ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. “L” AKSEPTOR KB DEPO PROGESTIN DENGAN SPOTTING DI BPS MUHARTIK, AMD. KEB KANDANGAN, KEDIRI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pelayanan KB yang merupakan salah
satu didalam paket pelayanan kesehatan reproduksi esensial perlu mendapatkan
perhatian yang serius, karena dengan mutu pelayanan KB yang berkualitas
diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat (Saifudin, 2003).
Program KB nasional sudah
dilaksanakan di Indonesia
selama lebih dari tiga dasa warsa, selama kurun waktu tersebut, telah banyak
hasil yang dicapai, salah satu keberhasilan program antara lain semakin
tingginya angka pemakaian alat kontrasepsi. Hasil survey demografi dan
kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 / 2003 menunjukkan pasangan usia subur
yang menjadi peserta KB naik dari 57 % (1997) menjadi 60,3 % (3002). Jumlah PUS
mencapai sekitar 40 juta pasangan, dengan demikian total akseptor KB nasional
mencapai 25 juta orang.
Berdasarkan register kunjungan KB,
menunjukkan bahwa jenis kontrasepsi suntikan KB depo progestin merupakan salah
satu alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan. Adapun efek samping yang
terjadi dari metode kontrasepsi ini antara lain spotting, amenorhea, pusing
atau sakit kepala, peningkatan berat badan, dan kenaikan tekanan darah.
Akseptor KB dengan efek samping spotting sering ditemukan. Hal ini biasanya
menyebabkan klien cemas dan khawatir dengan keadaannya. Untuk itu diperlukan
konseling agar klien tenang dan bila perlu penanganan penyebab perdarahan
tersebut dengan cara yang sesuai sehingga klien bisa beradaptasi dengan efek
samping dari alat kontrasepsi yang digunakan dan meningkatkan keberhasilan
program keluarga berencana dalam mewujudkan visi keluarga berkualitas tahun
2015 (Depkes RI, 1999).
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Menerapkan dan mengembangkan
asuhan kebidanan menurut Helen Varney pada peserta KB suntik 3 bulan dengan
spotting.
1.2.2
Tujuan Khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “S” P20002 Peserta KB suntik 3
bulan dengan spotting di BPS Muhartik, Amd. Keb. Kandangan
Kediri, diharapkan mahasiswa mampu :
1.
Melakukan pengkajian data
2.
Mengidentifikasi diagnosa dan
masalah
3.
Mengidentifikasi masalah
potensial
4.
Mengidentifikasi kebutuhan
segera
5.
Merencanakan suatu tindakan
yang komprehensif
6.
Melaksanakan tindakan yang
komprehensif
7.
Mengevaluasi pelaksanaan asuhan
kebidanan
1.3 Manfaat
1.3.1
Bagi Klien
Memberikan informasi kepada
klien tentang efek samping dari penggunaan KB depo provera dan cara
penanganannya.
1.3.2
Bagi Petugas Klinis
Sebagai bahan perbandingan
dalam menangani akseptor KB depo provera dengan spotting.
1.3.3
Bagi Institusi
Sebagai bahan kepustakaan tentang asuhan kebidanan pada
akseptor KB depo provera dengan spotting.
1.3.4
Bagi Mahasiswa
Mendapatkan pengalaman serta
dapat menerapkan asuhan kebidanan pada akseptor KB depo provera dengan
spotting.
1.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, penulis menggunakan
teknik sebagai berikut :
1.4.1
Wawancara
Anamnesa langsung dengan
akseptor KB depo provera tentang efek samping dari penggunaan depo provera.
1.4.2
Observasi
Melakukan pengamatan langsung
terhadap akseptor KB depo provera.
1.4.3
Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik
dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi.
1.4.4
Studi Kepustakaan
Data diperoleh dari buku-buku dan makalah berhubungan
dengan masalah spotting paa akseptor KB depo provera.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Kontrasepsi Progestin
2.1.1
Pengertian
Kontrasepsi
suntik depo provera merupakan kontrasepsi yang harus mengandung progestin, yang
paling banyak diteliti (Pedoman Klinis Kontrasepsi, 2003). Depo Provera / Depo
Medroxy progesteron asetat adalah suatu sintesa progestin yang mempunyai efek
seperti progesteron asli dari tubuh wanita (Teknik KB, 1980).
2.1.2
Profil
-
Sangat efektif
-
Aman
-
Dapat
dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi
-
Kembalinya
kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan
-
Cocok
untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI
2.1.3
Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi
suntikan yang hanya mengandung progestin yaitu :
- Depo Medroxy Progestern
Asetat (DMPA), mengandung 150
2.1.4
Cara Kerja
-
Mencegah ovulasi
-
Mengentalkan
lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma
-
Menjadikan
selaput lendir rahim tipis atropi
-
Menghambat
transportasi gamet oleh tuba
2.1.5
Keuntungan
-
Sangat efektif
-
Pencegahan kehamilan kehamilan
jangka panjang
-
Tidak
berpengaruh pada hubungan suami istri
-
Tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap suatu penyakit
jantung dan gangguan pembekuan darah
-
Tidak berpengaruh terhadap ASI
-
Sedikit
efek samping
-
Klien
tidak perlu menyimpan obat suntik
-
Dapat
digunakan oleh perempuan > 35 tahun sampai perimenopause
-
Membantu
mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
-
Menurunkan
kejadian penyakit jinak payudara
-
Mencegah
beberapa penyebab penyakit radang panggul
-
Menurunkan
krisis anemia bulan sabit (Sickle cell)
2.1.6
Kerugian
-
Sering
ditemukan gangguan haid seperti
Ÿ Siklus haid yang memendek dan memanjang
Ÿ Perdarahan yang banyak atau sedikit
Ÿ Perdarahan tidak teratur atau perdarahan
bercak (spotting)
Ÿ Tidak haid sama sekali
-
Klien
tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan
berikutnya)
-
Tidak
bisa dihentikan sewaktu-waktu
-
Permasalahan
BB merupakan efek samping tersering
-
Tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual Hepatitis B
virus atau infeksi virus HIV
-
Terlambatnya
kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian
-
Terlambatnya
kembali kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan / kelainan organ genetalia,
melainkan karena belum habisnya pelepasan obat sutikan dari deponya (tempat
suntikan)
-
Terjadi
perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang
-
Pada
penggunaan jangka panjang dapat menurunkan sedikit kepadatan tulang (densitas)
-
Pada
penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan
libido, gangguan embosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat
2.1.7
Yang Dapat Mengggunakan Suntikan Progestin
-
Usia
reproduksi
-
Nulipara
dan yang telah memiliki anak
-
Menghendaki
kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi
-
Menyusui
dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
-
Setelah
melahirkan dan tidak menyusui
-
Setelah
abortus atau keguguran
-
Telah
banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi
-
Perokuk
-
Tekanan
darah 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan
sabit
-
Menggunakan
obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin)
-
Tidak
dapat memekai kontrasepsi yang mengandung estrogen
-
Anemia
defisiensi besi
-
Mendekati
usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi
kombinasi
2.1.8
Yang Tidak Boleh Menggunakan
-
Hamil
atau dicurigai hamil resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran
-
Perdarahan
pervaginam yang belum jelas penyebabnya
-
Tidak
dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama amenorhea
-
Menderita
kanker payudara atau riwayat kanker payudara
-
Diabetes
mellitus disertai komplikasi
2.1.9
Waktu Penggunaan
-
Setiap
saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
-
Mulai
dari pertama sampai hari ke 7 siklus haid
-
Pada
ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat asalkan saja
ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan
hubungan seksual
-
Ibu
yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain, dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikamn. Bila ibu telah menggunakan kontrasepi hormonal secara
beran, dan ibu tersebtut tidak hamil. Suntikan pertama dapat diberikan, tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya
datang.
-
Bila
ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan
jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontraspesi suntikan yang akan
diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya.
-
Ibu
yang menggunakan kontrasepsi non hormonal, dan ingin menggantinya dengan
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan
dapat segera diberikan, asal saja ibu
tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya.
Bila ibu disuntik setelah hari ke 7 ibu tersebut selam 7 hari suntikan tidak
boleh melakukan hubungans seksual.
-
Ibu
ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal suntikan pertama dapat
diberikan pada hari ke 1 sampai ke 7 siklus haid atau dapat diberikan setiap
saat setelah hari ke 7 siklus haid asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil.
-
Ibu
tidak haid atau dengan perdarahan tidak teratur, suntikan pertama dapat
diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil dan selama 7 hari
setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
-
Kontrasepsi
suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler dalam
di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal, penyerapan
kontrasepsi suntikan akan lambat, dan tidak bekerja segera dan efektif.
Suntikan diberikan 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan noristerat untuk 3
injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima
diberikan tiap 12 minggu.
-
Bersihkan
kulit yang akan di suntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh etil / iso
propil alkohol 60-90 %. Biarkan kulit
kering sebelum di suntik setelah kulit kering baru di suntik.
-
Kocok
dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara. Kontrasepsi
suntik tidak perludi dinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar ampul,
upayakan menghilangkannya dengan menghangatkan.
2.1.10
Petunjuk bagi klien
Klien
harus kembali ketempat pelayanan kesehatan atau klinik untuk mendapatkan
suntikan kembali setiap 12 minggu untuk DMPA atau setiap 8 minggu untuk
noristerat.
2.1.11
Informasi umum
-
Pemberian
kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (ameno arhoca). Gangguan
haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan.
-
Dapat
terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala dan nyeri
payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya dan cepat hilang.
-
Karena
terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu usia muda
yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang merencanakan kehamilan,
berikutnya dalam waktu dekat.
-
Setelah
suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang kebali pada
umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak gaid tersebut dapat saja terjadi
kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid. Klien harus kembali kedokter
atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.
-
Bila
klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan dapat
diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu
setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode
kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila perlu gunakan kondar
-
Bila
klien, misalnya sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan kemudian
meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntuikan yang lain, sebaliknya
jangan dilakukan. Andaikan terpaksa juga dilakukan. Kontrasepsi yang akan
diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi
hormonal yang sebelumnya.
-
Bila
klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan asal saja siyakini
ibu tersebut tidak hamil.
2.1.12
Penanganan gangguan haid
a. Amenorea
-
Tidak
perlu dilakukan apapun, cukup konseling saja
-
Bila
klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut suntikan jangan dilanjutkan.
Anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain
b. Perdarahan
-
Perdarahan
ringan atau spotting sering dijumpai tetapi tidak berbahaya
-
Bila
perdarahan / spotting terus berlanjut atau setelah tidak haid, namun kemudian
terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan tersebut. Obatilah
penyebab perdarahan tersebut dengan cara yang sesuai. Bila tidak ditemukan
penyebab terjadinya perdarahan, tanyakan apakah klien ingin tetap melanjutkan
suntikan dan bila tidak suntikan jangan dilanjutkan lagi dan carikan
kontrasepsi jenis lain.
-
Bila
ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat hubungan seksual klien
perlu diberi pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat dilanjutkan.
-
Perdarahan
banyak atau memanjang (lebih dari 8 hari atau 2x lebih banyak dari perdarahan
yang biasanya dialami pada siklus haid normal). Jelaskan bahwa perdarahan
tersebut bisa ditemukan pada bulan pertama suntikan.
-
Bila
gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya dan bila sitemukan kelainan
ginekologik, klien perlu diobati atau dirujuk.
-
Bila
perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien tidak dapat
menerima perdarahan yang terjadi suntikan jangan di lanjutkan lagi. Pilihkan
jenis kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia perlu diberikan preparat
besi atau makanan yang banyak mengandung zat besi.
2.1.13
Efek samping dan penanganan
a. Amenorea (tidak terjadi perdarahan /
spotting)
-
Bila
tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu, jelaskan bahwa darah haid tidak
terkumpul dalam rahim. Nasehati untuk kembali ke klinik
-
Bila
telah terjadi kehamilan, rujuk klien. Hentikan penyuntikan. Jelaskan bahwa hormon progestin tidak akan
menimbulkan kelainan pada janin
-
Bila
terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera
-
Jangan
berikan tetapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan karena tidak akan
berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian. Bila tidak terjadi perdarahan juga rujuk
ke klinik.
b. Perdarahan / Perdarahan bercak (Spotting)
-
Informasikan
bahwa perdarahan ringan sering dijumpai tetapi hal ini bukanlah masalah serius
dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima
perdarahan tersebut dan ingin melakukan suntikan maka dapat disarankan 2
pilihan pengobatan.
-
1
Siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 mg etinilestrodiol), ibu profen (sampai
800 mg, 2x/hr untuk 5 hari), atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa pemberian
pil kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan
banyak selama pemberian suntikan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil
kokntrasepsi kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil
kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 kg. Etinil estradiol atau 1,25 mg estrogen
equin konjugasi untuk 14-21 hari.
c. Meningkatnya / menurunnya berat badan
-
Informasikan
bahwa kenaikan / penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi.
Perhatikan diet klien bila perubahan berat badan telalu mencolok. Bila berat
badan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.
2.2
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada
Akseptor KB Depoprogestin Dengan Spotting
Asuhan
kebidanan meperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan
tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien
maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi
asihan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan
saja melainkan juga perilaku setiap langkah agar pelayanan yang komprehensif
dan aman dapat tercapai. (Varney, 1997)
Proses
manajemen terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara periodik. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu
kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Ketujuh langkah
tersebut adalag sebagai berikut :
2.2.1
Pengkajian
Merupakan langkah awal untuk
mendaptkan data tentang keadaan klien melalui : anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan data-data tersebut diklasifikasikan sebagai data
subyektif, obyektif dan data penunjang. (PPKT, 2002)
2.2.1.1 Data subyektif
Adalah data yang didapat dari
hasil wawancara langsung kepada klien dan keluarga dan tim kesehatan lain. Data
subyektif ini mencakup semua keluhan-keluhan dari klien terhadap masalah
kesehatan yang lain.
Dari hasil anamnesa terhadap
klien tentang masalah kesehatan yang dialami, meliputi hal-hal sebagai berikut
:
a. Biodata
Biodata berisis tentang
identitas klien beserta suaminya yang meliputi nama, umur, agama, pendidikan,
pekerjaan, penghasilan, suku bangsa, alamat dan status perkawinan yaitu
kawin ke - , umur kawin, lama kawin.
Dari biodata yang dikaji
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor resiko keadaan sosial
ekonomi, dan pendidikan. Klien atau keluarg yang mempengaruhi kondisi klien.
b. Keluhan utama / alasan kunjungan
Klien menggunakan alat
kontrasepsi depoprogestin dan mempunyai keluhan spotting.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Spotting terjadi selama
menggunakan alat kontrasepsi depoprogestin dan setelah tidak mendapat haid.
d. Riwayat kesehatan yang lalu
Penyakit berat apa yang pernah
diderita klien (stroma, gangguan hati, hipertensi, jantung, tumor, asma,
migrain, diabetes melitus, haid terlalu lama atau berlebihan)
Klien pernah operasi atau
tidak, pernah opname atau tidak.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah
dalam keluarga ada yang punya penyakit menular, menurun atau menahun.
f. Riwayat kebidanan atau obstetri
1. Riwayat haid
Terdiri
dari menarche umur berapa, HPHT, siklus haid teratur / tidak, berapa lama,
berapa hari siklusnya berapa banyak, bagaimana warna, konsistensi, bau, apakah
merasakan nyeri haid, kapan, apakah keputihan / tidak, kalau iya kapan, banyak
atau tidak, bagaimana konsistensinya, warnanya, bau / tidak, gatal / tidak.
2. Riwayat kehamilan persalinan nifas yang
lalu
Riwayat
keberapa, keliuhan yang dirasakan selama hamil, persalinan spontan / tidak,
aterm / tidak, ditolong siapa, dimana, adakah penyakit.
Nifas :
adakah kelainan, panas / tidak, perdarahan / tidak, laktasi
Bayi :
jenis kelamin, BBL, hidup / tidak, umur sekarang.
3. Riwayat KB
Klien
menggunakan alat kontrasepsi depoprogestin sejak kapan keluhan selama
menggunakan alat kontrasepsi tersebut dan rencana KB yang akan datang.
g. Riwayat binekologi
Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit
kandungan, infertilitas, penyakit kelamin, tumor, kanker, sistem reproduksi
operasiginekologis atau kandungan.
h. Keadaan psikososial
Keadaan
psikis pada akseptor depoprogestin dengan spotting adalah cemas yang disebabkan
ketidak tahuan klien dengan keadaannya saat ini. Bagaimana hubungan antara
klien dengan suami, keluarga dan tetangganya
i.
Latar
belakang sosial, budaya dan spiritual
Kebiasaan yang dilakukan di lingkungan klien dan
keluarga baik yang bersifat menunjang maupun menghambat pandangan dan
penerimaan keluarga terhadap program KB.
j.
Pola
kebiasaan sehari-hari
1. Pola nutirsi
Hal yang
perlu ditanyakan bagaimana nafsu makannya, berapa kali, bagaimana komposisinya,
berapa banyak jumlah minumbya, jenisnya.
2. Pola aktifitas
Hal yang
perlu ditanyakan apa saja kebiasaan sehari-hari klien, bila klien bekerja,
mulai jam berapa sampai jam berapa, berapa lama, dimana.
3. Pola istirahat dan tidur
Hal yang
perlu di tanyakan, bagaimana pola tidurnya, berapa lama tidur atau istirahat
tiap hari, waktu tidur, apakah ada gangguan tidur atau tidak.
4. Pola eliminasi
Hal yang perlu ditanyakan
BAK : Berapa frekwensinya dalam sehari,
warnanya, baunya, ada keluhan / tidak, lancar / tidak
BAB : Berapa frekwensinya dalam sehari, warnanya,
baunya, konsistensinya, ada keluhan / tidak, lancar / tidak.
5. Pola personal hygiene
Hal yang
perlu ditanyakan berapa kali mandi, gosok gigi, ganti pakaian luar dan dalam,
dalam seminggu berapa kali cuci rambut.
6. Pola seksualitas
Hal yang
perlu ditanyakan adalah sebatas frekwensi hubungan seksual dalam seminggu.
2.2.1.2 Data obyektif
Adalah
data yang diperoleh melalui pemeriksaan fisik yang terdiri dari inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi yang terdiri dari :
1.
Keadaan umum
Kesadaran, postur tubuh, TB, BB sebelum suntik dan
BB sekarang.
2.
Tanda-tanda vital
TD :
110/70 - < 140/90 MmHg (N)
N :
76 – 92 x/mnt
RR :
16 - 24 x/mnt
S :
36,5 – 37,2 0C
3.
Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi :
proses observasi / periksa pandang
dengan menggunakan mata untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan
dengan status fisik
§ Kepala :
kulit kepala, rambut rontok / tidak,
warna rambut
§ Muka :
pucat atau tidak, oedem / tidak,
hiperpigmentasi
§ Mata :
bentuk, conjungtiva anemis / tidak,
sklera ikterus / tidak, ada kelainan / tidak
§ Hidung :
kebersihan adanya pernafasan cuping
hidung / tidak, ada polip / tidak
§ Mulut dan gigi : mukosa bibir lembab /
tidak, stomatitis / tidak, ada caries gigi / tidak, ada tonsilitis / tidak.
§ Telinga
: bentuk, simetris / tidak, ada sekret / tidak
§ Leher :
ada pembesaran kelenjar thyroid dan vena
jugularis atau tidak
§ Ketiak : ada benjolan / tidak
§ Dada : ada retraksi intercosta / tidak, keadaan
putting susu, kebersihan, nyeri tekan, bentuk
§ Perut :
bentuk, bekas luka operasi, ada
pembesaran / tidak
§ Genetalia :
kebersihan, pengeluaran, fluor
albus, varises, condiloma, tanda chadwick ada / tidak
§ Anus : hemoroid ada / tidak
§ Ekstremitas : ada varises /
tidak, oedem / tidak, simetris / tidak, ada gangguan pergerakan / tidak
b.
Palpasi : yaitu periksa saba
atau sentuhan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ.
§ Kepala : ada benjolan / tidak
§ Leher :
pembesaran kelenjar thyroid dan vena
jugularis ada / tidak
§ Ketiak :
pembesaran kelenjar lymfe ada / tidak
§ Payudara :
adanya benjolan, nyeri tekan / tidak
§ Perut : adanya benjolan, nyeri tekan / tidak
§ Ektremitas : oedem / tidak
c.
Auskultasi : yaitu metode pengkajian
yang menggunakan stetoschope untuk memperjelas pendengaran
§ Dada : wheezing ada / tidak, ronchi ada / tidak,
bunyi******* ada / tidak
§ Perut : bising usus Å / (-), berapa frekwensinya
d.
Perkusi
§ Abdoment : kembung / tidak
2.2.2
Identifikasi diagnosa, masalah, kebutuhan
Langkah
kedua merupakan pengembangan mengenai masalah dari interpretasi data dasar
kedalam identifikasi yang spesifik mengenai atau diagnosa. Beberapa masalah
tidak dapat diidentifikasi sebagai diagnosa akan tetapi membutuhkan suatu
rencana yang komprehensif untuk klien. Masalah lebih sering berhubungan dengan
keluhan yang dialami oleh klien dan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh
bidan. Diagnosa adalah hasil dari perumusan masalah yang merupakan keputusan
yang ditegakkan oleh Bidan.
Adapun diagnosa
masalah dan kebutuhan yang ditegakkan pada Akseptor KB depoprogestin adalah
Daignosa : Akseptor KB suntik depoprogestin
DS :
Komunikasi verbal yang menyatakan bahwa
klien menggunakan KB progestin.
DO :
- KU baik
- TTV dBN : -
TD : 110/70 – 130/90 MmHg
-
N :
76-92 x/mnt
-
S :
36,5 – 37,2 0C
-
RR :
16 – 244 x/mnt
- Kartu akseptor menunjukkan tanggal kembali
- Abdoment : - tidak
ada ballotement
- tidak ada nyeri tekan abdomen
Masalah : spotting
DS :
Komunikasi verbal menunjukkan klien
mengeluh mengeluarkan darah bercak / flek-flek dari alat kemaluan.
DO :
- KU baik
-
TTV dalam batas normal
-
Genetalia : terdapat perdarahan bercak / flek-flek
- HPHT : menunjukkan lamanya perdarahan
Kebutuhan
- Konseling tentang cara kerja, efek
samping, komplikasi, keuntungan, kerugian, dan cara penyuntikan metode
kontrasepsi hormonal
- Konseling tentang metode kontrasepsi
pilihan yang lain
2.2.3
Antisipasi masalah potensial
Mengidentifikasi
masalah dan diagnosa potensial lainnya berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnosa masalah yang ada. Merupakan
antisipasi masalah yang timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu
keselamatan hidup klien. Oleh karena itu masalah potensial harus segera diatasi
dan segera dipersiapkan tindakan untuk mengatasi.
Masalah
potensial pada Akseptor KB suntik progestin dengan spotting adalah
menometroragia.
- DS :
keluhan subyektif yang diungkapkan klien
belum terjadi perdarahan diluar haid.
- DO :
-
perdarahan diluar siklus haid, 15 hari
- Perdarahan banyak terus-meneruys seperti
darah menstruasi
2.2.4
Identifikasi kebutuhan segera
Merupakan
langkah yang membutuhkan sifat yang berkesinambungan dari proses
penatalaksanaan asuhan kebidanan periodik dan saat bidan berada bersama.
Data-data baru senantiasa dikumpulkan dan dievaluasi. Berupa data, memberi indikasi
adanya situasi yang gawat dimana bidan bertindak dengan segera untuk
keselamatan klien.
Adapun
kebutuhan segera jika terjadi masalah adalah kolaborasi dan rujukan dalam
pengobatan dan konseling.
2.2.5
Intertvensi (mengembangkan rencana)
Suatu
rencana yang menyeluruh meliputi apa yang di identifikasi oleh kondisi klien. Setiap masalah yang berkaitan, gambaran
besar tentang apa yang terjadi berikutnya, konseling dan rujukan. Rencana
asuhan harus disetujui bersama antara bidan, apsien dan keluarga keputusan dalam
pengembangan rencana asuhan harus berdasarkan rasional yang tepat sesuai
pengetahuan yang berhubungan dan terkini.
1. Diagnosa :
Ny ……. Akseptor KB suntik progestin
Tujuan :
setelah dilakukan asuhan kebidanan
selama ± 30 menit diharapkan ibu dapat menerima dan
mengerti keadaanya.
Kriteria hasil :
- KU bqaik
- TTV dalam batas normal
- Ibu mampu mengulangi penjelasan petugas
- Penyuntikan berjalan lancar
Intervensi
:
1. Dilakukan pendekatan pada klien dengan
komunikasi terapeutik
R/ dengan pendekatan dapat terjalin kerjasama
yang harmonis antara klien dan petugas kesehatan
2. Jelaskan hasil pemeriksaan pada klien
R/ dengan
mengetahui hasil pemeriksaan diharapkan klien mengetahui keadaannya saat ini
3. Tanyakan kembali metode kontrasepsi yang
akan di gunakan
R/ pengetahuan / informasi yang jelas dapat
menghindari terjadinya kekeliruan penyuntikan
4. Lakukan persiapan peralatan, pasien, dan
lingkungan
R/ persiapan yang besar dapat menunjang aktifitas
penyuntikan
5. Lakukan penyuntikan dengan teknik aseptik
sesuai dengan standart
R/ penyuntikan yang benar dapat mengoptimalkan
efektifitas metode kontrasepsi normal
6. Lengkapi kartu klien dan rekam medik
Akseptor KB
R/ pencatatan merupakan salah satu proses
pendokumentasian, penting untuk keperluan jika terjadi tanggung jawab dan
tanggung gugat
7. Ingatkan kembali untuk suntikan berikutnya
R/ informasi yang jelas dapat menghindari
terjadinya keterlambatan suntikan berikutnya
2. Masalah :
spotting
Tujuan : setelah
dilakukan asuhan kebidanan selama 3 x 24 jam diharapkan perdarahan berhenti
Kriteria hasil : - KU baik
- TTV dalam batas normal
- Perdarahan berhenti
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan dan komunikasi
terapeutik terhadap akseptor
R/ diharapkan
akseptor dapat kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan petugas
2. Jelaskan pada akseptor bahwa spotting
merupakan salah satu efek samping kontrasepsi suntik.
R/ pengetahuan
dan informasi yang dapat menghindari terjadi kecemasan dan dapat meningkatkan
kerjasama untuk tindakan berikutnya.
3. Anjurkan akseptor untk istirahat
R/ istirahat
dapat melepaskan kekejangan otot-otot dan meperlancar peredaran darah
4. Kolaborasi dengan bidan dalam pemberian
terapi
R/ kolaborasi efektif untuk memberikan pengobatan
yang tepat dalam mengurangi gejala spotting
2.2.6
Implementasi
Melaksanakan tindakan sesuai dengan
intervensi, implementasi yang komprehensif merupakan pengeluaran dan perwujudan
dari rencana yang telah disusun pada tahp-tahap perencanaan. Pelaksanaan dapat
terealisasi dengan baik apabila diterapkan hakekat masalah. Jenis tindakan atau
pelaksanaan bisa di kerjakan oleh bidan sendiri, klien, kolaborasi sesama atau
tenaga kesehatan lain dan rujukan dari profesi lain.
2.2.7
Evaluasi
Merupakan seperangkat tindakan
yang saling berhubungan untuk mengukur pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan
dan kriteria evaluasi untuk menilai kemampuan dalam asuhan kebidanan sebagai
umpan balik untuk memperbaiki. Dalam evaluasi menggunakan teknik SOAP.
Tanggal …… jam ….
S : Data yang diperoleh dari wawancara langsung
O : Data
yang diperoleh dari hasil observasi
A : Pernyataan
yang terjadi antara data subyektif dan obyektif
P : Perencanaan
yang dilakukan sesuai dengan masalah yang terjadi
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian :
21 Maret 2005 Jam : 08.00 WIB
A. Data Subyektif
1.
Biodata
Nama : Ny ”L”
Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Suku/
Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan
: SMU
Pekerjaan : IRT
Penghasilan
: –
Kawin ke : 1
Umur
Kawin : 20 tahun
Alamat : Pandean, Kandangan
|
Nama Suami : Tn ”H”
Umur : 27 tahun
Agama : Islam : Swasta
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : swasta
Penghasilan : –
Kawin ke : Umur Kawin : 30 tahun
Lama Kawin : 6
tahun
Alamat : Pandean, Kandangan
|
2. Keluhan Utama
Ibu
mengatakan memakai KB suntik 3 bulanan, sekarang pada tanggal kembali untuk
suntiikan, mengeluh mengeluarkan darah bercak, flek-flek kehitaman dari alat
kemaluan + 15 hari dan badan terasa pegal-pegal semua.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu
mengatakan badannya pegal-pegal, + 15 hari, terjadi perdarahan bercak,
flek kehitaman. Saat ini ibu
tidak sedang menderita penyakit apapun seperti HT, DM, TB, Hep. B, Asma,
Jantung, Ginjal, ISK, PMS, kelainan darah, dll.
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah MRS sebelumnya, tidak operasi dan tidak
pernah menderita penyakit apapun seperti HT, DM, TB, Hep. B, Asma, jantung,
ginjal, ISK, PMS, kelainan sarah, dll.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
keturunan ataupun menular seperti HT, TB, Asma, jantung, ginjal, ISK, PMS, dll.
6. Riwayat Kebidanan
a. Riwayat Haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/ tidak : Teratur
Lama haid : + 5 hari
Warna : Merah
Bau : Anyir
Konsistensi : Cair
Flour albus : Ada 2 hari sebelum dan sesudah haid
Warna : Putih
Bau : Tidak berbau
Gatal : Tidak gatal
b.
Riwayat Kehamilan, Persalinan
nifas yang lalu
a)
Riwayat Kehamilan
Hamil pertama dari perkawinan pertama, selama 3 bulan
tidak pernah ada keluhan selama hamil yang bisa mempengaruhi kesehatan klien. Imunisasi
TT 2x pada usia hamil 3 bulan dan 4 bulan, obat-obatan yang didapat selama
hamil nutrisi bumil, senam nifas, perawatan payudara, dan tanda-tanda
persalinan.
b) Riwayat Persalinan
Klien melahirkan anak I pada
usia 9 bulan 10 hari. Spontan, ditolong bidan, tidak ada penyulit selama
persalinan, jenis kelamin laki-laki, keadaan umum baik, langsung menangis,
berat badan lahir 3200 gr, panjang 50 cm, umur sekarang 1 tahun 1 bulan.
c) Riwayat Nifas
Nifas normal + 40 hari,
tidak mengalami penyulit saat nifas, lochea normal, meneteki sampai 4 bulan,
kemudian tidak meneteki lagi, bayi menggunakan susu formula, kemudian usia 4
buolan setelah bayi lahir ibu mulai menstruasi. Usia 7 bulan bayinya ibu mulai
ikut KB depo progestin.
7.
Riwayat KB
a.
Riwayat KB dahulu
KB yang pernah digunakan adalah
KB suntik 3 bulan, 2 x suntikan selama mulai suntikan tidak pernah menstruasi
namun + 15 hari ini ibu mengalami perdarahan bercak kehitaman.
b.
Riwayat KB sekarang
Ibu baru menggunakan KB suntik
3 bulan, sekarang pas masa kembalinya.
8.
Riwayat Ginekologi
Ibu
mengatakan tidak pernah menderita penyakit kandungan tumor dan kanker, penyakit
kelamin dan tidak pernah operasi sebelumnya.
9.
Keadaan Psikososial
-
Ibu
ingin pindah KB suntik 1 bulan karena merasa tidak cocok dengan KB yang 3 bulan
-
Hubungan
ibu dan suami baik
-
Ibu
percaya penuh terhadap petugas dan mau mendengar penjelasan petugas
10.
Latar Belakang Sosial Budaya
-
Ibu
dan suami berasal dari suku jawa
-
Tidak
ada kebiasaan / keyakinan yang berhubungan dengan metode kontrasepsi tertentu.
11.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.
Pola Nutrisi
Makan 3x/hari, porsi sedang,
menu nasi, lauk, sayur, kadang buah, minum + 7 gelas sehari, air putih, the,
es
b.
Pola Aktivitas
Ibu sehari-hari mengerjakan
pekerjaan rumah seperti membersihkan rumah, memasak, mencuci, merawat dan
menjaga anaknya.
c.
Pola Eliminasi
BAB
: 1 x/hr, warna kuning, lunak, bau khas, tidak nyeri
BAK
: 4 – 5 x/hr, warna kuning, jernih, bau khas, tidak nyeri.
d.
Pola Istirahat
Siang : jarang tidur siang (jam 12.00 – 14.00)
Malam : jam 21.00 – 04.30. kadang terbangun jika
anaknya ngompol atau menangis.
e.
Pola Personal Hygiene
Mand : 2 x/hr, gosok gigi
2x/hr, mencuci rambut 2 x/hr, ganti celana dalam 2 x/hr,ganti softek 2 x/hr,
keramas setiap hari.
f.
Pola seksualitas
3 – 4 x/minggu
B. Data Obyektif
1.
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tinggi badan : 155 cm
BB : 49 kg
BB3 bulan yang lalu: 48 kg
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
Suhu : 368 0C
RR : 20 x/menit
2.
Pemeriksaan Fisik
a.
Inspeksi
- Kepala : Kulit kepala bersih, penyebaran rambut merata,
tidak rontok.
- Muka : Tidak pucat, tidak oedem
- Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera
tidak ikterus
- Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung,
tidak ada polip
-
Mulut
dan gigi: Mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, tidak ada
pembengkakan epiglatis, lidah bersih
- Telinga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada gangguan
pendengaran
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis
- Dada : Simetris, puting susu mendatar, bersih
- Perut : tidak ada luka bekas operasi
- Genetalia : tidak ada condiloma acuminata, tidak oedem,
tidak varises, terdapat perdarahan bercak coklat kehitaman
-
Anus : Tidak ada
haemoroid
- Ekstremitas atas : Simetris, tidak oedem,
tidak ada gangguan pergerakan
- EkstremitasBawah : Simetris, tidak oedem,
tidak varises, tidak ada gangguan pergerakan.
b. Palpasi
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
teraba bendungan vena jugularis
- Axilla : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
- Payudara : tidak ada benjolan abnormal, tidak nyeri tekan
- Abdomen : tidak ada nyer tekan pada abdomen, tidak
teraba ballotment
- Extremitas : tidak oedem
c. Auskultasi
- Dada : Tidak ada wheezing, tidak ada ronchi
d. Perkusi
- Abdmen : tidak kembung
II. Identifikasi Diagnosa Masalah
1. Dx : Ny. “L” akseptor KB suntik Depo progestin
DS : Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulan
selama 6 bulan sekaran pas tanggal kembalinya
DO : KU baik
TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 368 0C
RR : 20 x/menit
-
BB : 49 kg
BB : 3 bulan lalu :
48 kg
BB : 6 bulan lalu :
48 kg
-
Palpasi : - Tidak ada nyeri tekan
abdomen
-
Tidak teraba ballottement
-
Tidak teraba benjolan / tumor
- Tanggal kembali pada kartu : 04 – 02 –
2006
2. Masalah : Spotting
DS : Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari alat
kemaluan, bercak flek-flek kehitaman + 15 hari
DO : KU baik
Genetalia
: terdapat pengeluaran prvaginam, bercak kecoklatan
Inpekulo
: Tidak ada lesi
Tidak
ada tumor
III. Antisipasi Masalah Potensial
–
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
–
V. Pengembangan Rencana Asuhan
Dx : Ny “L” Akseptor KB suntik depo progestin
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama + 30
menit diharapkan ibu mengerti dan menerima keadaannya saat ini.
Kriteria hasil : KU baik
TTV
dBN : TD
: 110/70
– 130/90 mmHg
N : 76
– 92 x/menit
RR : 16 -
24 x/menit
S : 36,5 – 37,2 0C
Ibu
mampu mengulangi penjelaan petugas
Penyuntikan berjalan lancar
Intervensi .
1. Lakukan pendekatan kepada ibu dengan
komunikasi terapeutik
R/ Dengan
pendekatan dapat terjalin kerjasama yang harmonis antara ibu dan petugas
kesehatan.
2.
Jelaskan tentang hasil
pemeriksaan pada ibu
R/ Dengan mengetahui hasil
pemeriksaan diharapkan ibu dapat mengetahui keadaannya saat ini
3. Jelaskan tentang efek samping yang umum
terjadi pada akseptor KB progestin
R/ Dengan
mengetahui efek samping yang terjadi, klien lebih siap dalam menghadapi efek
samping dan bisa menerimanya.
4. Menanyakan kembali pilihan kontrasepsi
yang diinginkan
R/ Dengan
menanyakan kembali pilihan kontrasepsi dapat menghindari terjadinya kesalahan
dalam pemberian metode kontrasepsi.
5. Lakukan persiapan peralatan, pasien dan
lingkungan
R/ Persiapan
yang benar dapat menunjang efektifitas penyuntikan
6. Lakukan penyuntikan dengan teknik aseptik
sesuai dengan standart
R/ Penyuntikan
yang benar dapat mengoptimalkan efektifitas metode kontrasepsi hormonal
7. Lengkapi kartu klien dan rekam medik
akseptor KB
R/ Pencatatan
merupakan salah satu proses pendokumentasian penting untuk keperluan jika
terjadi tanggung jawab dn tanggung gugat.
8. Ingatkan kembali ntuk suntikan berikutnya
Masalah : Spotting
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3 x
24 jam diharapkan perdarahan berhenti.
Kriteria hasil : KU baik
TTV
dBN : TD
: 110/70
– 130/90 mmHg
N : 76
– 92 x/menit
RR : 16 -
24 x/menit
S : 36,5 – 37,2 0C
Perdarahan
berhenti
Intervensi :
1. Jelaskan keadaan klien saat ini
R/ Dengan
mengetahui keadaannya saat ini dapat terjalin kerjasama yang baik dan ibu lebih
yakin terhadap pilihan metode kontrasepsi
2. Memberikan terapi pil KB dosis rendah
(etini lestradiol 30 mg)
R/ Etinil
Estradiol bekerja efektif untuk mencegah terjadinya perdarahan
3. Menjelaskan kembali efek samping yang umum
terjadi pada metode kontrasepsi progestin dan kombinasi.
R/ Dengan
pengetahuan yang jelas dapat menambah penyelesaian pasien dalam memilih metode
kontrasepsi
4. berikan informasi untuk kunjungan
berikutnya yaitu jika keluhan spotiing belum hilang atau pas pada tanggal
kembali berikutnya jika sudah tidak ada keluhan.
R/ Dengan
kunjungan ulang yang tepat dapat dilakukan intervensi ebih lanjut untuk
mendeteksi dini dan pengobatan lebih lanjut terhadap efek samping dan masalah
yang terjadi
VI. Implementasi
Tanggal 04-02-2006 jam 09.30
Diagnosa Ny ”L” Akseptor KB Depoprogestin
1. Melakukan konseling dan tanya jawab seputar
keluhan yang di hadapi
2. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan,
Memberitahu bahwa tidak terjadi kelainan, keadaan ibu baik dan ibu bisa
dilakukan penyuntikan
3. Menjelaskan pada ibu bahwa spotting
merupakan salah satu efek samping yang umum terjadi pada kontrasepsi
Depoprogestin. Efek samping ini biasanya timbul terutama 1-2 suntikan kemudian
akan menghilang setelah 2-3 kali suntikan.
Keluhan lain yang umum terjadi adalah
-
Siklus
haid memanjang / memendek
-
Perdarahan
banyak / sedikit
-
Tidak
haid sama sekali
Tanggal 04-02-2006 jam 09.30
Masalah spotting
1. Menjelaskan bahwa spotting bisa hilang 2-3
x suntikan, karena terjadi penyesuaian hormonal maka spotting sering terjadi.
Meyakinkan ibu bahwa hal ini bisa hilang dengan sendirinya kecuali jika ada
gejala lain / kelainan.
2. Memberikan terapi mycrogynon 2 x 2 dosis
30 mg untuk 3 hari
3. Menjelaskan perbandingan efek samping
metode KB suntik 1 bulan dan 3 bulan antara lain :
-
Metode
KB 3 bulan : - Gangguan haid, spotting
- Perdarahan banyak / sedikit
- Tidak hadi sama sekali
-
Metode
KB 1 bulan : - perubahan pola haid
- Perdarahan bercak ± 10 hari
- Mual, sakit kepala, nyeri payudara sampai
suntikan ketiga akan menghilang
4. Memberitahu untuk kembali kontrol jika
dalam 3 hari spotting tidak hilang.
VII.Evaluasi
Tanggal 04-02-2006 jam 10.00
S : Ibu mengatakan sudah mengerti penjelasan
petugas tetapi ingin mencoba KB suntik yang 1 bulan saja
O : - K
U baik
- Ibu mengerti penjelasan petugas
- Ibu memilih metode kontraksi hentikan
cyclovem
- Tidak dilakukan penyuntikan metode KB
Depoprogestin
A : Akseptor KB Depoprogestin, ganti cyclovem
P : - Penjelasan
kembali metode suntikan kombinasi
- Melakukan penampisan terhadap metode
kontrasepsi komninasi
- Persiapan peralatan pasien dan lingkungan
untuk penyuntikan metode KB kombinasi (cyclovem)
1. Untuk menjelaskan profil metode KB
suntikan cyclovem, antara lain menjelaskan bahwa :
- Berisi 2 hormon (kombinasi estrogen dan
progesteron)
- Disuntikan 1 bulan sekali
- Keuntungan antara lain :
·
Mengurangi
jumlah perdarahan
·
Mengurangi
nyeri haid
·
Mencegah
anemi
·
Bisa
mencegah kanker ovarium dan endometrium
·
Mengurangi
penyakit payudara jinak dan kusta ovarium
·
Mencegah
kehamilan ektopik
·
Melindungi
klien dari jenis-jenis penyakit radang panggul
·
Bisa
diberikan pada perempuan usia perimenopouse
- Kerugiannya antara lain :
·
Terjadi
perubahan pola haid seperti haid tidak teratur perdarahan bercak / spotting,
perdarahan ada + 10 hari
·
Mual,
sakit kepala, nyeri payudara ringan, yang bisa hilang sampai suntikan ke 3
·
Penambahan
berat badan
·
Dapat
mempengaruhi ASI
·
Terlambatnya
kembali kesuburan
2. Melakukan penapisan terhadap metode
suntikan cyclovem dengan memastikan bahwa :
- Ibu tidak hamil / diduga hamil
- Ibu tidak sedang menyusui dibawah 6 minggu
pasca persalinan
- Terjadi perdarahan pervaginam yang belum
jelas penyebabnya
- Ibu tidak menderita penyakit hati akut
(virus hepatitis)
- Usia ibu tidak lebih dari 35 tahun dan
tidak merokok
- Ibu tidak punya riwayat penyakit jantung,
stroke atau tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg)
- Tidak punya riwayat kelainan trombo emboli
atau kencing manis > 20 tahun
- Tidak punya kelainan permbuluh darah
(migrain)
- Tidak menderita keganasan payudara
3. Melakukan persiapan peralatan, pasien dan
lingkungan
· Persiapan alat
-
Obat
akan disuntikkan (cyclovem)
-
Sputi
dan jarumnya sekali pakai
-
Alkohol
70 %
· Persiapan lingkungan
-
Menutupi
tirai pembatas
· Persiapan pasien
-
Menganjurkan
pasien untuk tidur miring dan membuka celanannya
4. Melakukan injeksi sesuai standart
-
Mencuci
tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir dan keringkan dengan handuk
-
Buka
dan buang tutup kaleng pada vial yang menutupi karet
-
Hapus
vial yang dibagian atas karet dengan kapas yang dibasahi dengan alkohol 70 %
biarkan kering
-
Buka
plastik pembungkus spuit
-
Balikkan
vial dengan mulut vial ke bawah, masukkan cairan vial kedalam spuit, ganti
jarum, gunakan jarum lain untuk melakukan injeksi
-
Bersihkan
daerah yang akan disuntik dengan kapas DTT
-
Suntikkan
secara IM dalam di muskulus gluteus
-
Jangan
memijat daerah suntikan
-
Buang
jarum pada tempatnya
5. Melengkapi kartu ibu dan rekam medik
6. Beritahu ibu kapan harus kembali untuk
suntikan berikutnya yaitu tanggal 04 – 03 – 2006
Tanggal 07 – 02 – 2006 jam 10.00 WIB
S : Ibu menyatakan sudah tidak mengeluarjan
perdarahan lagi hanya keputihan sedikit
O : - Ku
baik
- TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/mnt
S : 37o
C
RR : 18
x/mnt
A : Masalah spotting teratasi
P : - Pasien
pulang
- Menganjurkan ibu kembali ke klinik untuk
suntikan berikutnya sesuai jadwal
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan
pada Ny. ”L” Akseptor KB suntik Progestin dengan efek samping Spotting di BPS
Muhartik Kandangan Kediri.
Terselesainya laporan ini tidak lepas dari bantuan dan
dorongan semua pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1.
Ibu Muhartik, Amd. Keb selaku
pembimbing di BPS Kandangan, Kediri.
2. Dra. Soelijah Hadi,M.Kes, selaku Direktur
Akademi Kebidanan Husada Jombang.
3. Hj. Semi Na’im, SST, selaku Dosen Pembimbing
Akademi Kebidanan Husada Jombang.
4. Ibu Rumpiati, S.ST selaku Dosen Wali dan koordinator
praktek klinik Akademi Kebidanan Husada Jombang.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini.
Dengan terselesainya laporan
Asuhan Kebidanan ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan berikutnya.
Akhirnya penulis berharap
laporan ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Husada Jombang
pada khususnya maupun para pembaca pada umumnya.
Jombang, Februari 2005
Penulis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar