TATA CARA INJEKSI DAN
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
1. Pendahuluan
Pengukuran tekanan darah dan tata cara menyuntik yang disampaikan kali ini, difokuskan pada pelatihan praktis dan hal-hal esensial yang harus diketahui untuk menjalankan pengabdian masyarakat. Dasar penulisan ini kami ambil dari buku Penmas '04, buku petunjuk praktikum, kuliah IKA, dan dari pengalaman. Sehingga banyak hal yang kami ringkas dan kami tambahkan agar lebih dipahami. Namun demikian tulisan ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, apabila menemukan hal tersebut harap ditanyakan kembali ke penulis maupun fasilitator.
Sebenarnya, prosedur dalam menyuntik dan mengukur tekanan darah tidak terlalu sulit, namun maba sering melakukan kesalahan sedikitnya karena dua hal:
1. Persiapan mental yang kurang (Grogi, takut, ga percaya diri)
2. Latihan yang kurang dan "meremehkan" latihan yang dibuat.
2. Tata Cara Injeksi
Sebenarnya banyak terdapat jenis cara menyuntik tergantung tujuannya seperti:
1. Suntikan Intra Muskular
2. Suntikan Intra Vena
3. Suntikan Subcutan
4. Suntikan Intracutan
5. Suntikan Intra Arteri dan sebagainya
Namun yang akan rekan-rekan praktekkan dalam pengobatan massal adalah suntikan intra muskular. Jadi pada kesempatan ini maka hanya dibahas tata cara injeksi intra muskular.
Yang Harus Diingat!!
1. BERDOA dulu
2. Harus didampingi oleh PENGAWAS (dokter/perawat), karena injeksi pada dasarnya adalah memasukkan benda asing ke dalam tubuh, jadi bisa menimbulkan alergi bahkan syok anafilaptik (bisa meninggal). Siapkan juga adrenalin/epinefrine untuk keadaan darurat.
3. Harus dalam keadaan STERIL terutama jarum, daerah injeksi, ketika pengambilan obat, dan tangan kita. Jangan sekali-kali memegang jarum.
4. Siapkan MENTAL, untuk yang pertama kali kadang panik & gemetaran.
5. MINTA IJIN dengan sopan.
6. Suntik di TEMPAT yang benar.
7. Pastikan tidak ada gelembung udara pada alat suntik; bisa jadi EMBOLI.
8. Jangan lupa ASPIRASI. Agar obat tidak masuk langsung ke dalam pembuluh darah. Bahaya!!
Tata Caranya
(kalo bingung liat aja prakteknya)
1. Siapkan syringe (suntikan), berserta jarum dan obatnya serta kapas beralkohol
2. Masukkan obat ke dalam syringe, kalo obatnya lebih dari satu, jangan sampai kecampur di fial (tempat obat).
3. Lalu buang udara yang tersisa (EMBOLI) dalam syringe.
4. Setelah disuruh dokternya, minta ijin ke pasien untuk membuka celananya, terangkan apa yang akan kita lakukan. Contoh: "Bu, saya mau menyuntik, agak sakit sedikit, sekarang tolong celananya dibuka sedikit" dengan bahasa Jawa halus lebih baik.
5. Lalu perkirakan os sacrum dan SIAS, lalu cari 1/3 lateral dari garis antara os sacrum dan SIAS.
6. Lalu bersihkan DOM (daerah operasi menyuntik) dengan gerakan spiral ke arah luar, ingat harus searah, jangan bawa kuman ke dalam.
7. Lalu beritahu pasien bahwa kita mau mulai menyuntik. Contoh: "Bu, sekarang mau saya suntik, bismillah..." atau "Bu, sekarang mau saya suntik, siap ya..."
8. Tusukkan jarum dengan percaya diri, dengan sudut 80-90 derajat dengan cepat. Masukkan jarum kira-kira 2/3-nya. Tips: jika ragu dan gemetar, tahan napas..., berdoa dan langsung tancapkan, tanpa banyak berpikir.
9. Setelah masuk, di-ASPIRASI (ini sering lupa padahal sangat penting). Jika tidak ada darah, masukkan obatnya. Jika ada darah, tarik sebagian dan tusukkan ke sebelahnya (bukan dicabut).
10. Tarik dengan cepat dan segera tutup dengan kapas steril.
11. Ucapkan "terima kasih, semoga cepat sembuh" dengan tersenyum.
3. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah (selanjutnya akan disebut tensi) merupakan salah satu dari vital sign, sehingga sangat penting memahaminya. Untuk mengukur tekanan darah dilakukan dengan 2 cara yaitu langsung dan tidak langsung. Pada kesempatan kali ini akan dibahas pengukuran secara tidak langsung. Alat yang digunakan yaitu Stetoskop dan Spygmomanometer yang sering disebut Tensimeter. Berbeda dengan injeksi, pengukuran tekanan darah memiliki resiko yang kecil sehingga bisa dilatih di mana pun (misalnya dengan teman se-kost). Walaupun mudah dipelajari, namun di lapangan kadang kesalahan tetap terjadi karena
1. Ragu-ragu dan tidak mendengar bunyi akibat dari lingkungan yang ramai/berisik.
2. Merasa sudah bisa padahal baru melakukan 1-2 kali saja. Kurang latihan
3. Panik dan kurang percaya diri.
Sebelum melakukan langkah-langkah pengukuran maka akan dijelaskan dulu tentang mekanismenya.
Mekanisme Pengukuran Tekanan Darah Tidak Langsung
Pengukuran tensi ini dapat dipakai untuk menentukan tekanan darah systole (tekanan tinggi pada kontraksi ventrikel) dan tekanan diastole (tekanan terendah saat ventrikel relaksasi maksimal). Dengan memakai stetoskop antara tekanan systole dan diastole dapat dikenal lima tingkat bunyi yang dikenal dengan nama korotkoff sound. Dari kelima tingkat bunyi tersebut yang penting diperhatikan adalah bunyi korotkoff sound 1, yang selaras dengan tekanan systole yaitu bunyi letupan pertama yang halus dan dapat didengar mana kala tekanan udara dalam manset diturunkan secara perlahan.
Penurunan selanjutnya tekanan udara akan makin keras dan jelas terdengar, suara tersebut ditimbulkan dari aliran turbulen yang timbul karena pembuluh darah ditekan oleh manset. Bunyi letupan terakhir dikenal sebagai korotkoff sound V, yang selaras dengan tekanan diastole. Cara ini disebut cara auskultasi.
Jika kita tidak memiliki stetoskop maka kita dapat menggunakan cara palpasi. Dengan cara ini kita meraba denyut nadi radialis lalu manset dipompa sampai denyut nadi distal tidak teraba. Kemudian udara dikeluarkan secara perlahan-lahan. Ketika denyut nadi radialis teraba paling awal maka itu adalah tekanan systole. Kelemahannya adalah cara palpasi yaitu tidak dapat mengukur diastole.
KIE (Konsultasi, Informasi, dan Edukasi)
Setelah diukur tekanan darahnya, kita juga perlu memberikan rekomendasi tentang pola hidup seperti olahraga, makanan yang harus dimakan/dihindari, pola istirahat, dan tingkat stress. Terutama bila kita mendapati pasien tersebut hipertens atau hipotensi. Saran yang diberikan hendaknya sesimpel dan semudah mungkin untuk dimengerti dan dilaksanakan mereka.
Yang Harus Diingat!!
1. Siapkan ALAT dengan baik. Banyak terjadi kesalahan hanya karena stetoskop belum dibuka.
2. Minta IJIN dengan sopan.
3. Pasang manset dan stetoskop pada TEMPATNYA.
4. Jika tidak terdengar, JANGAN langsung memompa kembali manset. Turunkan dulu hingga nol, coba di tangan yang lain.
Langkah-langkah Pengukuran Tekanan Darah
1. Minta IZIN ke pasien, untuk memasang manset.
2. Pasang manset pada lengan kanan atas 3 cm di atas fossa cubiti, jangan terlalu ketat maupun longgar (yang pas). Hati-hati masang manset terbalik.
3. Tentukan letak arteri brachialis secara palpasi pada fossa cubiti dan letakkan stetoskop di atas arteri tersebut. Ingat jika memasang tidak pada tempatnya suaranya tidak akan terdengar.
4. Raba denyut arteri radialis, lalu pompa manset sampai 20 mmHg lebih tinggi dari titik di mana denyut arteri radialis tidak teraba. Tips: Pompa hingga sekitar 150 mmHg, jika malah terdengar pompa lebih tinggi lagi.
5. Turunkan udara perlahan-lahan
6. Bunyi pertama kali (korotkoff 1) merupakan nilai systole. Tips: konsentrasi ketika mencapai nilai 110-130 mmHg.
7. Bunyi terakhir (korotkoff 5) merupakan nilai diastole. Tips: konsentrasi ketika mencapai nilai 70-90.
8. Setelah tidak mendengar suara lagi, keluarkan udara seluruhnya.
9. Lalu ucapkan terima kasih, biasanya pasien bertanya "Apakah saya sehat?"
10. Maka pelajari tentang Hipertensi dan Hipotensi untuk memberikan saran kepada pasien seperti makanan, kegiatan, dan stress yang harus dihindari.
11. Beri pujian jika pasien tensinya normal.
PENGUKURAN TEKANAN DARAH
1. Pendahuluan
Pengukuran tekanan darah dan tata cara menyuntik yang disampaikan kali ini, difokuskan pada pelatihan praktis dan hal-hal esensial yang harus diketahui untuk menjalankan pengabdian masyarakat. Dasar penulisan ini kami ambil dari buku Penmas '04, buku petunjuk praktikum, kuliah IKA, dan dari pengalaman. Sehingga banyak hal yang kami ringkas dan kami tambahkan agar lebih dipahami. Namun demikian tulisan ini tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan, apabila menemukan hal tersebut harap ditanyakan kembali ke penulis maupun fasilitator.
Sebenarnya, prosedur dalam menyuntik dan mengukur tekanan darah tidak terlalu sulit, namun maba sering melakukan kesalahan sedikitnya karena dua hal:
1. Persiapan mental yang kurang (Grogi, takut, ga percaya diri)
2. Latihan yang kurang dan "meremehkan" latihan yang dibuat.
2. Tata Cara Injeksi
Sebenarnya banyak terdapat jenis cara menyuntik tergantung tujuannya seperti:
1. Suntikan Intra Muskular
2. Suntikan Intra Vena
3. Suntikan Subcutan
4. Suntikan Intracutan
5. Suntikan Intra Arteri dan sebagainya
Namun yang akan rekan-rekan praktekkan dalam pengobatan massal adalah suntikan intra muskular. Jadi pada kesempatan ini maka hanya dibahas tata cara injeksi intra muskular.
Yang Harus Diingat!!
1. BERDOA dulu
2. Harus didampingi oleh PENGAWAS (dokter/perawat), karena injeksi pada dasarnya adalah memasukkan benda asing ke dalam tubuh, jadi bisa menimbulkan alergi bahkan syok anafilaptik (bisa meninggal). Siapkan juga adrenalin/epinefrine untuk keadaan darurat.
3. Harus dalam keadaan STERIL terutama jarum, daerah injeksi, ketika pengambilan obat, dan tangan kita. Jangan sekali-kali memegang jarum.
4. Siapkan MENTAL, untuk yang pertama kali kadang panik & gemetaran.
5. MINTA IJIN dengan sopan.
6. Suntik di TEMPAT yang benar.
7. Pastikan tidak ada gelembung udara pada alat suntik; bisa jadi EMBOLI.
8. Jangan lupa ASPIRASI. Agar obat tidak masuk langsung ke dalam pembuluh darah. Bahaya!!
Tata Caranya
(kalo bingung liat aja prakteknya)
1. Siapkan syringe (suntikan), berserta jarum dan obatnya serta kapas beralkohol
2. Masukkan obat ke dalam syringe, kalo obatnya lebih dari satu, jangan sampai kecampur di fial (tempat obat).
3. Lalu buang udara yang tersisa (EMBOLI) dalam syringe.
4. Setelah disuruh dokternya, minta ijin ke pasien untuk membuka celananya, terangkan apa yang akan kita lakukan. Contoh: "Bu, saya mau menyuntik, agak sakit sedikit, sekarang tolong celananya dibuka sedikit" dengan bahasa Jawa halus lebih baik.
5. Lalu perkirakan os sacrum dan SIAS, lalu cari 1/3 lateral dari garis antara os sacrum dan SIAS.
6. Lalu bersihkan DOM (daerah operasi menyuntik) dengan gerakan spiral ke arah luar, ingat harus searah, jangan bawa kuman ke dalam.
7. Lalu beritahu pasien bahwa kita mau mulai menyuntik. Contoh: "Bu, sekarang mau saya suntik, bismillah..." atau "Bu, sekarang mau saya suntik, siap ya..."
8. Tusukkan jarum dengan percaya diri, dengan sudut 80-90 derajat dengan cepat. Masukkan jarum kira-kira 2/3-nya. Tips: jika ragu dan gemetar, tahan napas..., berdoa dan langsung tancapkan, tanpa banyak berpikir.
9. Setelah masuk, di-ASPIRASI (ini sering lupa padahal sangat penting). Jika tidak ada darah, masukkan obatnya. Jika ada darah, tarik sebagian dan tusukkan ke sebelahnya (bukan dicabut).
10. Tarik dengan cepat dan segera tutup dengan kapas steril.
11. Ucapkan "terima kasih, semoga cepat sembuh" dengan tersenyum.
3. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah (selanjutnya akan disebut tensi) merupakan salah satu dari vital sign, sehingga sangat penting memahaminya. Untuk mengukur tekanan darah dilakukan dengan 2 cara yaitu langsung dan tidak langsung. Pada kesempatan kali ini akan dibahas pengukuran secara tidak langsung. Alat yang digunakan yaitu Stetoskop dan Spygmomanometer yang sering disebut Tensimeter. Berbeda dengan injeksi, pengukuran tekanan darah memiliki resiko yang kecil sehingga bisa dilatih di mana pun (misalnya dengan teman se-kost). Walaupun mudah dipelajari, namun di lapangan kadang kesalahan tetap terjadi karena
1. Ragu-ragu dan tidak mendengar bunyi akibat dari lingkungan yang ramai/berisik.
2. Merasa sudah bisa padahal baru melakukan 1-2 kali saja. Kurang latihan
3. Panik dan kurang percaya diri.
Sebelum melakukan langkah-langkah pengukuran maka akan dijelaskan dulu tentang mekanismenya.
Mekanisme Pengukuran Tekanan Darah Tidak Langsung
Pengukuran tensi ini dapat dipakai untuk menentukan tekanan darah systole (tekanan tinggi pada kontraksi ventrikel) dan tekanan diastole (tekanan terendah saat ventrikel relaksasi maksimal). Dengan memakai stetoskop antara tekanan systole dan diastole dapat dikenal lima tingkat bunyi yang dikenal dengan nama korotkoff sound. Dari kelima tingkat bunyi tersebut yang penting diperhatikan adalah bunyi korotkoff sound 1, yang selaras dengan tekanan systole yaitu bunyi letupan pertama yang halus dan dapat didengar mana kala tekanan udara dalam manset diturunkan secara perlahan.
Penurunan selanjutnya tekanan udara akan makin keras dan jelas terdengar, suara tersebut ditimbulkan dari aliran turbulen yang timbul karena pembuluh darah ditekan oleh manset. Bunyi letupan terakhir dikenal sebagai korotkoff sound V, yang selaras dengan tekanan diastole. Cara ini disebut cara auskultasi.
Jika kita tidak memiliki stetoskop maka kita dapat menggunakan cara palpasi. Dengan cara ini kita meraba denyut nadi radialis lalu manset dipompa sampai denyut nadi distal tidak teraba. Kemudian udara dikeluarkan secara perlahan-lahan. Ketika denyut nadi radialis teraba paling awal maka itu adalah tekanan systole. Kelemahannya adalah cara palpasi yaitu tidak dapat mengukur diastole.
KIE (Konsultasi, Informasi, dan Edukasi)
Setelah diukur tekanan darahnya, kita juga perlu memberikan rekomendasi tentang pola hidup seperti olahraga, makanan yang harus dimakan/dihindari, pola istirahat, dan tingkat stress. Terutama bila kita mendapati pasien tersebut hipertens atau hipotensi. Saran yang diberikan hendaknya sesimpel dan semudah mungkin untuk dimengerti dan dilaksanakan mereka.
Yang Harus Diingat!!
1. Siapkan ALAT dengan baik. Banyak terjadi kesalahan hanya karena stetoskop belum dibuka.
2. Minta IJIN dengan sopan.
3. Pasang manset dan stetoskop pada TEMPATNYA.
4. Jika tidak terdengar, JANGAN langsung memompa kembali manset. Turunkan dulu hingga nol, coba di tangan yang lain.
Langkah-langkah Pengukuran Tekanan Darah
1. Minta IZIN ke pasien, untuk memasang manset.
2. Pasang manset pada lengan kanan atas 3 cm di atas fossa cubiti, jangan terlalu ketat maupun longgar (yang pas). Hati-hati masang manset terbalik.
3. Tentukan letak arteri brachialis secara palpasi pada fossa cubiti dan letakkan stetoskop di atas arteri tersebut. Ingat jika memasang tidak pada tempatnya suaranya tidak akan terdengar.
4. Raba denyut arteri radialis, lalu pompa manset sampai 20 mmHg lebih tinggi dari titik di mana denyut arteri radialis tidak teraba. Tips: Pompa hingga sekitar 150 mmHg, jika malah terdengar pompa lebih tinggi lagi.
5. Turunkan udara perlahan-lahan
6. Bunyi pertama kali (korotkoff 1) merupakan nilai systole. Tips: konsentrasi ketika mencapai nilai 110-130 mmHg.
7. Bunyi terakhir (korotkoff 5) merupakan nilai diastole. Tips: konsentrasi ketika mencapai nilai 70-90.
8. Setelah tidak mendengar suara lagi, keluarkan udara seluruhnya.
9. Lalu ucapkan terima kasih, biasanya pasien bertanya "Apakah saya sehat?"
10. Maka pelajari tentang Hipertensi dan Hipotensi untuk memberikan saran kepada pasien seperti makanan, kegiatan, dan stress yang harus dihindari.
11. Beri pujian jika pasien tensinya normal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar