Selasa, 26 Februari 2013

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIVERTIKULISIS



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter uus besar rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin kecil.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum seperti dilukiskan pada gambar  berikut.

Pada sekum terdapat katup ileosekal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar 2 atau 3 inci pertama pada usus besar. Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum. Kolon dibagi menjadi kolon asendens, transversumm, desendens dan sigmoid. Tempat dimana kolon membentuk kelokan tajam yaitu pada abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis. Kolon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu kolon sigmoid bersatu dengan rektum. Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rektum dan terbentang dari kolon sigmoid sampai anus. Satu inci terakhir dari rektum dinamakan kanalis ani dan dilindungi oleh sfingter ani eksternus dan internus. Panjang rektum dan kanalis ani sekitar 5,9 inci (15 cm).
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi sekitar 600ml air per hari. Kapasitas absorpsi usus besar adalah sekitar 2000 ml/hari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya karena adanya kiriman yang berlebihan dari ileum, maka akan terjadi diare. Berat akhir fses yang dikeluarkan per hari sekitar 200 gr, 75% diantaranya berupa air. Sisanya terdiri dari residu makanan yang tidak di absorpsi, bakteri, sel epitel yang mengelupas, dan mineral yang tdak di absorpsi.
Pencernaan yang terjadi di usus besar di akibatkan oleh bakteri bukan karena kerja enzim. Usus besar mengekskresikan mukus alkali yang tidak mengandung enzim. Mukus ini bekerja utuk melumasi dan melindungi mukosa.
Bakteri usus besar mensintesis vitamin K dan beberapa vitamn B. Pembusukan oleh bakteri oleh bakteri dari sisa-sisa protein menjadi asan amino dan zat-zat yang lebih sederhana seperti peptida, indol, skatol, fenol dan asam lemak. Pembentukan berbagai gas seperti NH3, CO2, H2, H2S, dan CH4 membantu pembentukan flatus di kolon. Beberapa substansi ini dikeluarkan dalam feses, sedangkan zat lainnya diabsorpsi dan diangkut ke hati di mana zat-zat ini akan diubah menjadi senyawa yang kurang toksik dan diekskresikan melalui kemih.
Fermentasi bakteri pada sisa karbohidrat juga melepaskan CO2, H2, dan CH4 yang merupakan komponene flatus. Dalam sehari secara normal dihasilkan sekitar 1.000 ml flatus. Kelebihan gas dapat terjadi pada aerofagia (menelan udara secara berlebhan), dan pada peningkatan gas di dalam lumen usus, yang biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan. Makan yang mudah membentuk gasseperti kacang-kacangan mengandung banyak karbohidrat yang tidak dapat dicerna.
Pada umumnya, pergerakan usus besar adalah lambat. Pergerakan usus besar yang khas adalah gerakan mengaduk haustra. Kantong-kantong atau haustra teregang dan dari waktu ke waktu otot sirkular akan berkontraksi untuk mengosongkannya. Pergerakannya tidak progresif, tetapi menyebabkan isi usus bergerak bolak-balik dan meremas-remas sehingga memberi cukup waktu untuk absorpsi.
Terdapat dua jenis peristaltik propulsif; yaitu kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra, dan peristaltik massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen kolon. Gerakan peristaltik ini menggerakkan massa feses ke depan, sehingga merangsang defekasi. Kejadian ini timbl dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh refleks gastrokolik setelah makan., khususnya setelah makanan pertama masuk pada hari itu.
Propulsi feses ke rektum mengakibatkan distensi dinding rektum dan merangsang refleks defekasi.
B.     Tujuan
a.       Tujuan umum
Untuk meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuha keperawatan.
b.      Tujun khusus
Untuk mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan pada kasus divertikulisis.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.            Pre operasi
A.         Definisi
Kolon (usus besar) adalah suatu struktur seperti tabung yang panjang yang menyimpan dan kemudian mengeliminasi material sisa. Tekanan didalam usus besar menyebabkan kantong-kantong dari jaringan yang menonjol keluar yang mendorong keluar dari dinding-dinding usus besar ketika seseorang menua (menjadi tua). Suatu kantong yang menonjol yang mendorong keluar dari dinding usus besar disebut suatu diverticulum. Lebih dari satu kantong yang menonjol dirujuk sebagai diverticula. Diverticula dapat terjadi diselururuh usus besar. Kondisi yang mempunyai diverticula ini pada usus besar disebut diverticulosis.
Devertikulitis terjadi bila makanan atau bakteri tertahan, yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat membentuk drainase dan akhirnaya membentuk abses.
Divertikulisis adalah suatu penyakit pencernaan yang umumnya ditemukan di usus besar. Divertikulisis berkembang dari divertikulosis  yang melibatkan pembentukan kantong (diverticula) diluar usus besar. Divertikulisis terjadi bila salah satu divertikula ini meradang.
Diverticulitis paling sering mempengaruhi orang-orang setengah baya dan tua, meskipun dapat menyerang pasien yang lebih muda juga.
Divertikulitis paling umum terjadi pada kolon sigmoid(95%).Hal ini telah diperkirakan bahwa kira-kira 20% pasien dengan divertikulosis mengalami divertikulitis pada titik yang sama. Divertikulitis paling umum terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Insidensnya kira-kira 60% pada individu dengan usia lebih dari 80 tahun.Predisposisi congenital dicurigai bila terdapat gangguan pada individu yang berusia di bawah 40 tahun. Asupan diet rendah serat diperkirakan sebagai penyebab utama penyakit. Divertikulitis dapat terjadi pada serangan akut atau mungkin menetap sebagai infeksi yang kontinu dan lama.
B.           Etiologi
a.       Mikro dan makro perforasi
b.      Perbedaan tekanan antar lumen colon dan serosa serta area kelemahan dalam dinding colon
c.       Diet rendah serat
d.      Kuman-kuman seperti taenia coli
C.          Patofisiologi
Divertikulisis jarang terjadi pada orang dengan diet yang banyak mengandung serat kasar, tetapi sangat sering terjadi pada orang yang dietnya hanya sedikit mengandung serat kasar. Tegangan pada dinding organ berongga erat kaitannya dengan tekanan dalam organ dan diameter organ. Bila sebuah saluran seperti kolon sering dibiarkan menyempit (oleh karena diet rendah serat), maka timbulnya suatu tekananakan menyebabkan beban yang lebih besar pada dindingnyadaripada bila kolon itu terisi feses.
Sejalan atas usia badan, lapisan luar dari dinding usus menebal. Hal ini menyebabkan ruang terbuka di dalam usus besar untuk menyempit. Feses bergerak lebih lambat melalui usus besar, meningkatkan tekanan. Feses yang keras (seperti yang dialami oleh orang-orang yang diet rendah serat). Melalui usus besar juga dapat meningkatkan tekanan. Sering, berulang-ulang sewaktu memaksakan pergerakan usus juga akan meningkatkan tekanan dan dapat berkontribusi untuk pembentukan diverticula.
Penyakit diverticula diakibatkan oleh gangguan gerakan kolon. Pada bagian kolon yang memiliki divertikula cenderung timbul kontraksi yang kuat otot sirkular yang menimbulkan tekanan intralumen yang sangat tinggi, volume colon yang rendah (isi kurang mengandung serat), dan penurunan kekuatan otot dalam dinding colon (hipertrofi muskuler akibat massa fekal yang mengeras). Tekanan yang tinggi inilah yang menyebabkan timbulnya hernia mukosa melalui lapisan otot yang menimbulkan divertikula. Lokasi divertikula biasannya pada perlekatan kolon dan mesenterium, dimana masuknya pembuluh darah melemahkan dinding. Divertikulum menjadi sumbatan dan kemudian terinflamasi bila obstruksi bila terus berlanjut. Inflamasi cenderung melebar ke dinding usus sekitsr, mengakibatkan timbulnya kepekaan dan spastisitas kolon. Abses dapat terjadi menimbulkan peritonitis, sedangkan erosi pembuluh darah (arterial) dapat menimbulkan pendarahan.
D.       Klasifikasi
Divertikuliss memiliki dua klasifikasi yang nampak yaitu, divertikulisis akut dan divertikulisis kronik.
Pada divertikulisis akut, terdapat demam, leukositosis, nyeri tekan pada kuadran kiri bawah dan abdomen. Selama serangan akut, dapat terjadipendarahan dari jaringan granulasi vascular namunbiasanya ringan,. Kadang-kadang pendarahan terjadi massif akibat erosi yang memebus pembuluh darah besar di dekat divertikula. Pendarahan biasanya di obati secara konservatif, tetapi kadang-kadang diperlukan reseksi usus.
Sedangkan pada divertikulisis kronik menyebabkan usus mudah mengalami serangan peradangan berulang. Akibatnya dapat berupa fibrosis dan perlekatan struktur-struktur  di sekitarnya. Bila peradangan kronik menyebabkan penyempitan lumen dapat timbul obstruksi parsial kronik pada kolon, menimbulkan gejala obsipasi, feses seperti pita, diare intrmiten, dan peregangan abdomen. Gambaran akhir obstruksi mungkin dipercepat oleh serangan akut, menyebabkan abses perikolon yang menyempitkan lumen yang sudah menyempit.
E.        Tanda dan Gejala
Gejala yang paling umum ditemukan pada kasus divertikulsiss adalah nyeri pada abdomen, namun sering juga ditemukan seperti :
·         Konstipasi
·         Nyeri
·         Diare
·         Nausea
·         anoreksia
Gejala-gejala ini berkaitan dengan kesulitan mengeluarkan feses sepanjang usus besar. Tingkat keparahan gejala tergantung pada sejauh mana infeksi dan komplikasi. Tanda yang paling umum adalah teraba kelembutan pada sisi kiri perut bagian bawah. Divertikulisis memburuk sepanjang hari, karena pada awal nyeri ringan dan perlahan-lahan berubah menjadi nyeri tajam.

F.        Penatalaksanaan keperawatan
Bila divertikula ditemukan secara kebetulan dan penderita asimtomatik, umumnya tidak diobati. Akan tetapi, 90% kasus divertikulisis diobati secara medik. Kasus ringan tanpa tanda-tanda perforasi diobati dengan diet cair, pelunak feses, istirahat baring, dan antibiotic spectrum luas. Antibiotik yang bermanfaat melawan bakteri gramnegatif anaerob dapat diberikan pada penderita yang diduga mengalami perforasi atau abses. Insisi dan drainase abses mungkin diperlukan.

G.       Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium yang akan membantu dalam diagnosis adalah :
·            Hitungan darah lengkap ( hitung sel darah putih akan meningkat)
·            Laju sedimentasi (biasanya akan meningkat

I.          Pengkajian
·         Tanggal masuk
·         Tanggal pengkajian
1.      Data biografi
Identitas pasien
·         Nama
·         Umur
·         Jenis kelamin
·         Pekerjaan
·         Alamat
·         Agama
Identitas penanggung jawab
·         Nama
·         Umur
·         Alamat
·         Jenis kelamin
·         Agama
·         Pekerjaan
·         Hubungn dengn pasien
2.      Riwayat kesehatan
a.       Keluhan utama

Pada pasien dengan divertikulum datang dengan keluhan nyeri abdomen bersifat kram dan tersering terlokalisasi atau diare, gangguan BAB, mual muntah atau gejala urinarius menetap, distensi abdomen dan masa abdomen, sampai dengan komplikasi serius seperti perforasi (asimtomatik) beberapa jam sebelum dibawa ke Rumah Sakit.

b.      Riwayat kesehatan.

Selama mendapat riwayat kesehatan, pasien ditanya tentang awitan dan durasi nyeri serta pola eliminasi saat ini dan masa lalu. Kebiasaan diet dikaji ulang untuk menentukan asupan serat. Pasien ditanya tentang mengejan saat defekasi,adanya konstifasi dengan periode diare, tenesmus (spasme sfingter anal dengan nyeri dan dorongan untuk defekasi) terus-menerus, kembung abdomen, dan distensi.
c.       Pemeriksaan fisik
·      Inspeksi
Pada pemeriksaan inspeksi pehatikan apakah pasien tampak pucat, lesu, nyeri abdomen, mual muntah, dan BAB pasien.
·      Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi teraba nyeri tekan pada daerah divertikulisis pada kuadran kiri bawah.
·      Auskultasi
Pada pemeriksaan auskultasi dilakukan pada daerah abdomen
d.      Pemeriksaan diagnostic
·      Sinar X
Dilakukan untuk mengesampingkan apendisitis
·      Enema barium
Memberikan informasi diagnostic dengan menandai sisi dan luasnya penyakit.
·      Pemindai temografi computer (CT)
Dapat menunjukan abses
·      Kolonscopi
Dilakukan untuk mengobservasi divertikula dan membedakannya untuk  mendeteksi kemungkinan adanya penyakit lain.
J.            Diagnosa keperawatan
a.       Gangguan kebutuhan eliminasi berhubungan dengan menurunnya peristatik akibat penyumbatan oleh kantung-kantung diverticula ditandai dengan konstipasi.
b.      Gangguan kebutuhan nyaman nyeri berhbungan dengan gangguan mobilitas akibat nyeri pada adomen
c.       Gangguan kebutuhan eliminasi berhubungan dengan malabsorpsi atau proses inflamasi akibat penyakit infeksi divertikulisis ditandai dengan diare
d.    Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan  penurunan nafsu makan(anoreksia)
K.          INTERVENSI
1.    Gangguan kebutuhan eliminasi berhubungan dengan menurunnya peristaltic akibat
     penyumbatan oleh kantung-kantung divertikula yang ditandai dengan konstipasi
 Tujuan                   : Pencegahan dan penghilangan konstipasi/impaksi
 Kriteria hasil          : Mendapatkan dan mempertahankan eliminasi normal

Intervensi
Rasional
       1     Pantau pergerakan defekasi, meliputi : 
·      Frekuensi
·      Konsistensi
·      Bentuk
·      Volume dan
·      Warna
         2    Berikan makanan yang lunak tetapi        
            mempunyai serat tinggi
       3   Berikan obat pelunak feses sesuai resep
          Tekankan penghindaran mengejan selama
          defekasi
       1      Untuk mengetahui perkembangan proses
            defekasi pasien
       2.    Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi
              3.  Untuk melunakkan feses dan menurunkan tingkat
            inflamasi
             4.  Untuk mencegah perubahan pada tanda vital,
            sakit kepala atau perdarahan
2.      Gangguan kebutuhan nyaman nyeri berhubungan dengan gangguan mobilitas akibat nyeri pada abdomen.
Tujuan                         : untuk mengurangi rasa nyeri
Kriteria hasil                : nyeri dapat berkurang
Intervensi
Rasional
  1.         Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensip meliputi :

·      Lokasi
·      Karakteristik
·      Durasi
·      Frekuensi
·      Kualitas
·      Intensitas
     

    2   Berikan analgesic 
.                   3. Tawarkan tehnik pengurang nyeri
              seperti, tehnik relaksasi, dan
               masase punggung
                   4. Bantu pasien untuk berfokus pada 
             aktivitas daripada nyeri dengan
             melakukan pengalihan melalui televise,
              radio, tape dan kunjungan.
             5.   Tingkatkan istirahat/tidur yang adekuat
1.     
       1.Untuk mengetahui perkembangan nyeri pasien
       .2. Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
     
 3.  Untuk mengurangi nyeri
          4.  Untuk mengalihkan rasa nyeri
               5.Untuk memfasilitasi pengurangan rasa nyeri
3.      Gangguan kebutuhan eliminasi berhubungan dengan malabsorpsi atau proses inflamasi akibat penyakit divertikulisis ditandai dengan diare
Tujuan                      :kemampuan saluran gastrointestinal untuk membentuk dan     mengeluarkan feses secara efektif.
Kriteria hasil              :diare dapat dikendalikan dan dihilangkan yang ditunjukkan dengan eliminasi defekasi yang efektif.
Intervensi
Rasional
1.      Kaji dan dokumentasikan :
·      Frekuensi
·      Warna
·      Konsistensi
·       Jumlah (ukuran) feses
·      Turgor kulit dan
·      Kondisi mukosa mulut sebagai indicator dehidrasi
2.      Timbang berat badan pasien setiap hari
3.      Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan usus besar misalnya, puasa atau diet.
4.      Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil, sering dan jumlah ditingkatkan secara bertahap
           1.Untuk mengontrol perkembangan kesehatan 
          pasien dan pola defekasi pasien
           2.  Untuk mengetahui perubahan dan perkembangan
          berat badan pasien
           3. Untuk membantu memgembalikan fungsi kerja usus
         besar yang terganggu
            4. Untuk membantu  memenuhi kebutuhan nutrisi
4.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan (anoreksia)
Tujuan             : Nafsu makan dan berat badan bertambah
Kriteria hasil    : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan peningkatan yang tepat.
Intervensi
Rasional
1.   Berikan banyak minum (jus buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).
2.   Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum).
3.   Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.
4.    Timbang berat badan pasien setiap hari
1.      Untuk memberikan asupan cairan yang seimbang
2.      Untuk membantu memenuhi kebutuhan cairan
3.      Agar kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi kembali
4.      Untuk mengetahui perkembangan berat bada pasien
L.     Implementasi : sesuai Intervensi
M.         Evaluasi
1.      Pasien mengatakan pola eliminasi normal
·         Passase feses lembut dan berbentuk tanpa nyeri dan mengejan
·         Mengeluarkan feses tanpa bantuan
·         Mengeluarkan feses dengan konsistensi dan frekuensi sesuai dengan kebiasaan pasien.
2.      Pasien dapat mengatur kebutuhan diet (misalnya, cairan dan serat) yang dibutuhkan untuk mempertahankan pola defekasi yang biasanya
3.      Pasien mampu mengenali factor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mengurangi atau mencegah nyeri dengan analgesic dan non analgesic secara tepat.
4.      Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi
5.      Pemenuhan asupan cairan dan nutrisi seimbang
2.            Pasca operasi
A.       Definisi
Kolon (usus besar) adalah suatu struktur seperti tabung yang panjang yang menyimpan dan kemudian mengeliminasi material sisa. Tekanan didalam usus besar menyebabkan kantong-kantong dari jaringan yang menonjol keluar yang mendorong keluar dari dinding-dinding usus besar ketika seseorang menua (menjadi tua). Suatu kantong yang menonjol yang mendorong keluar dari dinding usus besar disebut suatu diverticulum. Lebih dari satu kantong yang menonjol dirujuk sebagai diverticula. Diverticula dapat terjadi diselururuh usus besar. Kondisi yang mempunyai diverticula ini pada usus besar disebut diverticulosis.
Devertikulitis terjadi bila makanan atau bakteri tertahan, yang menghasilkan infeksi dan inflamasi yang dapat membentuk drainase dan akhirnaya membentuk abses.
Divertikulisis adalah suatu penyakit pencernaan yang umumnya ditemukan di usus besar. Divertikulisis berkembang dari divertikulosis  yang melibatkan pembentukan kantong (diverticula) diluar usus besar. Divertikulisis terjadi bila salah satu divertikula ini meradang.
Diverticulitis paling sering mempengaruhi orang-orang setengah baya dan tua, meskipun dapat menyerang pasien yang lebih muda juga.
Divertikulitis paling umum terjadi pada kolon sigmoid(95%).Hal ini telah diperkirakan bahwa kira-kira 20% pasien dengan divertikulosis mengalami divertikulitis pada titik yang sama. Divertikulitis paling umum terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Insidensnya kira-kira 60% pada individu dengan usia lebih dari 80 tahun.Predisposisi congenital dicurigai bila terdapat gangguan pada individu yang berusia di bawah 40 tahun. Asupan diet rendah serat diperkirakan sebagai penyebab utama penyakit. Divertikulitis dapat terjadi pada serangan akut atau mungkin menetap sebagai infeksi yang kontinu dan lama.
B.     Etiologi
a.    Mikro dan makro perforasi
b.      Perbedaan tekanan antar lumen colon dan serosa serta area kelemahan dalam dinding colon
c.       Diet rendah serat
d.      Kuman-kuman seperti taenia coli
C.          Patofisiologi
Divertikulisis jarang terjadi pada orang dengan diet yang banyak mengandung serat kasar, tetapi sangat sering terjadi pada orang yang dietnya hanya sedikit mengandung serat kasar. Tegangan pada dinding organ berongga erat kaitannya dengan tekanan dalam organ dan diameter organ. Bila sebuah saluran seperti kolon sering dibiarkan menyempit (oleh karena diet rendah serat), maka timbulnya suatu tekananakan menyebabkan beban yang lebih besar pada dindingnyadaripada bila kolon itu terisi feses.
Sejalan atas usia badan, lapisan luar dari dinding usus menebal. Hal ini menyebabkan ruang terbuka di dalam usus besar untuk menyempit. Feses bergerak lebih lambat melalui usus besar, meningkatkan tekanan. Feses yang keras (seperti yang dialami oleh orang-orang yang diet rendah serat). Melalui usus besar juga dapat meningkatkan tekanan. Sering, berulang-ulang sewaktu memaksakan pergerakan usus juga akan meningkatkan tekanan dan dapat berkontribusi untuk pembentukan diverticula.
Penyakit diverticula diakibatkan oleh gangguan gerakan kolon. Pada bagian kolon yang memiliki divertikula cenderung timbul kontraksi yang kuat otot sirkular yang menimbulkan tekanan intralumen yang sangat tinggi, volume colon yang rendah (isi kurang mengandung serat), dan penurunan kekuatan otot dalam dinding colon (hipertrofi muskuler akibat massa fekal yang mengeras). Tekanan yang tinggi inilah yang menyebabkan timbulnya hernia mukosa melalui lapisan otot yang menimbulkan divertikula. Lokasi divertikula biasannya pada perlekatan kolon dan mesenterium, dimana masuknya pembuluh darah melemahkan dinding. Divertikulum menjadi sumbatan dan kemudian terinflamasi bila obstruksi bila terus berlanjut. Inflamasi cenderung melebar ke dinding usus sekitsr, mengakibatkan timbulnya kepekaan dan spastisitas kolon. Abses dapat terjadi menimbulkan peritonitis, sedangkan erosi pembuluh darah (arterial) dapat menimbulkan pendarahan.
D.       Klasifikasi
Divertikuliss memiliki dua klasifikasi yang nampak yaitu, divertikulisis akut dan divertikulisis kronik.
Pada divertikulisis akut, terdapat demam, leukositosis, nyeri tekan pada kuadran kiri bawah dan abdomen. Selama serangan akut, dapat terjadipendarahan dari jaringan granulasi vascular namunbiasanya ringan,. Kadang-kadang pendarahan terjadi massif akibat erosi yang memebus pembuluh darah besar di dekat divertikula. Pendarahan biasanya di obati secara konservatif, tetapi kadang-kadang diperlukan reseksi usus.
Sedangkan pada divertikulisis kronik menyebabkan usus mudah mengalami serangan peradangan berulang. Akibatnya dapat berupa fibrosis dan perlekatan struktur-struktur  di sekitarnya. Bila peradangan kronik menyebabkan penyempitan lumen dapat timbul obstruksi parsial kronik pada kolon, menimbulkan gejala obsipasi, feses seperti pita, diare intrmiten, dan peregangan abdomen. Gambaran akhir obstruksi mungkin dipercepat oleh serangan akut, menyebabkan abses perikolon yang menyempitkan lumen yang sudah menyempit.
E.        Tanda dan Gejala
Gejala yang paling umum ditemukan pada kasus divertikulsiss adalah nyeri pada abdomen, namun sering juga ditemukan seperti :
·         Konstipasi
·         Nyeri
·         Diare
·         Nausea
·         anoreksia
Gejala-gejala ini berkaitan dengan kesulitan mengeluarkan feses sepanjang usus besar. Tingkat keparahan gejala tergantung pada sejauh mana infeksi dan komplikasi. Tanda yang paling umum adalah teraba kelembutan pada sisi kiri perut bagian bawah. Divertikulisis memburuk sepanjang hari, karena pada awal nyeri ringan dan perlahan-lahan berubah menjadi nyeri tajam.
F.        Penatalaksanaan keperawatan
Pembedahan hanya diperlukan pada penyakit yang berat dan luas atau pada komplikasi. Pembedahan yang diperlukan adalah reseksi kolon yang sakit disertai anastomosis untuk mengembalika kontinuitas. Bila tidak terdapat komplikasi, pembedahan dapat dilakukan pada stadium satu. Pada kasus lain, dapat dilakukan kolostomi sementara dengan mengalihkan feses ke permukaan abdomen (kolostomi). Anastomosis dan penutupan dilakukan di kemudian hari.
G.       Pemeriksaan penunjang
Tes laboratorium yang akan membantu dalam diagnosis adalah :
·            Hitungan darah lengkap ( hitung sel darah putih akan meningkat)
·            Laju sedimentasi (biasanya akan meningkat
I.          Pengkajian
·         Tanggal masuk
·         Tanggal pengkajian
J.       Data biografi
Identitas pasien
·         Nama
·         Umur
·         Jenis kelamin
·         Pekerjaan
·         Alamat
·         Agama
Identitas penanggung jawab
·         Nama
·         Umur
·         Alamat
·         Jenis kelamin
·         Agama
·         Pekerjaan
·         Hubungn dengn pasien
K.    Riwayat kesehatan
e.       Keluhan utama

Pada pasien dengan divertikulum datang dengan keluhan nyeri abdomen bersifat kram dan tersering terlokalisasi atau diare, gangguan BAB, mual muntah atau gejala urinarius menetap, distensi abdomen dan masa abdomen, sampai dengan komplikasi serius seperti perforasi (asimtomatik) beberapa jam sebelum dibawa ke Rumah Sakit.

f.       Riwayat kesehatan.

Selama mendapat riwayat kesehatan, pasien ditanya tentang awitan dan durasi nyeri serta pola eliminasi saat ini dan masa lalu. Kebiasaan diet dikaji ulang untuk menentukan asupan serat. Pasien ditanya tentang mengejan saat defekasi,adanya konstifasi dengan periode diare, tenesmus (spasme sfingter anal dengan nyeri dan dorongan untuk defekasi) terus-menerus, kembung abdomen, dan distensi.
g.      Pemeriksaan fisik
·      Inspeksi
Pada pemeriksaan inspeksi pehatikan apakah pasien tampak pucat, lesu, nyeri abdomen, mual muntah, dan BAB pasien.
·      Palpasi
Pada pemeriksaan palpasi teraba nyeri tekan pada daerah divertikulisis pada kuadran kiri bawah.
·      Auskultasi
Pada pemeriksaan auskultasi dilakukan pada daerah abdomen
h.      Pemeriksaan diagnostic
·      Sinar X
Dilakukan untuk mengesampingkan apendisitis
·      Enema barium
Memberikan informasi diagnostic dengan menandai sisi dan luasnya penyakit.
·      Pemindai temografi computer (CT)
Dapat menunjukan abses
·      Kolonscopi
Dilakukan untuk mengobservasi divertikula dan membedakannya untuk  mendeteksi kemungkinan adanya penyakit lain.
L.           Diagnosa keperawatan
e.       Gangguan kebutuhan eliminasi berhubungan dengan menurunnya peristatik akibat penyumbatan oleh kantung-kantung diverticula ditandai dengan konstipasi.
f.       Gangguan kebutuhan nyaman nyeri berhbungan dengan gangguan mobilitas akibat nyeri pada adomen
g.      Gangguan kebutuhan eliminasi berhubungan dengan malabsorpsi atau proses inflamasi akibat penyakit infeksi divertikulisis ditandai dengan diare
h.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan  penurunan nafsu makan(anoreksia)
M.         INTERVENSI
1.      Gangguan kebutuhan eliminasi berhubungan dengan menurunnya peristaltic akibat penyumbatan oleh kantung-kantung divertikula yang ditandai dengan konstipasi
Tujuan                   : Pencegahan dan penghilangan konstipasi/impaksi
Kriteria hasil          : Mendapatkan dan mempertahankan eliminasi normal
Intervensi
Rasional
             5.  Pantau pergerakan defekasi, meliputi :
·      Frekuensi
·      Konsistensi
·      Bentuk
·      Volume dan
·      Warna
             6.   Berikan makanan yang lunak tetapi
           mempunyai serat tinggi
             7.  Berikan obat pelunak feses sesuai resep
              8.  Tekankan penghindaran mengejan selama
           defekasi
            5.  Untuk mengetahui perkembangan proses defekasi
           pasien
             6. Agar kebutuhan nutrisi terpenuhi
            7.  Untuk melunakkan feses dan menurunkan tingkat
           inflamasi
        8. Untuk mencegah perubahan pada tanda vital, 
          sakit kepala atau perdarahan
2.      Gangguan kebutuhan nyaman nyeri berhubungan dengan gangguan mobilitas akibat nyeri pada abdomen.
Tujuan                         : untuk mengurangi rasa nyeri
Kriteria hasil                : nyeri dapat berkurang
Intervensi
Rasional
             6.  Lakukan pengkajian nyeri yang
           komprehensip meliputi :
·      Lokasi
·      Karakteristik
·      Durasi
·      Frekuensi
·      Kualitas
·      Intensitas
         7.     Berikan analgesic
             8.  Tawarkan tehnik pengurang nyeri seperti,
          tehnik relaksasi, dan masase punggung
        9.     Bantu pasien untuk berfokus pada 
            aktivitas daripada nyeri dengan melakukan
            pengalihan melalui televise, radio, tape 
            dan kunjungan.
      10. Tingkatkan istirahat/tidur yang adekuat
        6.      Untuk mengetahui perkembangan nyeri pasien
          7.   Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
             8.     Untuk mengurangi nyeri
             9.  Untuk mengalihkan rasa nyeri
       10.Untuk memfasilitasi pengurangan rasa nyeri
3.      Gangguan kebutuhan eliminasi berhubungan dengan malabsorpsi atau proses inflamasi akibat penyakit divertikulisis ditandai dengan diare
Tujuan                      :kemampuan saluran gastrointestinal untuk membentuk dan     mengeluarkan feses secara efektif.
Kriteria hasil              :diare dapat dikendalikan dan dihilangkan yang ditunjukkan dengan eliminasi defekasi yang efektif.
Intervensi
Rasional
5.      Kaji dan dokumentasikan :
·      Frekuensi
·      Warna
·      Konsistensi
·       Jumlah (ukuran) feses
·      Turgor kulit dan
·      Kondisi mukosa mulut sebagai indicator dehidrasi
6.      Timbang berat badan pasien setiap hari
7.      Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan usus besar misalnya, puasa atau diet.
8.      Anjurkan pasien untuk makan dalam porsi kecil, sering dan jumlah ditingkatkan secara bertahap
          5.   Untuk mengontrol perkembangan kesehatan
           pasien dan pola defekasi pasien
      6.    Untuk mengetahui perubahan dan 
           perkembangan berat badan pasien
        7.   Untuk membantu memgembalikan fungsi kerja 
           usus besar yang terganggu
             8.  Untuk membantu  memenuhi kebutuhan nutrisi
4.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan (anoreksia)
Tujuan             : Nafsu makan dan berat badan bertambah
Kriteria hasil    : Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan peningkatan yang tepat.
Intervensi
Rasional
5.   Berikan banyak minum (jus buah-buahan, sirup yang tidak memakai es).
6.   Berikan susu porsi sedikit tetapi sering (susu dibuat encer dan tidak terlalu manis, dan berikan susu tersebut dalam keadaan yang hangat ketika diminum).
7.   Berikan makanan lunak, misalnya bubur yang memakai kuah, sup atau bubur santan memakai gula dengan porsi sedikir tetapi dengan kuantitas yang sering.
8.    Timbang berat badan pasien setiap hari
5.      Untuk memberikan asupan cairan yang seimbang
6.      Untuk membantu memenuhi kebutuhan cairan
7.      Agar kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi kembali
8.      Untuk mengetahui perkembangan berat bada pasien
L.     Evaluasi
1.     Pasien mengatakan nyeri berkurang
2.     Nutrisi cukup dari kebutuhan pasien
3.     Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi
4.  Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi rencana tindakan dan tindakan perawatan diri prefentif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar