Selasa, 19 Februari 2013

preeklamsi dan eklamsia


 

Pre-eklampsia (AS: preeklampsia) adalah suatu kondisi medis di mana timbul hipertensi dalam kehamilan (kehamilan-induced hipertensi) dalam hubungannya dengan jumlah signifikan protein dalam urin. Pre-eklampsia mengacu pada satu set gejala bukan faktor penyebab, dan ada banyak penyebab yang berbeda untuk kondisi tersebut. Tampaknya mungkin bahwa ada zat-zat dari plasenta yang dapat menyebabkan disfungsi endotel di pembuluh darah ibu perempuan rentan. Sementara tekanan darah elevasi adalah tanda yang paling terlihat dari penyakit itu, melibatkan kerusakan pada endotel umum ibu, ginjal, dan hati, dengan rilis faktor vasokonstriksi yang sekunder terhadap kerusakan asli.
Pre-eklampsia dapat berkembang dari 20 minggu kehamilan (itu dianggap onset dini sebelum 32 minggu, yang dikaitkan dengan peningkatan morbiditas). Kemajuannya berbeda antara pasien, kebanyakan kasus yang didiagnosis pra-panjang. Pre-eklampsia juga dapat terjadi hingga enam minggu pasca-melahirkan. Selain operasi caesar atau induksi persalinan (dan karenanya pengiriman plasenta), tidak ada obat dikenal. Ini adalah yang paling umum dari komplikasi kehamilan yang berbahaya, itu dapat mempengaruhi baik ibu dan anak yang belum lahir. dan gejala tambahan.
Pre-eklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia, ditandai dengan penampilan tonik-klonik. Hal ini hanya terjadi sangat jarang.
Meskipun eklampsia adalah fatal, pra-eklampsia sering tanpa gejala, maka deteksi tergantung pada tanda-tanda atau investigasi. Meskipun demikian, salah satu gejala yang sangat penting karena sangat sering disalahartikan. Para nyeri epigastrium, yang mencerminkan keterlibatan hati dan khas dari sindrom HELLP, mudah mungkin bingung dengan mulas, masalah yang sangat umum kehamilan. Namun, tidak membakar dalam kualitas, tidak menyebar ke atas menuju tenggorokan, terkait dengan kelembutan hati, bisa menjalar sampai ke belakang, dan tidak berkurang dengan memberikan antasida. Hal ini sering sangat parah, yang digambarkan oleh penderita sebagai nyeri terburuk yang pernah mereka alami. Perempuan yang terkena tidak jarang disebut sebagai dokter bedah umum menderita perut akut, misalnya kolesistitis akut.
Secara umum, tidak ada tanda-tanda pre-eklampsia adalah spesifik, kejang bahkan di kehamilan lebih mungkin untuk memiliki penyebab lain selain eklampsia dalam praktek modern. Diagnosis, oleh karena itu, tergantung pada kebetulan menemukan beberapa pra-eklampsia fitur, bukti akhir yang regresi mereka setelah melahirkan.
Beberapa wanita mengalami tekanan darah tinggi tanpa proteinuria (protein dalam urin), ini disebut Kehamilan-induced hypertension (PIH) atau hipertensi gestasional. Kedua pre-eclampsia dan PIH dianggap sebagai kondisi yang sangat serius dan memerlukan pemantauan yang cermat dari ibu dan janin.
Pre-eklampsia terjadi pada sebanyak 10% dari kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga, dan setelah minggu ke-32. Beberapa wanita akan mengalami pre-eklampsia sedini 20 minggu, meskipun hal ini jarang terjadi. Hal ini jauh lebih umum pada wanita yang hamil untuk pertama kalinya, dan frekuensi turun secara signifikan pada kehamilan kedua. Sementara perubahan ayah pada kehamilan berikutnya sekarang diduga menurunkan risiko, kecuali pada mereka dengan riwayat keluarga hipertensi kehamilan, karena peningkatan usia ibu meningkatkan risiko telah sulit untuk mengevaluasi bagaimana perubahan signifikan sebenarnya ayah dan penelitian menyediakan data yang bertentangan tentang titik ini.
Pre-eklampsia juga lebih umum pada wanita yang telah ada sebelumnya hipertensi, diabetes, penyakit autoimun seperti lupus, thrombophilias berbagai mewarisi seperti Faktor V Leiden, atau penyakit ginjal, pada wanita dengan riwayat keluarga pra-eklampsia, wanita gemuk, dan pada wanita dengan kehamilan multipel (kembar, kembar tiga, dan banyak lagi). Risiko paling signifikan tunggal untuk mengalami pre-eklampsia adalah telah memiliki pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya.
Pre-eklampsia juga dapat terjadi dalam periode pasca-partum segera. Hal ini disebut sebagai "melahirkan pra-eklampsia." Waktu yang paling berbahaya bagi ibu adalah 24-48 jam setelah melahirkan perhatian dan hati-hati harus dibayar untuk pra-eklampsia tanda-tanda dan gejala.

hipertensi

Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum atau timbul dalam kehamilan atau pada nifas. Golongan penyakit ini ditandai dengan hipertensi dan sering disertai proteinuri, edema, kejang, koma, atau gejala-gejala lain.

Penyakit ini cukup sering dijumpai dan masih merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Di Amerika Serikat, 1/3 dari kemtian ibu disebabkan karena penyakit ini.di RSHS, pada tahun 1991-1994 ditemukan kejadian hipertensi pada kehamilan sebanyak 5,8% dan 0,6% kejadian eklamsi. Penyakit hipertensi ini bisa menyebabkan partus prematurus yang juga menyumbangkan peningkatan terhadap angka kematian perinatal.

Klasifikasi :
1. Kehamilan yang menyebabkan Hipertensi -  Hipertensi yang timbul sebagai akibat kehamilan dan akan menghilang pada masa nifas, seperti :
  • Hipertensi tampa proteinuri atau edem
  • Preeklamsi dengan atau tampa proteinuri dan udem, yaitu preeklmsi ringan dan preeklamsi berat
  • Eklamsi, yaitu kejang disertai atau tampa proteinuri dan udem
2. Hipertensi kronis yang mendahului kehamilan dan menetap pada masa nifas
3. Kehamilan yang memperburuk hipertensi – Hipertensi yang sudah ada diperburuk dengan adanya kehamilan, yaitu hipertensi yang diperberat dengan adanya pre eklamsi dan eklamsi
4. Hipertensi sementara – Hipertensi yang terjadi sementara, yang disebut juga transient hipertensi

Pada beberapa keadaan ada hipertensi yang timbul pada trimester kedua atau lebih, dan ditendai dengan kenaikan tekanan darah ringan tanpa mengganggu kehamilan. Hipertensi semacam ini akan menghilang setelah persalinan tetapi dapat berulang pada kehamilan berikutnya.

Adapun keadaan hipertensi pada kehamilan jika disertai dengan proteinuri dan udem dinamakan preeklamsi. Jika ditambah pula dengan kejang maka dinamakan eklamsi. Dalam pembahasan kali ini, preeklamsi dan eklamsi akan dijelaskan oleh rekan yang lain.

Gejala dan tanda
  • Tekanan darah diastolik merupakan indikator dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan, oleh karena tekanan diastolik mengukur tahanan perifer dan tidak tergantung keadaan emosional pasien.
  • Diagnosis hipertensi dibuat jika tekanan darah diastolik ≥90 mmHg pada dua pengukuran berjarak satu jam atau lebih.
  • Hipertensi dalam kehamilan dapat dibagi dalam hipertensi karena kehamilan dan hipertensi kronik. Hipertensi karena kehamilan adalah  jika hipertensi terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20mgg, selama persalinan, dan atau dalam 48 jam pasca persalinan. Hipertensi kronik adalah jika hipertensi terjadi sebelum kehamilan 20mgg.
Penanganan umum

1.    Segera rawat

2.    Lakukan penilaian klinik terhadap keadaan umum sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.

3.    Jika pasien tidak bernafas :
  • bebaskan jalan nafas,
  • beri O2 dengan masker,
  • intubasi jika perlu.
4.    Jika pasien tudak sadar atau koma.
  • Bebaskan jalan nafas,
  • Baringkan pada satu sisi,
  • Ukur suhu,
  • Periksa apakah ada kaku tengkuk
5.    Jika pasien syok :lihat penanganan syok

6.    Jika ada perdarahan  : lihat penanganan perdarahan.
  • Baringkan pada satu sisi,tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi secret,muntahan atau darah,
  • Bebaskan jalan nafas,
  • Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah,
  • Fiksasi,untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur.
7.    Jika kejang, baringkan pada satu sisi tempat tidur, arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan atau darah. Bebaskan jalan nafas. Pasang spatel lidah untuk menghindari tergigitnya lidah. Piksasi, untuk menghindari jatuhnya pasien dari tempat tidur.

Peran bidan dalam kehamilan

Hal – hal yang harus bidan lakukan dalam pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan :
  1. Memeriksa tekanan darah secara tepat pada setiap pemeriksaan kehamilan, termasuk pengukuran tekanan darah dengan teknik yang benar.
  2. Melakukan pemeriksaan pada setiap pagi hari.
  3. Ukur tekanan darah pada lengan kiri. Posisi ibu hamil duduk atau berbaring dengan posisi yang sama pada tiap kali pengukuran ( Letakkan tensimeter di tempat yang datar  setinggi jantung ibu hamil dan gunakan ukuran manset yang sesuai)
  4. Catat tekanan darah
  5. Jika tekanan darah diatas 140/90 mmhg atau peningkatan diastole 15 mmhg atau lebih (sebelum 20 minggu),ulangi pengukuran tekanan darah dalam 1 jam.Bila tetap maka berarti ada kenaikan tekanan darah.Periksa adanya edema terutama pada wajah atau pada tungkai baeah /tulang kering atau daerah sacral.
  6. Bila ditemukan hipertensi pada kehamilan, lakukan pemeriksaan urin terhadap albumin pada setiap kali kunjungan.
  7. Segera rujuk ibu hamil ke rumah sakit jika : Tekanan darah sangat tinggi, kenaikan tekanan darah  naik secara tiba- tiba,berkurangnya air seni( sedikit dan berwarna gelap),edema berat yang timbul mendadak,khususnya pada wajah/daerah sacral
  8. Jika tekanan darah naik namun tidak ada edema sedangkan doker tidak mudah dicapai maka pantaulah tekanan darah, periksa protein urin terhadap protinuria dan denyut jantung janin dengan seksama pada keesokan harinya atau sesudah 6 jam istirahat.
  9. Jika tekanan darah tetep naik ,rujuk untuk pemeriksaan lanjutan walaupun tidak edema atau proteinuria.
  10. Jika tekanan darah kembali normal atau kenaikannya kurang dari 15 mmhg:
  • Beri informasi atau penjelasan pada ibu hamil ,suami atau keluarga tentang tanda-tanda eklamsia yang mengancam ,khususnya sakit kepala ,pandangan kabur, nyeri ulu hati dan pembengkakan pada kaki/punggung/wajah.
  • Jika tanda-tanda diatas ditemukan segera rujuk ke rumah sakit
   11. Bicarakan seluruh temuan dengan ibu hamil dan suami/keluarga.
   12. Catat semua temuan pada KMS ibu hamil / buku KIA.
PENANGANAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
PADA BERBAGAI TINGKAT PELAYANAN

POLINDES
  1. Rawat jalan 1 x seminggu
  2. Pantau tekanan darah proteinuria, kesejahteraan janin
  3. Tunggu persalinan aterm
PUSKESMAS
  1. Rawat jalan 1 x seminggu
  2. Pantau tekanan darah proteinuria, kesejahteraan janin
  3. Tunggu persalinan aterm
  4. Jika keadaan memburuk tangani sebagai preeklamsia
RUMAH SAKIT
  1. Kendalikan hipertensi seperti pada preeklamsia
  2. Terminasi kehamilan jika terjadi PEB
Hal – hal yang harus diperhatikan atau diingat
  • Tekanan darah harus diukur dengan seksama, sebaiknya pada lengan kiri dalam posisi duduk atau berbaring dengan punggung kiri ditinggikan dengan bantal.
  • Jangan membaringkan ibu hamil terlentang pada punggungnya karena dapat menyebabkan pingsan atau hasil pengukuran tekanan darah yang salah
  • Baca angka pada tensimeter setinggi mata, bila menggunakan tensimeter air raksa.
  • Gunakan ukuran manset yang tepat sedikitnya 80% manset dapat melingkari lengan, dengan selang manset dibagian dalam,tepi bawah manset 2 cm diatas lipatan siku.
  • Guinakan stetoskop dengan benar bagian telinga harus terpasdang dengan baik.
  • Periksa apakah semua peralatan bekerja dengan baik
  • Catat tekanan sistol dan diastol.
Penatalaksanaan persalinan pada pasien dengan hipertensi
  1. Hipertensi essensial, persalinan dengan induksi yang disusul sterilisasi atau melakukan abortus medisinalis. Dengan pertimbangan janin akan mati jika tetap dipertahankan dan prognosa ibu makin lama semakin memburuk.
  2. Preeklamsia ringan, masih bisa ditangani oleh bidan dengan pemantauan intensif tekanan darah. Apabila terjadi peningkatan tekanan diastolik yang berarti segera rujuk.
  3. Preeklamsia berat, bisa dilakukan dengan perawatan aktif. Kehamilan segera diterminasi didahului dengan pemberian terapi medisinalis. Dan segera rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap.
  4. Eklamsia, terminasi kehamilan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar