Minggu, 31 Maret 2013

Askep Syndroma Guilain Barre




 BAB 1
TINJAUAN TEORI

Pengertian
Guilain barre sindrome adalah gangguan neuro muskular akut yang memburuk secra progresif yang dapat mengarah pada kelumpuhan total, tetapi biasanya paralisis sementara. Fase awal mulai dengan munculnya tanda-tanda kelemahan dan biasanya tampak secara lengkap dalam dua sampai tiga minggu. Ketika tidak terlihat penurunan lanjut, kondisi ini tenang.

Fase kedua berakhir beberapa hari sampai dua minggu. Fase penyembuhan mungkin berakhir empat sampai dengan enam bulan dan mungkin bisa sampai dua tahun.
Penyembuhan adalah spontan dan komplit pada kebanyakan pasien meskipun ada beberapa gejala neuro logis sisa dapat menetap.(Arthur C, Guyton. M.D, 1994). Sedangkan menurut buku yang diterbitkan oleh lab/UPF ilmu penyakit saraf (1994, 13). Yang lain mengatakan bahwa guilain barre sindrome  adalah penyakit akut yang lambat laun menjadi paralitik dengan penyebab yang belum jelas namun kecenderungan mulai terarah pada proses imonologi. (FK Unair, Surabaya, 1994)
1.1.2        Etiologi
Suatu kelainan imonologi, baik secara premori imune respone maupun imune mediated proses. Pada umumnya sindrom ini didahului dengan influensa atau infeksi saluran bagian atas atau pencernaan, penyebab infeksi pada umumnya virus dari kelompok nervus, vaksinasi, bakteri, ganguan indokrin, tindakn operasi, anastesi dan sebagainya. (Harsono, 1995)
1.1.3        Patofisiologi

1.1.4        Manefistasi dan Gejala klinik
Kelumpuhan progresif lebih dari satu tungkai dengan gejala dan tanda kelemahan motorik yang relatif yang didahului dengan infeksi bebrapa hari sebelumnya. Ganguan saraf otak terutama nervus 7, 9, 10, dan ekstra okuler pada 50% kasus dan sering bilateral, selain itu dapat disertai saraf otonom. (FK Unair, Surabaya, 1994)

1.1.5        Pemeriksaan dan Diagnosis
1.      Anamnesis :
-          Apakah ada faktor pencetus misalnya infeksi virus, suntikan dan sebagainya.
-          Dua samapai tiga minggu sebelumnya ada infeksi saluran nafas atas dan saluran cerna.
-          Perjalanan penyakit dimulai dengan kelumpuhan yang progesif lebih dari satu tungkai dengan gejala dan tanda kelemahan motorik yang semetrik.
1.2  Proses Keperawatan
1.2.1   Pengkajian
Pengakajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan utnuk mengumpulkan data atau informasi tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenai masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Nasrul Effendi, 1995).
a.       Pengumpulan data
1.       Identitas Klien
meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa medis dan nomor register.
2.       Keluhan Utama
kelumpuhan progresif lebih dari satu tungkai dengan gejala dan tanda kelemahan motorik yang relatif simetris disertai dengan gejala dan tanda sensorik ringan yang didahului infeksi beberapa hari sebelumnya.
3.       Riwayat Kesehatan
1.       riwayat kesehatan lalu
masa lah-masalah yang pernah dialami oleh klien sebelum MRS, penyakit-penyakit yang sebelumnya perna diderita klien sehingga klien dapat MRS.
2.       riwayat kesehatan sekarang
keluhan yang dirasakan klien, hal yang dilakukan untuk mengurangi keluhan. Daerah atau ekstremitas yang terserang baik atas atau bawah sehingga klien pergi kerumah sakit serta hal atau tindakan yang dilakukan saat klien dirumah sakit.
3.       riwayat kesehatan keluarga
meliputi penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh keluarga baik penyakit yang sama dengan klien, penyakit keturunan seperti diabetes meletus, hipertensi  maupun penyakit menular seperti hepatitis, Tb paru.
4.       penyakit psikososial dan spiritual.
Meliputi persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit dan masalah harapan-harapan klien dan keluarga terhadap penyakit dan masalah. Keadaan psikologis klien, status emosi, perubahan dalam konsep dari rasa negatif atau malu dengan orang lain dan menolak. Adanya perubahan dalam interaksi dengan keluarga dan masyarakat, perubahan dalam menjalankan kebiasaan ibadah.
4.       pola-pola fungsi kesehatan
a.       pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
persepsi klien tentang hidup sehat, kebiasaan yang dialkukan bila klien sedang sakit hal yang dilakukan untuk mengurangi sakitnya. Serta perawatan sehari-hari atau personal hygiene klien yang biasanya dilakukan dirumah, seperti : mandi, gosok gigi dan cuci rambut.
b.       pola nutrisi dan metabolisme
ditemukan adanya kesukaran menguyah dan menelan, merasa tercekik dan berat badan menurun.
c.       pola aktivitas
adanya  kelemahan otot-otot ekstremitas dan tidak dapat digerakkan, keadaan ini bervariasi dari jam ke jam atau dari hari ke hari.
d.      pola eliminasi
adanya perubahan eliminasi (konstipasi / diare)
e.       pola sensorik dan kognitif
anggapan klien terhadap penyakitnya, pengetahuan tentang penyakit yang dialaminya.
5.       Pemeriksaan Fisik
B1
B2
B3
B4
B5
B6
:
:
:
:
:
:
­         frekuensi pernafasan 20 x / menit.
­         Irama nafas teratur
­         Pergerakan dada simetris
­         Otot bantu pernafasn cuping hidung
­         Kulit normal
­         Suara nafas normal
­         Perfusi normal hangat
­         Nadi normal
­         Frekuensi normal
­         Irama normal
­         GCS : 4-5-6
­         Pupil akan bereaksi cepat terhadap cahaya terang
­         Ukuran kanan-kiri sama
­         Bentuk normal simetris
­         Kemampuan bicara respon / lancar
­         Retensi / inkontinensia uri
­         Reflek batuk tidak ada
­         Tidak ada gangguan proses eliminasi alvi
­         Reflek tonus otot lemah
2.       Pemeriksaan Neurologik
Kelumpuhan tipe flaksid terutama otot proksimal dan simetris dengan gejala motorik lebih nyata dari gejala sensorik.
3.       Pungsi lumbal
Didapatkan adanya dissosiasi sitoalbumin (kenaikan kadar protein tanpa diikuti kenaikan sel) pada minggu II
4.       EMNG
Menunjukkan penurunan kecepatan hantar saraf, dikerjakan bila gejala klinis meragukan.
Diagnosa
1.   Polineuropatia terutama karena defisiensi atau metabolik.
2.       Tetraparese oleh karena penyebab lain.
3.       hipokalemia
4.       miastenia gravis
5.       adhoc committee of GBS
(Lab / UPF Ilmu Penyakif Saraf, 1994)
1.1.6 Penatalaksanaan Menurut
a.   Breathing (B1)
:
-       Frekuensi pernafasan dan kedalamannya
-       Irama nafas (teratur, cheynestoke, kusmaul)
-       Pergerakan dada (simetris, tertinggal satu sisi)
-       Otot bantu pernafasan (retraksi intercastalis, cuping hidung, nafas lewat mulut)
-       Posisi tidur
-       Kulit (pucat, kemerahan,cyanosis) perfusi
-       Bau nafas
-       Suara nafas : normal, wheezing, rales, stridor.
b.       Blode (B2)
-          Perfusi : normal hangat, kering, kemerahan
-          Hipertensi didapatkan pada perdarahan intra cerebral / encephalopati
-          Nadi, frekuensi, irama, pengisian
c.       Brain (B3)
-          Observasi tingkat kesadaran : GCS
-          Observasi pupil :
*         Kaji reaksi : normal pupil akan bereaksi cepat terhadap cahaya terang.
*         Ukruan : normal kanan-kiri sama
*         Bentuk : normal simetris
-          Status mental dan fungsi kognitif
*         Kemampuan bicara (kelancaran, respon, kontak mata)
*         Orientasi terhadap orang, tempat, dan waktu.
*         Kemampuan mengingat
-          Fungsi motorik : kekuatan otot terhadap tahanan, kekuatan genggaman
-          Adakah tanda-tanda peningkatan TIK :
*         Bila pasien sadar, nyeri kepalahebat dan muntahan proyektil.
*         Penurunan tingkat kesadaran.
*         Kejang.
*         Pupil anisokor
*         Tensi meningkat, nadi cenderung turun / brodikardi.
d.      Bladder (B4)
-    Retensi / kontinensia uri.
-    Ketidak mampun menahan miksi.
-    Bahaya ISK.
e.       Bowel (B5)
-          Reflek batuk dan menetes menurun / tidak ada.
-          Moagdilatasi.
-          Gangguan proses eliminasi alvi.
-          Regurgitasi : bahaya aspirasi.
f.        Bone (B6)
-          Perhatikan respon motorik, reflek tonus otot.
-          Pada disfungsi, fokal kelainan besarnya bilatereal. Bisa timbul sikap dekotisasi / deseredrasi.
-          Pada kelainan dipons dan medula biasanya tidak ada gerakan dalam keadaan flagin.
-          Bila keadaan lama timbul kontraktur karena immobilisasi.
-          Tidak adanya keseimbangan antara otot antagonis.
-          Pada pasien tidak sadar terjadi penurunan rangsangan sensorik.
Hambatan mobilisasi karena perawatan memerlukan waktu yang lama menyebabkan tekanan sistem kapilar dan menibulkan komprei dan distruksi vaskuler saehingga terjadi ischmei jaringan, edema, necrosis, decusbitus.
*         Pengobatan :
Plasmaferesis :
Hanya berguna untuk penderita yang baru dan yang diberikan dalam 7 hari setelah ermulaan penyakit. Plasmaferesis tak diberikan pada penderita dengan gejala ringan atau pada keadaan klinik yang bertambah baik atau menetap lebih dari 1 minggu. Human globulin 0,4 gr / kg BB / hari diberikan seama 7 hari.
1.       Pemeriksaan Penunjang
a.       pemeriksaan Neurologik
kelumpuhan tipe flaksial terutama otot proksimal dan semetris dengan gejala sensorik.
b.       punksi atau lumbal
didapat adanya dissosiasi sifat albumin (kenaikan kadar protein tanpa diikuti kenaikan sel) pada minggu kedua.
c.       EMNG
Menunjukkan penurunan kecepatan hantar saraf dikerjakan bila gejala klinis meragukan.
d.      Darah lengkap
Terlihat adanya leukositisis pada fase awal.
e.       Foto ronsen
Dapat memperlihatkan perkembangan tanda-tanda dari gangguan pernafasan seperti atelekfasis pneumonia.
f.        Pemeriksaan fungsi paru
Dapat menunjukkan adanya penurunan kapasitas vital, volume tidal, dan kemampuan inspirasi.
1.2.2   Diagnosa Keperawatan (menurut Marilynn E. Doenges, Edisi 3, EGC. 1992)
1.       Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengn kelemahan neuromuskulator.
2.       Kecemasan berhubungan dengan situasi krisis, perubahan peran.
3.       Potensial terhadap perubahan konsepdiri atau tubuh berhubungan dengan perubahan yang dirasakan pada fisik serta gambaran diri pribadi.
1.2.3   intervensi
1.       Diagnosa 1.
Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengn kelemahan neuromuskulator.
Tujuan
Kriteria hasil
:
:
Kebutuhan mobilitas.
Klien mampu memperhatikan mobilitas maksimal.
Intervensi Keperaawatan :
1.       Kaji tingkat keterbatasan fisikdengan skala : 0 – 5
R / untuk menentukan tingkat aktivitas dan bantuan yang diberikan.
2.       Evaluasi kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
R / untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan klien secara maksimal sehingga memudahkan tindakan selanjutnya.
3.       Berikan dukungan klien untuk turun dari tempat tidur kekursi atau aktivitas lain sesuai dengan kemampuna klien.
R / untuk memotifikasi klien agar melakukan aktivitas sesuai kemampuan dengan maksimal.
4.       Kerja sama klien untukmenetapkan waktu dimanan  klien merasa paling lemah.
R / degnan kerjasama pada waktu klien merasa paling lemah akan meningkatkan perasaan mandiri klien
5.       Lakukan latihan rentang gerak aktif / pasif untuk mempercepat pemulihan kekuatan otot.
R / latihan rentang gerak aktif / pasif untuk mempercepat pemulihan kekuatan otot.
6.       Berikan obat sesuai dengan terapi (antikolines terase)
R / dengan pemberian obat sesuai dengan terapi dapat mempercepat efektifitas obat.  
2.       Diagnosa 2
Kecemasan berhubungan dengan krisis, perubahan peran.
Tujuan
Kriteria hasil
:
:
Kecemasan dapat berkurang
Tidak ada perasaan taku,klien dapat mengungkapkan masalah yang dihadapi
Intervensi Keperawatan
1.       Kaji tingkat rasa normal atau takut klien
R / untuk mengetahui tingkat kecemasan hingga memudahkan tindakan selanjutnya.
2.       Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada klien.
R / dengan penjelasan tentang prosedur yang ada, klien dapat mengerti sehingga dapat menurangi cemas.
3.       Dukung dan berikan kesempatan untuk bertanya pada klien dan keluarga.
R / dengan mendukung dan memberikan kesempatan untuk bertanya, klien merasa diperhatikan dan diikuti dalam perawatan sehingga cemas berkurang.
4.       Libatkan kelurga dan klien dalam perawatan.
R / dengan melibatkan klien dan keluargalebih memotivasi klien dalam perawatan sehingga cemas berkurang.
3.       Diagnosa 3
Potensial terhadap perubahana konsep diri citra tubuh berhubungan dengan perubahan yang dirasakan pada fisik serta gambaran diri pribadi.
Tujuan
Kriteria hasil
:
:
Klien mau menerima
Klien memeperlihatkan hal-hal yang pasif untuk mengatasi gambaran dirinya.
Intervensi Keperawatan :
1.       Kaji pengertian dan perasaan klien tentang penyakit dan pengaruh yang telah dilibatkan pada penampilan fisik.
R / untuk mengetahui sejauh mana pengertian klien terhadap penyakit serta akibatnya sehingga memudahkan intervensi selanjutnya.
2.       Berikan dukungan emosional, luangkan waktu untuk klien mengungkapkan kebutuhan serta ikut dalam perencanaan perawatan.
R / dukungan emosional dapat memantapkan emosi kilen sehingga mau menerima keadaan.
3.       Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan tentang citra dan perubahan fungsi.
R / ungkapkan perasaan dapat mengurangi beban pikiran klien dan membantu petugas mengurangi masalah klien.
1.2.4 Implementasi
Merupakan pengelolaan dan perwujudan dari perencanaan tindakan yang meliputi beberapa kegiatan yaitu vasilidasi rencana keperawatan, menulis atau mendokumentasikan rencana perawat, memberikan asuhan keprawatan dan pengumpulan data (Lismidar : 1993)
1.2.5 Evaluasi
Adalah perbandingan yang sistmatik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Hasil dari evaluasi adalah tujuan terapi, jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan yang ditetapkan. Tujuan terapi sebagian jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang ditetapakan. Tujuan tidak tercapai, jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru (Nasrul Efendi, 1995 ; 48).
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton M.D. Alih Bahasa : LMA.ken Ariata tergadi dr. “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran” Edisi  : EGC, Jakarta 1994.
Harsono. “Buku Ajar Neurologi Klinis” Gajah Mada University Press, 1995.
Nasrul Efendi, Drs. “Pengantar Proses Keperawatan”, EGC, Jakarta 1995.
Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler, “Rencana Asuhan Keperawatan” edisi 3, EGC; Jakarta 1992.
Lismidar, H. dkk ; Proses Keperawatan” , UI. Press 1990
Panitia medik farmasi dan terapi pedoman diagnosa dan terapi LAB / UPF Ilmu Penyakit Syaraf 1994, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar