BAB 1
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Guilain barre sindrome adalah
gangguan neuro muskular akut yang memburuk secra progresif yang dapat mengarah
pada kelumpuhan total, tetapi biasanya paralisis sementara. Fase awal mulai
dengan munculnya tanda-tanda kelemahan dan biasanya tampak secara lengkap dalam
dua sampai tiga minggu. Ketika tidak terlihat penurunan lanjut, kondisi ini
tenang.
Fase kedua berakhir beberapa hari
sampai dua minggu. Fase penyembuhan mungkin berakhir empat sampai dengan enam
bulan dan mungkin bisa sampai dua tahun.
Penyembuhan
adalah spontan dan komplit pada kebanyakan pasien meskipun ada beberapa gejala
neuro logis sisa dapat menetap.(Arthur C, Guyton. M.D, 1994). Sedangkan menurut
buku yang diterbitkan oleh lab/UPF ilmu penyakit saraf (1994, 13). Yang lain
mengatakan bahwa guilain barre sindrome
adalah penyakit akut yang lambat laun menjadi paralitik dengan penyebab
yang belum jelas namun kecenderungan mulai terarah pada proses imonologi. (FK
Unair, Surabaya, 1994)
1.1.2
Etiologi
Suatu
kelainan imonologi, baik secara premori imune respone maupun imune mediated
proses. Pada umumnya sindrom ini didahului dengan influensa atau infeksi
saluran bagian atas atau pencernaan, penyebab infeksi pada umumnya virus dari
kelompok nervus, vaksinasi, bakteri, ganguan indokrin, tindakn operasi,
anastesi dan sebagainya. (Harsono, 1995)
1.1.3
Patofisiologi
1.1.4
Manefistasi dan Gejala
klinik
Kelumpuhan progresif lebih dari
satu tungkai dengan gejala dan tanda kelemahan motorik yang relatif yang
didahului dengan infeksi bebrapa hari sebelumnya. Ganguan saraf otak terutama
nervus 7, 9, 10, dan ekstra okuler pada 50% kasus dan sering bilateral, selain
itu dapat disertai saraf otonom. (FK Unair, Surabaya, 1994)
1.1.5
Pemeriksaan dan
Diagnosis
1.
Anamnesis :
-
Apakah ada faktor pencetus
misalnya infeksi virus, suntikan dan sebagainya.
-
Dua samapai tiga minggu
sebelumnya ada infeksi saluran nafas atas dan saluran cerna.
-
Perjalanan penyakit dimulai
dengan kelumpuhan yang progesif lebih dari satu tungkai dengan gejala dan tanda
kelemahan motorik yang semetrik.
1.2
Proses Keperawatan
1.2.1
Pengkajian
Pengakajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan utnuk mengumpulkan data atau informasi tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenai masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan (Nasrul Effendi, 1995).
a.
Pengumpulan data
1.
Identitas Klien
meliputi
nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa
medis dan nomor register.
2.
Keluhan Utama
kelumpuhan
progresif lebih dari satu tungkai dengan gejala dan tanda kelemahan motorik
yang relatif simetris disertai dengan gejala dan tanda sensorik ringan yang
didahului infeksi beberapa hari sebelumnya.
3.
Riwayat Kesehatan
1.
riwayat kesehatan lalu
masa
lah-masalah yang pernah dialami oleh klien sebelum MRS, penyakit-penyakit yang
sebelumnya perna diderita klien sehingga klien dapat MRS.
2.
riwayat kesehatan sekarang
keluhan
yang dirasakan klien, hal yang dilakukan untuk mengurangi keluhan. Daerah atau
ekstremitas yang terserang baik atas atau bawah sehingga klien pergi kerumah
sakit serta hal atau tindakan yang dilakukan saat klien dirumah sakit.
3.
riwayat kesehatan keluarga
meliputi
penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh keluarga baik penyakit yang sama
dengan klien, penyakit keturunan seperti diabetes meletus, hipertensi maupun penyakit menular seperti hepatitis, Tb
paru.
4.
penyakit psikososial dan
spiritual.
Meliputi
persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit dan masalah harapan-harapan klien
dan keluarga terhadap penyakit dan masalah. Keadaan psikologis klien, status
emosi, perubahan dalam konsep dari rasa negatif atau malu dengan orang lain dan
menolak. Adanya perubahan dalam interaksi dengan keluarga dan masyarakat,
perubahan dalam menjalankan kebiasaan ibadah.
4.
pola-pola fungsi kesehatan
a.
pola persepsi dan tatalaksana
hidup sehat
persepsi
klien tentang hidup sehat, kebiasaan yang dialkukan bila klien sedang sakit hal
yang dilakukan untuk mengurangi sakitnya. Serta perawatan sehari-hari atau
personal hygiene klien yang biasanya dilakukan dirumah, seperti : mandi, gosok
gigi dan cuci rambut.
b.
pola nutrisi dan metabolisme
ditemukan
adanya kesukaran menguyah dan menelan, merasa tercekik dan berat badan menurun.
c.
pola aktivitas
adanya kelemahan otot-otot ekstremitas dan tidak
dapat digerakkan, keadaan ini bervariasi dari jam ke jam atau dari hari ke
hari.
d.
pola eliminasi
adanya
perubahan eliminasi (konstipasi / diare)
e.
pola sensorik dan kognitif
anggapan
klien terhadap penyakitnya, pengetahuan tentang penyakit yang dialaminya.
5.
Pemeriksaan Fisik
B1
B2
B3
B4
B5
B6
|
:
:
:
:
:
:
|
frekuensi pernafasan 20 x /
menit.
Irama nafas teratur
Pergerakan dada simetris
Otot bantu pernafasn cuping hidung
Kulit normal
Suara nafas normal
Perfusi normal hangat
Nadi normal
Frekuensi normal
Irama normal
GCS : 4-5-6
Pupil akan bereaksi cepat
terhadap cahaya terang
Ukuran kanan-kiri sama
Bentuk normal simetris
Kemampuan bicara respon /
lancar
Retensi / inkontinensia uri
Reflek batuk tidak ada
Tidak ada gangguan proses
eliminasi alvi
Reflek tonus otot lemah
|
2.
Pemeriksaan Neurologik
Kelumpuhan tipe flaksid terutama
otot proksimal dan simetris dengan gejala motorik lebih nyata dari gejala
sensorik.
3.
Pungsi lumbal
Didapatkan adanya dissosiasi
sitoalbumin (kenaikan kadar protein tanpa diikuti kenaikan sel) pada minggu II
4.
EMNG
Menunjukkan penurunan kecepatan
hantar saraf, dikerjakan bila gejala klinis meragukan.
Diagnosa
1. Polineuropatia terutama karena defisiensi
atau metabolik.
2.
Tetraparese oleh karena
penyebab lain.
3.
hipokalemia
4.
miastenia gravis
5.
adhoc committee of GBS
(Lab / UPF Ilmu Penyakif Saraf, 1994)
1.1.6 Penatalaksanaan
Menurut
a. Breathing (B1)
|
:
|
-
Frekuensi pernafasan dan
kedalamannya
-
Irama nafas (teratur,
cheynestoke, kusmaul)
-
Pergerakan dada (simetris,
tertinggal satu sisi)
-
Otot bantu pernafasan
(retraksi intercastalis, cuping hidung, nafas lewat mulut)
-
Posisi tidur
-
Kulit (pucat,
kemerahan,cyanosis) perfusi
-
Bau nafas
-
Suara nafas : normal,
wheezing, rales, stridor.
|
b.
Blode (B2)
-
Perfusi : normal hangat,
kering, kemerahan
-
Hipertensi didapatkan pada
perdarahan intra cerebral / encephalopati
-
Nadi, frekuensi, irama,
pengisian
c.
Brain (B3)
-
Observasi tingkat kesadaran :
GCS
-
Observasi pupil :
*
Kaji reaksi : normal pupil akan
bereaksi cepat terhadap cahaya terang.
*
Ukruan : normal kanan-kiri sama
*
Bentuk : normal simetris
-
Status mental dan fungsi
kognitif
*
Kemampuan bicara (kelancaran,
respon, kontak mata)
*
Orientasi terhadap orang,
tempat, dan waktu.
*
Kemampuan mengingat
-
Fungsi motorik : kekuatan otot
terhadap tahanan, kekuatan genggaman
-
Adakah tanda-tanda peningkatan
TIK :
*
Bila pasien sadar, nyeri
kepalahebat dan muntahan proyektil.
*
Penurunan tingkat kesadaran.
*
Kejang.
*
Pupil anisokor
*
Tensi meningkat, nadi cenderung
turun / brodikardi.
d.
Bladder (B4)
-
Retensi / kontinensia uri.
-
Ketidak mampun menahan miksi.
-
Bahaya ISK.
e.
Bowel (B5)
-
Reflek batuk dan menetes
menurun / tidak ada.
-
Moagdilatasi.
-
Gangguan proses eliminasi alvi.
-
Regurgitasi : bahaya aspirasi.
f.
Bone (B6)
-
Perhatikan respon motorik,
reflek tonus otot.
-
Pada disfungsi, fokal kelainan
besarnya bilatereal. Bisa timbul sikap dekotisasi / deseredrasi.
-
Pada kelainan dipons dan medula
biasanya tidak ada gerakan dalam keadaan flagin.
-
Bila keadaan lama timbul
kontraktur karena immobilisasi.
-
Tidak adanya keseimbangan
antara otot antagonis.
-
Pada pasien tidak sadar terjadi
penurunan rangsangan sensorik.
Hambatan
mobilisasi karena perawatan memerlukan waktu yang lama menyebabkan tekanan
sistem kapilar dan menibulkan komprei dan distruksi vaskuler saehingga terjadi
ischmei jaringan, edema, necrosis, decusbitus.
*
Pengobatan :
Plasmaferesis :
Hanya berguna untuk penderita yang baru dan yang diberikan dalam 7
hari setelah ermulaan penyakit. Plasmaferesis tak diberikan pada penderita
dengan gejala ringan atau pada keadaan klinik yang bertambah baik atau menetap
lebih dari 1 minggu. Human globulin 0,4 gr / kg BB / hari diberikan seama 7
hari.
1.
Pemeriksaan Penunjang
a.
pemeriksaan Neurologik
kelumpuhan
tipe flaksial terutama otot proksimal dan semetris dengan gejala sensorik.
b.
punksi atau lumbal
didapat
adanya dissosiasi sifat albumin (kenaikan kadar protein tanpa diikuti kenaikan
sel) pada minggu kedua.
c.
EMNG
Menunjukkan
penurunan kecepatan hantar saraf dikerjakan bila gejala klinis meragukan.
d.
Darah lengkap
Terlihat
adanya leukositisis pada fase awal.
e.
Foto ronsen
Dapat
memperlihatkan perkembangan tanda-tanda dari gangguan pernafasan seperti
atelekfasis pneumonia.
f.
Pemeriksaan fungsi paru
Dapat
menunjukkan adanya penurunan kapasitas vital, volume tidal, dan kemampuan
inspirasi.
1.2.2
Diagnosa Keperawatan
(menurut Marilynn E. Doenges, Edisi 3, EGC. 1992)
1.
Perubahan mobilitas fisik
berhubungan dengn kelemahan neuromuskulator.
2.
Kecemasan berhubungan dengan
situasi krisis, perubahan peran.
3.
Potensial terhadap perubahan
konsepdiri atau tubuh berhubungan dengan perubahan yang dirasakan pada fisik
serta gambaran diri pribadi.
1.2.3
intervensi
1.
Diagnosa 1.
Perubahan
mobilitas fisik berhubungan dengn kelemahan neuromuskulator.
Tujuan
Kriteria
hasil
|
:
:
|
Kebutuhan
mobilitas.
Klien
mampu memperhatikan mobilitas maksimal.
|
Intervensi
Keperaawatan :
1.
Kaji tingkat keterbatasan
fisikdengan skala : 0 – 5
R /
untuk menentukan tingkat aktivitas dan bantuan yang diberikan.
2.
Evaluasi kemampuan klien dalam
melakukan aktivitas.
R /
untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan klien secara maksimal sehingga
memudahkan tindakan selanjutnya.
3.
Berikan dukungan klien untuk
turun dari tempat tidur kekursi atau aktivitas lain sesuai dengan kemampuna
klien.
R /
untuk memotifikasi klien agar melakukan aktivitas sesuai kemampuan dengan
maksimal.
4.
Kerja sama klien
untukmenetapkan waktu dimanan klien
merasa paling lemah.
R /
degnan kerjasama pada waktu klien merasa paling lemah akan meningkatkan
perasaan mandiri klien
5.
Lakukan latihan rentang gerak
aktif / pasif untuk mempercepat pemulihan kekuatan otot.
R /
latihan rentang gerak aktif / pasif untuk mempercepat pemulihan kekuatan otot.
6.
Berikan obat sesuai dengan
terapi (antikolines terase)
R /
dengan pemberian obat sesuai dengan terapi dapat mempercepat efektifitas
obat.
2.
Diagnosa 2
Kecemasan
berhubungan dengan krisis, perubahan peran.
Tujuan
Kriteria
hasil
|
:
:
|
Kecemasan
dapat berkurang
Tidak ada
perasaan taku,klien dapat mengungkapkan masalah yang dihadapi
|
Intervensi
Keperawatan
1.
Kaji tingkat rasa normal atau
takut klien
R /
untuk mengetahui tingkat kecemasan hingga memudahkan tindakan selanjutnya.
2.
Jelaskan semua prosedur yang
akan dilakukan pada klien.
R /
dengan penjelasan tentang prosedur yang ada, klien dapat mengerti sehingga
dapat menurangi cemas.
3.
Dukung dan berikan kesempatan
untuk bertanya pada klien dan keluarga.
R /
dengan mendukung dan memberikan kesempatan untuk bertanya, klien merasa
diperhatikan dan diikuti dalam perawatan sehingga cemas berkurang.
4.
Libatkan kelurga dan klien
dalam perawatan.
R /
dengan melibatkan klien dan keluargalebih memotivasi klien dalam perawatan
sehingga cemas berkurang.
3.
Diagnosa 3
Potensial
terhadap perubahana konsep diri citra tubuh berhubungan dengan perubahan yang
dirasakan pada fisik serta gambaran diri pribadi.
Tujuan
Kriteria
hasil
|
:
:
|
Klien mau
menerima
Klien
memeperlihatkan hal-hal yang pasif untuk mengatasi gambaran dirinya.
|
Intervensi
Keperawatan :
1.
Kaji pengertian dan perasaan
klien tentang penyakit dan pengaruh yang telah dilibatkan pada penampilan
fisik.
R /
untuk mengetahui sejauh mana pengertian klien terhadap penyakit serta akibatnya
sehingga memudahkan intervensi selanjutnya.
2.
Berikan dukungan emosional,
luangkan waktu untuk klien mengungkapkan kebutuhan serta ikut dalam perencanaan
perawatan.
R /
dukungan emosional dapat memantapkan emosi kilen sehingga mau menerima keadaan.
3.
Berikan dorongan untuk
mengungkapkan perasaan tentang citra dan perubahan fungsi.
R /
ungkapkan perasaan dapat mengurangi beban pikiran klien dan membantu petugas
mengurangi masalah klien.
1.2.4 Implementasi
Merupakan
pengelolaan dan perwujudan dari perencanaan tindakan yang meliputi beberapa
kegiatan yaitu vasilidasi rencana keperawatan, menulis atau mendokumentasikan
rencana perawat, memberikan asuhan keprawatan dan pengumpulan data (Lismidar :
1993)
1.2.5 Evaluasi
Adalah
perbandingan yang sistmatik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan
klien dan tenaga kesehatan lainnya. Hasil dari evaluasi adalah tujuan terapi,
jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan yang ditetapkan. Tujuan terapi
sebagian jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari standar dan kriteria
yang ditetapakan. Tujuan tidak tercapai, jika klien tidak menunjukkan perubahan
dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru (Nasrul Efendi, 1995 ;
48).
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton M.D. Alih Bahasa : LMA.ken Ariata tergadi dr. “Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran” Edisi :
EGC, Jakarta 1994.
Harsono. “Buku Ajar Neurologi Klinis” Gajah Mada University
Press, 1995.
Nasrul Efendi, Drs. “Pengantar Proses Keperawatan”, EGC,
Jakarta 1995.
Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler, “Rencana
Asuhan Keperawatan” edisi 3, EGC; Jakarta 1992.
Lismidar, H. dkk ; Proses Keperawatan” , UI. Press 1990
Panitia medik farmasi dan terapi pedoman diagnosa dan terapi LAB /
UPF Ilmu Penyakit Syaraf 1994, RSUD Dr. Soetomo Surabaya, 1994.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar