Minggu, 31 Maret 2013

Dialisa





A.Pengertian
Dialisis adalah suatu proses di mana solut dan air mengalami difusi secara pasif melalui suatu membran berpori dari satu kompartemen cair menuju kompartemen cair lainnya.
Hemodialisa dan dialysis peritoneal merupakan dua teknik yang digunakan dalam dialysis. Prinsip dasar kedua teknik itu sama yaitu difusi solut dan air dari plasma ke larutan dialysis sebagai respon terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu.
B. Prinsip kerja dialisa
1.            Difusi
Toksin dan zat limbah di dalam dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi yanglebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua elektrolit yang penting dengan mengatur rendaman dialisat secara tepat. Pori-pori dalam membran semipemiabel tidak memungkinkan sel-sel darah, protein dan bacteria untuk dapat lolos.
2.            Osmosis
    Air yang dikeluarkan dari dalam tubuh dengan melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan. Air bergerak dari daerah tekanan yang lebih tinggi (tubuh) ke tekanan yang lebih rendah (cairan dialisat)
3.  Ultrafiltrasi
    Gradien tekanan dapat di tingkatkan melalui penambahan tekanan negatif yang dikenal dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisa. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan pengisap pada membran dan memfasilitasi pengeluaran air karena pasien tidak dapat mengeksresikan air. Kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga terjadi keseimbangan cairan.
C. Tujuan
Mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam  darah dan mengeluarkan air yang berlebih
D. Komposisi cairan dialisat
§      Dekstrosa monohidrat  1,5% : 2,5% : 4,25%
§      Na                                                        132 mEq/L
§      Cl                                                         102 mEq/L
§      K                                                                     0
§      Ca                                                        2,5 mEq/L
§      Mg                                                       1,5 mEq/L
§      F                                                          0
§      Laktat                                                  35 mEq/L
E. Indikasi
a. Elektif
-          sindrom uremia
-          HT sulit dikontrol
-          Overload cairan/CHF
-          Persiapan preoperasi
-          Oliguri-anuria 3-5 hari
-          Profilaksis dini : kreatinin > 8-12 gr%
                      BUN 100-200 mg%
                      CCT < 5 ml/mnt
b. Cito
-          Hiperkalemia
-          Edema paru
-          Asidosis metabolic berat
-          Overdosis obat
-          Perikarditis/efusi perikard
-          Koma
F. Hemodialisa
            Suatu mesin ginjal buatan atau hemodialyzer terdiri dari membran semipermeabel (dari Selofan atau Curophane) yang sederhana dengan darah di satu pihak dan cairan dialysis di pihak lain.
Komplikasi HD
§  Hipotensi   * mual muntah
§  Kram otot   * gatal uremic
§  Disfungsi platelet   * perikarditis
§  Nyeri dada      * aritmia
§  Kejang          * perdarahan
§  Hemolisis       * emboli
§  Demam dan endotoksemia       
Akses Vaskular pada hemodialisa
            Untuk melakukan dialisa intermitten diperlukan jalan masuk vascular yang adekuat. Darah harus keluar masuk dengan kecepatan 200-400 ml/detik.
Tehnik-tehnik akses vascular utama pada hemodialisa :
1. Eksternal (sementara)
   - Pirau atau system kanula AV
·         kateter vena femoralis (Shaldon atau lumen ganda)
·         kateter vena subklavia
2. Internal (permanen)
·         Fistula AV/Cimino
·         Cangkokan AV
Umur rata-rata kateter vena subklavia 4 minggu, kateter vena femoralis 1-2 hari. Fistula AV 4 tahun.
Komplikasi akses vascular
1.            kateter vena femoralis dan vena subklavia
laserasi, perdarahan, trombosis, emboli, hematoma, infeksi, pneumotoraks(pd v.subklavia)
2.            Fistula AV dan cangkokan AV
Nyeri, aneurisma, trombosis, kesulitan hemostatis postdialisis dan iskemia tangan.
G. Dialisis Peritoneal
            Mirip dengan hemodialisa, namun menggunakan peritoneum sebagai membran semipermiabel.
Akses ke rongga peritoneal dicapai melalui perisintetis memakai trokar lurus, kaku untuk dialysis akut. Pada dialysis kronik menggunakan kateter Techkoff.PD dilakukan dengan menginfuskan 1-2 ltr cairan dialisat ke dlam abdomen melalaui kateter. Dialisat tetap berada dalam abdomen untuk waktu tertentu kemudian dikeluarkan dengan gravitasi ke wadah tertentu di bawah pasien. Setelah itu dialisat dimasukkan kembali seterusnya sebagai siklus. Pembuangan solut dengan difusi tapi ultrafiltrasi dengan perbedaan tekanan osmotic bukan hidrostatik seperti pada HD.Ultrafiltrasi dapat dipercepat dengan meningkatkan konsentrasi glukosa sehingga meningkatkan osmolalitas dialisat (tersedia dalam kemasan dengan konsentrasi glukosa 1,5%., 2,5% dan 4,5%)
Macam dialysis peritoneal
1.            Manual intermittent peritoneal dialysis
2.            Continous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)
3.            Continous Cycler-assisted Peritoneal Dialisis(CCPD)
4.            Automated Intermittent Peritonel Dialisis (IPD)
Komplikasi
¯   Peritonitis (nyeri perut, demam, dialisat keruh)
¯   Fibrin clothing
¯   Perdarahan
¯   Dialisat bocor
¯   Letak kateter tergeser
¯   Kontaminasi
¯   Separasi tube

Tidak ada komentar:

Posting Komentar