden (80,56%).dan kurang dari 50% responden berumur <> 35 tahun yaitu 2 responden (5,55%).

Usia 20-35 tahun merupakan usia yang reproduktif bagi seseorang untuk dapat memotivasi diri memperoleh pengetahuan yang sebanyak banyaknya. Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jadi semakin matang usia seseorang, maka dalam memahami suatu masalah akan lebih mudah dan dapat menambah pengetahuan (Nursalam dan Pariani, 2001).Semakin banyak umur atau semakin tua seseorang maka akan mempunyai kesempatan dan waktu yang lebih lama dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Dengan demikian semakin tua umur responden asalkan dalam batasan reproduktif maka tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan payudara semakin baik.

Hasil analisis juga dipengaruhi oleh pendidikan responden. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan SMA/SMK yaitu 17 responden (47,22%), Akademi/Perguruan Tinggi yaitu 7 responden (19,44%), berpendidikan SMP yaitu 6 responden (16,67%), dan berpendidikan SD yaitu sebanyak 6 responden (16,67%). Menurut Nursalam (2001) bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehangga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Responden yang berpendidikan tinggi akan mudah menyerap informasi, sehingga ilmu pengetahuan yang dimiliki lebih tinggi namun sebaliknya orang tua yang berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam penyerapan informasi sehingga ilmu yang dimiliki juga lebih rendah yang berdampak pada kehidupannya. Hal ini dikarenakan informasi mengenai perawatan payudara adalah informasi khusus yang tidak didapat di bangku sekolah atau Perguruan tinggi umum kecuali sekolah kesehatan. Adapun informasi mengenai perawatan payudara biasanya diperoleh melalui penyuluhan kesehatan atau melalui tenaga kesehatan baik di BPS puskesmas atau posyandu.

Faktor lain disebabkan karena status pekerjaan yaitu bekerja sehingga menyebabkan responden tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mendapatkan informasi disebabkan karena kesibukannya sehari-hari. Responden mempunyai waktu yang kurang untuk mendapatkan penyuluhan kesehatandan mendemonstrasikan cara perawatan payudara. Hal ini sebagaimana yang dikutip oleh Kuntjoroningrat yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001), menyebutkan bahwa bekerja umumnya pekerjaan yang menyita waktu untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang benar. Dengan demikian pemberian informasi dan pendemonstrasian atau peragaan cara perawatan payudara yang diberikan akan mudah diterima oleh responden sehingga akan semakin termotivasi untuk melakukan perawatan payudara. Hal ini diperkuat oleh Informasi memberikan pengaruh kepada seseorang meskipun orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini akan dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut. (Nursalam dan Siti Pariani, 2001).

Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang didapat bahwa pengetahuan ibu tentang pengertian perawatan payudara lebih dari 50% berpengetahuan cukup yaitu 20 responden (55,56%). Hal ini dapat dilihat dari jawaban yang benar pada kuisioner tentang pengertian perawatan payudara. Pencapaian pengetahuan cukup diatas mungkin disebabakan oleh pendidikan responden yang cukup tinggi dan adanya pengalaman dalam cara perawatan payudara dan pernah mendapat informasi. Meskipun ada responden berlatar belakang pendidikan hanya SMP namun pernah mendapat informasi dari media atau penyuluhan dan mempunyai pengalaman tentang perawatan payudara hal ini disebabkan oleh informasi yang didapat menurut Notoatmodjo (2005) mengatakan pengalaman merupakan guru yang baik, yang bermakna bahwa pengalamn itu merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, dan pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Pendidikan berhubungan dengan transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, ketrampilan dan aspek kelakuan yang lain, dan merupakan proses belajar dan mengajar. Pola kelakuan manusia menurut apa yang diharapakan (Notoatmodjo 2003).

Pengetahuan ibu nifas tentang tujuan dan manfaat perawatan payudara diketahui bahwa dari 36 responden kurang dari 50% berpengetahuan kurang yaitu 14 responden (38,89%), sebagian besar responden menjawab pada item soal yang benar tentang tujuan dan manfaat setelah dilakukan perawatan payudara yaitu puting susu akan menjadi lebih kaku setelah melakukan perawatan payudara, dikutip oleh (Saryono – Roscha Dyah Pramitasari, 2009) hal ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan yang cukup dan kurang yaitu SMP dan SD disamping itu juga tidak pernah mendapat informasi dan adanya tidak ada pengalaman dalam melakukan perawatan payudara. Pendapat Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pengalaman, fasilitas, dan sosial budaya.

Berdasarkan analisa dan interpretasi data dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu nifas tentang cara perawatan payudara berpengetahuan tidak baik yaitu 15 responden (41,68%), hal ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan yang rendah, di samping itu juga di tunjang sebelumnya mereka tidak pernah mendapatkan informasi tentang cara perawatan payudara dan tidak mempunyai pengalaman yang lebih dalam cara melakukan perawatan payudara, dimungkinkan karena kurang memahami informasi tentang perawatan payudara yang diperoleh, menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa memahami yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan atau menginterprestasikan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dan dapat di interprestasikan dengan benar.

Pengetahuan ibu nifas tentang faktor yang mendukung perawatan payudara dapat diketahui bahwa sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu 14 responden (38,89%), hal ini dapat dilihat dari latar belakang pendidikan tinggi dan cukup yaitu perguruan tinggi dan SMA, disamping itu juga pernah mendapat informasi tentang faktor yang mendukung perawatan payudara dan mempunyai pengalaman mengenai faktor apa yang mendukung perawatan payudara. Hal ini dapat diperkuat Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa pengalaman merupakan guru yang baik yang bermakna bahwa pengalaman itu sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri merupakan domain yang sangat penting utnuk terbentuknya perilaku seseorang (Notoatmodjo,2003). Berdasarkan uraian diatas, semakin tinggi pendidikan maka semakin baik pula dalam mengaplikasikan materi dalam perawatan payudara. Meskipun ada responden yang tidak mempunyai pengalaman dalam perawatan payudara namun berpendidikan tinggi dan pernah mendapat informasi akan membentuk pengetahuan yang baik. Hal ini di mungkinkan karena memahami informasi tentang faktor yang mendukung perawatan payudara, menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa memahami yaitu suatu kemampuan utnuk menjelaskan atau menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat diinterprestasikan dengan benar.


BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan Payudara Di BPS Farida Desa Kedungwungu Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi lebih dari 50 % berpengetahuan cukup yaitu 20 responden (55,56%).

B. Saran

1. Bagi peneliti.

a. Hendaknya menambah pengetahuan tentang perawatan payudara.

b. Menerapkan ilmu yang sudah didapat selama dibangku kuliah dan menambah pengalaman dalam penerapan riset, terutama tentang perawatan payudara masa nifas.

2. Bagi tempat penelitian.

Dapat mengetahui tentang perawatan payudara dan diharapkan dapat menyediakan alat bantu pengetahuan yang berupa gambar cara/tekhnik perawatan payudara dan secara rutin mendemonstrasikan cara perawatan payudara.

3. Bagi Instansi Kesehatan

Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada ibu nifas, terutama dalam perawatan payudara masa nifas.

4. Bagi masyarakat

Masyarakat hendaknya mendukung kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau bidan terutama dalam perawatan payudara.


Daftar pustaka

Abdulkamil, (2009). Perbedaan dan pengertian penelitian. (http://www.abdulkamil.com) diakses tanggal 8 juli 2009.

Ahya, (2009).” perawatan payudara masa hamil dan nifasblog spot (online). (http://ahyab09. blogspot. Com)diakses 8 juni 2009.

Arikunto. Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian. Jakarta : rineka cipta.

Artiningsih (2008). ” pengetahuan, sikap dan motifasi ibu hamil tentang antenatal care desa purwoasri kecamatan tegaldlimo kabupaten banyuwangi”ahli madya kebidanan tidak dipublikasikan.poltekkes majapahit mojokerto.

Almaglansyah. (2008). Melakukan parawatan payudara. (http : // one.indoskripsi.com) diakses tanggal 10 juli 2009.

Notoatmodjo.s.(2005) metodelogi penelitian kesehatan . jakarta;rineka cipta.

Nursalam.(2003).konsep dan penerapan metodelogi penelitian ilmu keperawatan .jakarta :salemba medika.

Nursalam Dan Siti Parini, 2001. pendekatan praktis metodologi riset keperawatan. Jakarta : salemba medika.

Prawiroharjo. Sarwono.(2005).ilmu kebidanan.jakarta:yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo.

Saryono dyah pramitasari poischa. (2009). Perawatan payudara. Jogjakarta:mitra cendikia.

Suyanto dan Ummi Salamah, (2009). Riset Kebidanan, Mitra Cendikia Press. Jogjakarta.

Tim Poltekes Majapahit Mojokerto, (2009). Buku Pedoman Penyusun Karya Ilmiah.

Wiknjonosastro, H. 2005. ilmu kandungan. Jakarta : YBPS Prawiroharjo

http://hidupkansehat.blogspot.com/2008/12/angka-kematia-ibu-aki-sebaga-latar.htm

http:// wordpress.com/promkes/)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar