A. Gambaran Umum Konsep
Diri
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalahsemua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain ( Stuarg and Sudeen, 1998 )
Konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh ; fisik, emosi, intelektual, social maupun
spiritual ( Rawllins, Beck, William, 1993 )
2. Komponen Konsep Diri
Menurut Stuatd and Sundeen ( 1998 ), konsep diri dibentuk dari lima
komponen yaitu gambaran diri ( body image ), ideal diri ( self care ), harga
diri ( self esteem ), peran diri ( self role ), identitas diri (self identity
).
a. Gambaran Diri
Gambaran diri merupakan sikap seseorang
terhadap tubuhnya secara sadaar, termasuk persepsi dan perasaan tentang ukuran,
bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu.
b.Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang
bagaimana ia harus berperilaku sesuai dengan standaar pribadi, aspirasi, tujuan
ataau nilai yang ditetapkan.
c.Harga Diri
Harga diri adaalah penilaian pribadi
terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
mempengaruhi ideal diri.
d.Peran Diri
Peran diri merupakan pola sikap, perilaku,
nilai dan tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya
dimasyarakat.
e.Identitas Diri
Merupakan kesadaran akan diri sendiri yang
bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek
kopnsep diri.
3. Rentang Respon Konsep Diri
Respon konsep diri sepanjang rentang sehat sakit bekisar dari status
aktualisasi diri yang paaling adaptif sampai status kerancauan identitas yang
lebih maladaptif serta depersonalisasi.
Respon Adaptif Respon
Maladaptif
Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan pikir/delusi
Persepsi
akurat Ilusi Halusinasi
Emosi
konsisten Reaksi emosi berlebihan Sulit berespon emosi
Dengan
pengalaman atau kurang
Perilaku disorganisasi
Perilaku
sesuai Perilaku aneh / tidak biasa Isolasi sosial
Berhubungan
social Menarik diri
Rentang
respons neurobiologis (Stuart & Sudden, 1998)
Respon adaptif merupakaan respon yang
masih dapat diterima oleh norma-norma social dan budaya yang secaraa umum
berlaku dimasyarakat. Respon maladaptive adalah respon yang diberikan individu
dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma kebudayaan,
sedangkan posisi harga diri rendah berada diantara respon adaptif dan mal
adaptif ( Stuard and Sudeen, 1998 )
B. Gambaran Umum Harga
Diri Rendah
1. Pengertian
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa ( Depkes RI, 2000 )
Gangguan harga diri adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat diekspresikan secara langsung maupun
tidak langsung ( Towsend, 1998 )
2. Etiologi
Penyebab terjadinya harga diri rendah
antara lain :
a. Faktor predisposisi ( Stuard and
Sudeen, 1998 )
1) Penolakan orang tua
2) Harapan orang tua yang
tidak realistis
3) Kegagalan yang berulang
kali
4) Kurang mempunyai
tanggung jawab personal
5) Ketergantungan pada
orang lain
6) Ideal diri tidak
realistis
b. Faktor presipitasi ( Stuard and
Sudeen, 1998 )
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari
dalam atau faktor dari luar individu ( eksternal or internal sources ) yang
dibagi lima kategori.
1)Ketegangan peran adalah
stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam peran atau
posisi yang diharapkan. Terdapat tiga jenis transisi peran yaitu perkembangan,
situasi dan sehat-sakit.
2)Trauma seperti
penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Keliat (1999) tanda dan
gejala yang dapat muncul pda pasien harga diri rendah adalah :
a. Perasaan malu terhadap
diri sendiri, individu mempunyai perasaan kurang
percaya diri.
b. Rasa bersalah terhadaap
diri sendiri, individu yang selalu gagaal dalaam meraih sesuatu.
c. Merendahkan martabat diri
sendiri, menganggap dirinya berada dibawah orang lain.
d. Gangguan berhubungan
social seperti menarik diri, lebih suka menyendiri dan tidak ingin bertemu
orang lain.
e. Rasa percaya diri kurang ,
merasa tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki.
f. Sukar mengambil keputusan,
cenderung bingung dan ragu-ragu dalam memilih sesuatu.
g. Menciderai diri sendiri
sebagai akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram sehingga
memungkinkan untuk mengakhiri kehidupan.
h. Mudaah tersinggung atau
marah yang berlebihan.
i. Perasaan negatif mengenai
tubuhnya sendiri.
j. Ketegangan peran yang
dirasakan.
k. Pandangan hidup pesimis.
l. Keluhan fisik
m. Penolakan terhadap kemampuan personal
n. Destruktif terhadap diri sendiri
o. Menarik diri secara social
p. Penyalahgunaan zat
q. Menarik diri dari realitas
r. Khawatir
4. Penatalaksaanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Keliat ( 1999 ) menguraikan empat cara untuk
meningkatkan harga diri yaitu :
1) Memberi kesempatan
untuk berhasil
2) Menanamkan gagaasan
3) Mendorong aspirasi
4) Membantu membentuk
koping
b. Penatalaksanaan Medis
1) Clorpromazine ( CPZ )
Indikasi untuk sindrom psikosis yaitu
berat dalam kemampuan menilai
realitas, kesadaran diri terganggu,
waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku
aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas rutin.
Efek saamping : sedasi, gangguan
otonomik serta endokrin.
2) Haloperidol ( HPL )
Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitaas dalaam fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari.
Efek samping : sedasi, gangguan otonomik
dan endokrin.
3) Trihexyphenidyl ( THP )
Indikasi : segala jenis penyakit
Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis dan idiopatik.
Efeksamping : hypersensitive terhadap
trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna.
c. Terapi okupasi / rehabilitasi
Terapi yang terarah bagi pasien,
fisik maupun mental dengan menggunakan aktivitas terpilih sebagai media.
Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan sesuai tujuan ( Seraquel,
2004 )
d. Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu
penderita adalah psikoterapi suportif dan individual atau kelompok serta
bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat ( Seraquel, 2004 )
e. Terapi psikososial
Kaplan and Sadock ( 1997 ),
rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan padaa kemampuan daan
kekurangan pasien. Selain itu juga perlu dikembangkan terapi berorientasi
keluarga, yang diarahkan untuk strategi penurunan stress dan mengatasi masalah
dan perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas.
C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri
Rendah
1. Pengkajian
Menurut Stuard and Sudeen ( 1998 )
pengkajian pada pasien harga diri rendah meliputi tingkah laku :
a. Menyalahkan diri atau orang lain
b. Produktivitas menurun.
c. Gangguan berhubungan
d. Rasa bersalah
e. Mudah marah
f. Pesimis terhadap kehidupan
g. Keluhan fisik
h. Menarik diri dari realita
i. Cemas dan takut
j. Menguruing diri
k. Penyalahgunaaan zat
Sedangkan menurut Towsend ( 1998 )
pada pasien dengan gangguan harga diri rendah akan ditemukan batasan
karakteristik :
a. Kurang kontak mata
b. Ungkapan yang mengaktifkan diri
c. Ekspresi rasa malu
d. Mengevaluasi diri sebagai individu
yang tidak mampu untuk menghadapi
berbagai peristiwa.
e. Menolak umpan
balik yang positif
dan melebih-lebihkan umpan balik
yang negatif tentang dirinya.
f. Ragu-ragu untuk mencoba hal-hal
yang baru.
g. Hipersensitif terhadap
kritik, mudah tersinggung dengan
pembicaraan
orang lain.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Keliat ( 1999 ), diagnosa yang
lazzim muncul pada pasien dengan
gangguan konsep diri : harga diri
rendah adalah :
a. Gangguan harga diri rendaah
b. Keputus asaan
c. Isolasi sosial : menarik diri
d. Resiko perilaku social
3. Perencanaan Tindakan Keperawatan Menurut Keliat (1998)
a.
Kerusakan interaksi sosial : menarik diri berhubungan dengan
harga diri rendah.
TUM:
Pasien dapat berhubungan
dengan orang lain secara optimal.
TUK 1 :
Pasien dapat membina
hu-bungan sa-ling percaya.
Menunjuk-kan ekspresi
wajah bersa-habat, me-nunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
ta-ngan, mau menyebut-kan nama, mau menja-wab salam, pasien mau duduk
ber-dampingan dengan pe-rawat, mau mengutara-kan masalah yang dihada-pi.
Intervensi :
1.1. Bina hubungan saling
percaya de-ngan mengung-kapkan prinsip ko-munikasi terapeu-tik.
TUK 2 : Pasien dapat
mengidentifi-kasi kemam-puan dan aspek positif yang dimiliki
Intervensi :
2.1. Diskusikan ke-mampuan
dan as-pek positif yang dimiliki pasien.
2.2. Setiap bertemu pasien
dihindarkan dari memberi pe-nilaian negatif.
2.3. Utamakan mem-beri
pujian yang realistic
TUK 3 :
Pasien dapat menilai
ke-mampuan yang diguna-kan.
Intervensi :
3.1. Diskusikan de-ngan pasien
ke-mampuan yang masih dapat di-gunakan selama sakit.
3.2. Diskusikan ke-mampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaan.
TUK 4 :
Pasien dapat menetap-kan
meren-canakan ke-giatan sesuai dengan ke-mampuan yang dimiliki, pasien dapat
membuat rencana ke-giatan hari-an.
Intervensi :
4.1. Rencanakan ber-sama
pasien akti-vitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai ke-mampuan: kegiat-an
mandiri, kegiat-an dengan bantu-an sebagian, ke-giatan yang mem-butuhkan
bantuan total.
4.2. Tingkatkan kegi-atan sesuai de-ngan
toleransi kondisi pasien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegi-atan
yang boleh pasien lakukan.
TUK 5 :
Pasien dapat melakukan
kegiatan se-suai kondisi sakit dan kemampuan-nya.
Intervensi :
5.1. Beri kesempatan pada
pasien untuk mencoba kegiatan yang tela direnca-nakan.
5.2.Beri pujian atas
keberhasilan pasi-en
TUK 6 :
Pasien dapat memanfaat-kan
sistem pendukung yang ada, pasien dapat memanfaat-kan sistem pendukung yang ada
di keluarga
Intervensi :
6.1. Beri pendidikan
kesehatan pada keluarga tentang cara merawat kli-en dengan harga diri rendah.
6.2. Bantu keluarga
memberikan du-kungan selama pasien di rawat.
6.3. Bantu keluarga
menyiapkan ling-kungan di rumah.
b.
Resiko perubahan persepsi sensori: Halusnasi berhubungan
dengan menarik diri.
TUM :
Klien dapat berinteraksi
dengan orang lain supays tidak terjadi halusinasi
TUK 1 :
Klien dapat membina
hubungan saling percaya
Kriteria :
Klien mampu, menunjukan
ekpresi menerima/ bersahabat, kontak mata baik, mengatakan masalah yang
dihadapi
1.1. Bina hubungan saling
percaya dengan klien menggunakan prinsop komunikasi terapeutik.
TUK 2 :
Klien dapat mengenal
perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri.
Kriteria :
Klien mampu mengungkapkan
perasaannya yang menyebabkan menarik diri.
Intervensi :
2.1. Kaji pengetahuan
klien tentang perilaku menarik diri dan tanda tandanya.
2.1. Beri kesempatan
kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau
bergaul.
2.1. Diskusikan bersama
klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta pe-nyebab yang muncul.
2.1. Berikan pujian
terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
TUK 3 :
Klien dapat menyebutkan
keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Kriteria :
Klien dapat menyebutkan
manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Intervensi :
1.1.Kaji pengetahuan klien
tentang manfaat dan keuntungan berhubungan sosial dengan orang lain dan
kerugian bila yidak berhubungan dengan orang lain.
3.2. Beri kesempatan
kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang keuntu-ngan berhubungan sosial
dengan orang lain.
3.3. Diskusikan dengan
klien tentang manfaat berhubungan so-sial dengan orang lain.
3.4. Beri reinforcement
positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan berhubungan dengan
orang lain
3.5. Kaji pengetahuan
pasien tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
3.6. Beri kesempatan
kepada klien untuk mengung-kapkan perasaan tentang kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain.
3.7. Diskusikan dengan
klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain.
3.8. Beri reinforcement
positif terhadap kemampuan klien mengungkapkan kemampuan berhubungan dengan
orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, at all. 1998. Proses
Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc
Stuart and Sundeen. 1998. Buku
Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc
Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan
psikiatri. Jakarta. Egc
Depkes RI. 2000. Keperawatan
Jiwa. Jakarta
Harrol, Kaplan. 1987. Ilmu
Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta. Widya Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar