Minggu, 31 Maret 2013

Penggunaan Madu Sebagai Perawatan Luka




RINGKASAN
Penggunaan madu sebagai bahan perawatan luka, sebagai suatu pengobatan kuno yang ditemukan kembali dan hal itu meningkatkan ketertarikan terhadap madu, dan banyak laporan tentang keefektifannya yang sudah dipubikasikan.  Hasil temuan klinis didapatkan bahwa infeksi dapat sembuh lebih cepat, inflamasi “swelhing” dan nyeri dapat segera dikurangi odouer terkurang, slousghing, jaringan nekrotik dapat induced, granulasi dan epitelisasi di hastened dan proses menyembuhkan luka dapat dipercepat dengan pembentukan jaringan scar yang minimal.
Asam anti microbial dalam madu mencegah pertumbuhan mikroba pada luka yang lembab (basah).  Tidak seperti antiseptic tropical lainnya, madu tidak menyebabkan kerusakan jaringan.  Studi yang dilakukan terhadap binatang percobaan didapatkan hasil bahwa secara histology madu dapat meningkatkan proses penyembuhan luka.  Hal itu adalah efek langsung nutrient yang “drowing limple out” dari sel dengan mekanisme osmosis.  Stimulasi proses penyembuhan juga disebabkan oleh asiditas/keasaman dari nadi itu sendiri.  Osmosis menyebabkan cairan madu yang kontak denganpermukaan luka dapt mencegah “dressing sticking” sehingga tidak terasa nyeri atau terjadi kerusakan jaringan ketika dressing diganti.  Begitu banyak bukti-bukti yang mnedukung penggunaan madu, dan dari hasil penelitian dengan teknik randomized controlled clinical trialmenunjukkan bahwa ternyata madu lebih efektif dari pada silver sulva diazine dan poly urethane film (opsiteR)  untuk menyembuhkan lika bakar.
PENDAHULUAN
Pada tahun 1985 editorial di Jurnal of Royal Society of  Medicine mengemukakan sebuah opini “Pengobatan terapeutik mungkin bisa tidak terkontaminasi. Madu murni dapat digunakan untuk hal tersebut”.  Madu tersedia di berbagai komunitas walaupun mekanisme dari beberapa bahan dapat bermanfaat dan membutuhkan investigasi lebih lanjut, dan sekarang sudah waktunya membuka wacana bagi pengobatan tradisional. 
Kebanyakan referensi melaporkan madu sebagai dressing luka.  Masyarakat kuno menggunakan madu untuk pengobatan luka tetapi hanya sedikir gambaran yang didapat, begitu pula dengan bukti klinisnya.  Dari beberapa literature melaporkanbahwa dewasa ini telah ditemukan kembali pengobatan dengan madu.  Sejalan dengan ketertarikan pengobatan alternative terutama sekali terhadap perkembangan dari resistensi bakteri terhadap antibiotik dan juga karena adanya peningkatan madu untuk dressing luka saat ini.  Hal itu menjadi kesadaran bagi para klinisi dan peneliti untuk meneliti lebih lanjut dan mempublikasikan madu sebagai dressing luka.
PERTINENT:
Akhir-akhir ini bahwa madu efektif untuk dressing luka yang mana luka tersebut tidak berespon terhadap terapi konvensional.  Banyak laporan yang menyatakan tentang keefektifan madu sebagai dressing luka yang terinfeksi ditambahkan sebagai bagian dari obat anti bacterial.  Tetapi dalam literature yang dipublikasikan lebih luas, dari studi infitro didapatkan madu mempunyai aktifitas sebagai anti bakterial yang signifikan tetapi tidak dijelaskan dalam artikel ini secara komprehensif.  Akan tetapi sebagai catatan dijelaskan kepada pembaca mengenai median level dari aktivitas antibacterial madu yang dapat menghambat secara kompleks species bacteri penyebab umum infeksi luka dengan konsentrasi 1,8% - 11% (v/v) dan mengelompokkan (collection) strain MRSA pada konsentrasi 1% - 4% (v/v).
APLIKASI PENGGUNAAN MADU
Salah satu prosedurnya adalah sebagai berikut:           
1.      Luka dibersihkan jika terdapat abses luka dan drainage pus dan nekrotomi jaringan nekrotik sebelum dilakukan dressing luka dengan madu.  
2.      Selain itu dapat digunakan prosedur rigorous cleancing: bersihkan luka dengan sikat gigi dan lanjutkan dengan pemberian hydrogen peroksida saline rinse, betadin dan saline rinse lainnya; dicairkan hidrogen perokside pada luka dan alkohol disekitar kulit, atau juga luka dapat dibersihkan dengan eusol atau akueus 1% chlorhexidine.  Kebanyakan sebelum luka dibersihkan, luka dicuci dengan saline sebelum diobati dengan madu, dan ketika dressing diganti.
Banyak juga laporan yang menyatakan madu dioleskan menyeluruh menutupi  luka dengan dressing kering, moustly gauze.  Jumlah madu yang digunakan bervariasi;
1.      Lapisan tipis madu (hasil relatif jelas): 
2.      lapisan tipis madu dengan pemberian 2-3 kali/hari
3.      Memberikan madu diseluruh permukaan luka sampai diluar luka.
4.      Thick layer honey.
5.      soaking the wound generously honey
6.      Mengoleskan madu pada luka sampai ¾ isi luka.
7.      Memberikan 15-30 ml madu pada luka ulcer.
Selain itu pemberian madu diberikan untuk dressing kemudian ditempatkan pada  luka.  Madu akan menyebar dipermukaan luka (gauze) atau soaked madu.  Madu impregnated gause dapat digunakan untuk pack cavities of wounds.  Setelah luka terbungkus maka luka akan terbungkus.  Pada ulcerasi servik proses penyembuhan luka dapat dilakukan dengan memasukkan 85 ml madu ke dalam vagina dan tahan ditempat tersenut dengan tampon selama 3 hari.
Kebanyakan dressing luka dilakukan setiap hari atau 2 hari sekali atau 2-3 hari sekali.  Hasil penelitian menyatakan bahwa dressing dilakukan 1 hari atau lebih tergantung dari kebutuhan agar luka tampat bersih dan kering.  Laporan lain menyebutkan bahwa dressing diganti 1 atau 2 kali sehari sampai luka bersih dan terjadi granulasi, kemudian dressing sehari sekali dapar dibanti.  Laooran lain menyatakan penggantian dressing madi dilakukan sehari dua kali  dan dilakukuan 3 kali sehari jika luka terkontaminasi dengan urine atau feses.
Beberapa laporan menyatakan bahwa campuran antara lipid dan madu ternyata lebih mudah menyebar di permukaan luka, selain lipid dengan menggunakan castor oil atau 20% vaselin. Pemanasan yang berlebihan terhadap madu mendukung dihindari karena glukosa oxidase ensyme pada madu akan memproduksi hidrogen peroxidase, komponen utama dari antibacterial sangat rentan terhadap panas dan menjadi tidak aktif.
KOMENTATOR
Tidak ada indikasi dari beberapa laporan tentang metode aplikasi dari pemberian madu pada luka yang digunakan sebagai dasar mengambil keputusan baik secara empiris maupun teoritis. Perbedaan metode menunjukan perbedaan pendekatan. Penyebaran madu pada “dressing pad” lebih baik daripada luka dan lebih mudah dilakukan dan mengurangi kejadian traumatik bagi pasien. Hal ini juga dapat lebih menutup permukaan luka. Jika luka dalam atau terdapat abes pada luka, dan membutuhkan madu untuk pengobatannya, maka cara yangpraktis dengan menggunakan honey packed di squeeze out toobes. 
RASIONALNYA:
Kebanyakan madu dibutuhkan perunit area pada luka tergantung luasnya atau banyaknya eksudat.  Manfaat madu pada jaringan luka dilaporkan kemungkinan menurun atau hilang jika sedikit madu yang berada eksudat yang banyak (kasiat madu hilang) sebagai mana frekwensi dressing yang akan berubah menyesuaikan seberapa cepat madu tersebut dicairkan oleh eksudat.  Keefektifan madu dalam menurunkan inflamsi dan eksudasi dapat digunakan sebagai patokan tingkat frekwensi penggantian dressing.  Pergantian dressing yang sering mungkin tidak diperlukan untuk mencegah pertumbuhan bakteri, karena aktifitas anti bakterial pada madu akan mencegah pertumbuhan bakteri.  Jika madu tidak terdeteksi oleh eksudat, terutama jika madu dengan level aktifitas tinggi yang dipilih. 
OBSERVASI KLINIK
Telah dilaporakan dari studi klinik yang bervariasi pada penggunaan madu sebagai dressing sebagai luka infeksi yang luka itu menjadi steril dalam 3-6 hari, 7 hari, atau 7-10 hari.  Hal lain telah dilaporkan bahwa madu efektif untuk membersihkan luka infeksi.  Juga telah dilaporkan bahwa madu mencegah timbulnya nekrosis.  Madu juga telah ditemukan untuk melakukan pencegahan barier luka dan menjadi infeksi, mencegah infeksi silang dan menjadikan jaringan luka bakar agar sembuh dengan cepat tidak terbatas sebagai infeksi sekunder.  Hal lain telah dilaporkan bahwa mengelupasnya jaringan gangrene dan jaringan nekrotik dengan cepat diperbaiki dengan jaringan granulasi dan menjadikan epitensasi lebih ketika madu digunakan sebagai dressing melalui debridement bedah minimun yang diminta.  Hal lain juga telah diobservasi bahwa dibawah slough dressing madu, nekrotik dan jaringan gangrene tersebar sehingga hal itu dapat dilaihkan pengurangan nyeri dan hal lain telah dicatat dengan cepat dan penyebaran mudah dari slough dan perpindahan cruct dari luka.  Rapid cleancing kimia atau debridement enzim menghailkan dari penerapan madu untuk luka telah dilaporkan dengan tanpa bentuk erchar dalam pembakar.  Penulis lain mengatakan efek clencing dari madu pada luka.  Hal lain juga dilaporkan bahwa kotoran berpindah dengan balutan ketika madu digunakan untuk dressing untuk memudahkan luka bersih.  Madu juga dilaporkan memberikan deodorisasi dari bau luka.  Madu digunakan sebagai dressing telah dilaporkan mempromosikan bentuk dari jaringan granulasi yang bersih dan sehat.  Hal lain juga telah dilaporkan untuk mempromosikan atau membangun epitelisasi dari luka.  Dumromlert berkomentar pertumbuhan yang cepat dari jaringan yang baru dapat dibentuk kembali.  Memperbaiki nutrisi dari luka yang telah diobservasi juga meningkatkan aliran darah dari luka telah ditemukan dalam luka dan aliran darah yang bebas dari limfe.
Penulis lain mengomentari pada penyembuhan luka secara cepat terlihat dengan dressing madu.  Desottes berarti pada luka menjadi tertutup.  Dalam fashion spektakuler dalam 90% kasus kadang-kadang dalam beberapa hari.  Borlando berarti untuk penyembuhan menjadi supresin dengan cepat secara khusus untuk derajad I dan II pada luka bakar.   Blomfield  mengopini jika madu mendukung proses penyembuhan ulser bisul/borok dan luka bakar.  Lebih baik dari pada lokal apliction yang telah digunakan sebelumnya.  Bergman telah mengobservasi secara klinis bahwa penyembuhanpada luka terbuka lebih cepat dengan madu seperti yang telah ditemukan oleh Hamdi jika itu dipercepat making wound suitable for suture.
Telah dicatat bahwa dressing luka dengan madu mengikuti grafting lebih cepat, dilaporkan juga madu menurunkan insiden bekas skingraft dan membantu regenerasi kulit, membuat rekonstruksi plastik yang tidak diperlukan.  Juga dicatat bahwa penyembuhan luka dengan madu memberi sedikit atau tidak ada jaringan parut. 
Manfaat lain dari madu antara lain menurunkan inflamasi udema dan eksudat, mengabsorbsi cairan dari luka.  Dibeberapa kasus memberikan effek penurunan nyeri lokal secara lebih cepat, menghilangkan reaksi alergi dan efek berbahaya pada jaringan. Selama itu dressing dengan madu mudah diaplikasikan.  Kurang lebih ada adesi yang menyebabkan kerusakan jaringan granulasi lokal. Menghindari perdarahan ketika removing dressing.  Beberapa madu yang tersisa mudah dibersihkan dengan mandi.
Comentar: observasi klinik ini menyediakan in isolation, level terendah evidence upon which, sebagai dasar keputusan klinik untuk menggunakan madu sebagai alat dressing luka.  Tetapi ketika dibandingkan dengan percobaan yang secara umum digunakan untuk dressing menunjuukan bahwa madu memiliki beberapa kasiat yang berpotensial membuatnya sebagai bahan dressing luka yang sangat bermanfaat.  Aspek fisik menyediakan barier protective dan secara osmosis, menciptakan lingkungan penyembuhan yang lambat.  In the form of solution of honey that doesnot stick to the under lying wound tissues.  Unsure anti bacterial madu mencegah kolonisasi bacteri darilingkungan lembab ini.  Anti bacterial menunjukkan tidak ada kerusakan pada proses penyembuhan melalui efek adverse pada jaringan luka.  To the contrary terlihat memiliki efek stimulasi pada regenerasi jaringan.  In edition terdapat indikasi yang jelas dari anti inflamasi. 
EVIDENTCE OF EFEKTIVE NURSE: ANIMAL STUDIES
Pada sebuah studi percobaan membandingkan antara madu dan silver sulva diazine, dan madu+gula.  Pada luka bakar kulit standar 7x7 cm pertumbuhan epitel dalam waktu 21 hari dengan madu dan gula.  Kemudian 28-35 hari pada silver sulva diazine granulasi terlihat lebih jelas pada perawatan dengan silver sulva diazine.  Penampakan histologi luka pada seluruh luka yang dirawat dengan madu menunjukkan inflamasi yang lebih sedikit dari pada yang dirawat dengan gula dan silver sulva diazine.  Pada percobaan yang lain luka bakar diciptakan dengan red hot pin (15 mm2) yang diletakkan di kulit tikus, kemudian dirawat dengan madu atau dengan gula yang memiliki komposisi dengan madu.  Penyembuhan telah terlihat secara histologi menjadi lebih aktif dan lebih dengan madu lalu dengan tanpa pengobatan atau solusi gula waktu diambil untuk perbaikan komplek dari lukatelah berkurang secara signifikan dengan madu lalu dengan tanpa pengobatan atau dengan solusi gula dan nekrotik tidak pernah begiru serius.  Pengobatan dengan madu memberikan kejernihan attenation dari inflamasi dan eksudasi dan regenerasi cepat dari jaringan epiferial dari luar dan pembentukan sikatrik dengan cepat. 
Pada studi eksperimen pada binatang luka yang lebih penuh telah dirawat dengan memotong sampai 2x4 cm lapisan dari kulit pada bagian belakang calves berbeu.  Luka dibersihkan dengan madu atau mitrovurazone atau dengan petrolatum sterilisasi sebagai kontrol.  Granulasi, bentuk scar dan penyembuhan menyeluruh terjadi lebih cepat dengan madu dari pada dengan nitrovurazone dan dalam kontrol  latihan histo morfological dari contoh biopsi.  Memberi arti lebih dalam kontrol dengan mitrosulvazone lalu denganm madu kurang proliferasi dari fibroblast dan argioblast. 
Dilain studi penelitian pada calves berbeu beda atau lebih tebal pada kulit luka, 2x4 cm, dibuat setelah menginfekting area luka dengan infeksi subkutaneus dan stapilococus areus atau prioritas untuk luka.  Aplikasi topikal dari madu, ampicillin ointment, dan salin sebagai kontrol dibandingkan sebagai pengobatan untuk luka.  Latihan klinik dari luka dan histomorfologikal examinition dari contoh biopsi menunjukkan bahwa madu memberikan tingkat yang lebih cepat dari penyembuhan dibandingkan dengan pengobatan yang lain.  Reaksi inflamasi terakhir paling besar fibroelastis dan argioblastik dalam luka.  Paling cepat terbawa dari jaringan konektif fibrose dan epitelisasi tercepat.
Studi eksperimental membawa .................juga juga membandingkan madu dengan ........saline, pada luka dibuat dengan ebersing kulit (10x10 mm), dibawah otot.  Latihan histologikalmenunjukkan bahwa thecknes dari granulasi danjarak dari epitelisasi dari ujung jaringan luka adalah signifikan ................area dari luka lebih kecil secara signifikan, dalam hal itu diobat dengan madu (P<0,001) tidak ada yang menunjukkan kumpulan, infeksi  klinik.
Didalam studi lain pada tikus panjang 10mm telah dibuat dalam kulit dari sepasang tikus dan luka diobati secara topikal dengan madu floral, madu dari tawon pemakan gula atau salin.  Secara statistik meningkat significan dalam tingkat penyembuhan telah dilihat dengan pengobatanmadu floral dibandingkan dengan control salin, hal ini menjadi lebih besar dengan obat oral dari pada dengan cara topical.  Pengobatan dengan madu dari tawon pemakan gula memberikan tingkat lebih tinggi dari penyembuhan.  Setelah 4 hari memberikan hasil tidak lebih baik dari pemakaian dengan salin normal, granulasi, epitelisasi dan jaringan fibrous terlihat histologikal mencerminkan peningkatakan penyembuhan berarti sebagai penurun dalam luka.  Dari jaringan granulasi dengan sel inflamasi klinik terbesar tawon pemakan gula, sedikit dalam pengobatan topikal dengan madu, floral, dan paling sedikit pengobatannya dengan madu floral. 
Penerapan oral atau topikal dari madu dibandingkan dalam studi lain pada tikus, didalam irisan dalam 2x2 cm kulit luka, dibuat pada belakang dari tikus dengan memotong kulit.  Tikus diobati dengan penerapan topikal dari madu pada luka.  Administrasi oral dari madu, atau intraperitoneal administrai dari madu atau pengobatan sebagai kontrol.  Setelah 7 hari pengobatan tritiated praline diinjeksikan untuk melayani sebagai indicator dari sitesis kolagen dalam subsequent 24 jan perperiode kwantitas keduanya.  Dari sintesis dan deraja dari cross linking kolagen.  Pada jaringan granulasi ditemukan untuk meningkatkan perbandingan signifikanm dengan pengonatan yang tidak terkontrol sebagai hasil dari pengobatan dengan madu.  Pengobatan sintetik telah memberikan peningkatan yang besar dari pada pengobatan topikal, memberikan hasil yang lebih baik dari pada rute oral.  Dalam hubungan yang mirip studi mengikuti hal ini, tikus diobati dengan hal yang sama tetapi dalam parameter yang berbeda dipelajari untuk mengkaji luka.  Jaringan granulasi yang telah dibentuk telah excised dari luka untuk biochemical dan biofisikal dari perawatan luka.  Isi dari DNA, protein, kolagen, heksosamin dan asam uronik dan tensil strength.  Tingkah laku, tingkat kontraksi, dan tingkat epitelisasi, ditemukan untuk meningkatkan secara signifikan senbagai hasil dari pengobatan dengan madu.  Pengobatan sisfemile memberikan peningkatan daripada penmgobatan topikal, rute intraperitoneal memberikan hasil yang terbaik.
KOMENTAR:
Studi hewan ini tetap didemontrasikan semuanya bahwa madu mempunyai efek keuntungan pada penyembuhan luka didamping dari berbagai hasil dari perlengkapan antibacterial, meskipun satu dari studi intervensi luka infeksi, hasil pengamatan dalam hal ini didalam garis denganpengamatannya didalam studi yang lain ia menghasilkan keuntungan dari penerapan madu tak dapat secara sekunder untuk pembersihan infeksi.  Ada yang jelas dari aksi stimulasi ada perbandingan jaringan dan pada aksi inflamatori menunjukkan bahwa efek ini tidak mempengarui demonstrasi yang didalamnya konstitusi lebih dari perlengkapan fisik madu.  Bahwa efek stimulasi ditunjukkan ketika madu diadnibistrasukan secara oral/parenteral.  Memberi saran bahwa mungkin faktor pertumbuhan jaringan dipengaruhi lebih dari stimulasi pertumbuhan menjadi konsekuen dari keasaman atau perbaikan gizi jaringan.  Tidak ada infestigasi dilaporkan dari komponen responsible media untuk pertumbuhan meningkat tetapi satu kemungkinan bahwa hidrogen peroksida diproduksi oleh madu. Perbandingan dari fibroblasf satu dalam kultural telah ditemukan untuk menstimuli untuk hidrogen peroksida pada mikrokonsentrasi nano molar.  Penggunaan responsibel mungkin pitosemikal dari sumber yang akan dihitung untuk keluaran yang lebih baik.  Terlihat dengan madu floral dari pada madu dari tawon yang makan gula, meskipun penyembuhan diperbaiki dari hal ini bisa secara sekunder  pada edukatif inframatomi.  Yang memberi efek madu floral
BUKTI EFEKTIFITAS: STUDI KLINIK
Studi telah dilakukan pada pengobatan dengan dressing madu pada seorang pasien dengan luka recal citrant dan ulser, 47 dari hal ini telah dilaporkan untuk cklinical deemed a”sufficienly long time (1 bulan ke 2 tahun) dengan pengobatan konvensional seperti eusol toiled dan dressing, dan akriflafine, sufratule, cicatrik, atau sistemik dan antibiotic tropical.  Dengan tanpa tanda luka atau luka meningkat dalam ukuran luka seperti  forniers gangrene burns cancrum oris dan ulches diabetik, sikles sell ulches dan tropikal ulches.  Latihan mikrobiologikal dari suatu luka menunjukkan bahwa pembersihan luka dengan bacteri dipersembahkan menjadi steril dengan satu minggu dan hal lain berarti steril.  Dalam satu kasus a buruli ulser, pengobatan dengan madu tidak dilanjutkan setelah 2 minggu karena ulser meningkat cepat dalam ukuran.  Dalam out came dari 58 kasus lain dilaporkan sebagai remarkable yang mengikuti penerapan topical dari madu.  Beberapa observasi umum dilaporkan untuk hasil dari pengobatan madu dari recal citran ini luka bisa sloughs, nekrotik dan jaringan gangren tersebar sehingga hal tersebut dapat didaftar pengurangan nyeri, dengan 2-4 hari dalam gangrene formiers, cantrum oris dan dekubitus ulser (tetapi hal ini diambil lebih panjang dalam tipe lain).  sloughs dan jaringan nekrotik berpindah secara cepat dengan jaringan granulasi dan melebihkan epitelisasi meliputi oedema subside weeping ulser dehidrasi dan luka berbau .................rendered oderless sampai 1 minggu.  Luka burn diobati secara cepat tidak menjadikan koloni bakteri.
Sebuah studi yang sama pada 40 pasien separuhnya telah dirawat dengan sebuah bahan topical yang biasanya dan telah gagal.  Luka disebabkan oleh penyebab yang bermacam-macam: pembedahan, kecelakaan, infeksi, tropil dan luka bakar.  Rata-rata ukuran luka 57 cm2.  sepertiga luka terdapat purulent, jumlah mikroorganisme yang diisolasi dari sekret luka didapatkan 14-48 setelah 2 minggu perawatan.  7 dari pasien terdapat jaringan nekrotik exised, sesudah perawatan dengan madu dan 3 diantaranya memiliki skingraf.  Dalam catatan madu mempersempit batas luka dan luka lebih cepat dibersihkan.  Dari 33 pasien dirawat hanya dengan dressing madu 29 sembuh secara sempurna dengan kwalitas penyembuhan yang bagus, rata-rata dalam waktu penyembuhan 5-6 minggu.  Dalam 4 kasus yang gagal 2 disebabkan oleh kondisi umum pasien yang buruk karena imunodepresi. 1 yang keluar dari perawatan dengan madu karena reaksi alergi terhadap madu, dan 1 pasien karena and one burn rimained stasionary after a good initial respon.  Studi yang lain madu digunakan pada 9 anak dengan luka pembedahan yang terbuka, terinfeksi yang gagal dengan perawatan konfensional, sedikitnya dalam 14 hari dengan antibiotic intravena dan pembersihan luka menggunakan akueus kloreksidin solution 0,5% W/v dan salep asam fusidik.  Dan luka-luka tersebut masih terbuka dan kultur swab positif.  Perkembangan secara klinis tampka pada seluruh anak setelah 5 hari perawatan dengan aplikasi topical  5-10 ml madu 2 kali setiap hari.  Hasilnya luka tertutup bersih dan steril dalam waktu 21 perawatan.
Komentar:  3 studi diatas merupakan percobaan cross over yang efektif, hal itu terutama non responsi fenus yang ditegagkan dengan bentuk treatmen lain sebelum madu digunakan.  Walaupun bentuk dari bukti isless konfincing dari pada stimulasi pengobatan pada kontrol grup pasien, konsistensi dari hasil dan jumlah pasien meliputi kemungkinan yang tinggi yang mengubah dari non healin menjadi healin yang sudah sesua unuk kesempatan lebih untuk mendapat aspek terapeutik dari madu.  Efektif dalam peningkatan penyembuhan luka yang sudah berespon terhadap pengobatan konvensional.  Mereka juga menyediakan bukti-bukti yang bagus dari keefektifan anti bakterial pada madu pada luka yang terinfeksi. 
20 kasus formier gangren di manca negara secara konservatif dengan antibiotik sistemik 9amoksilin oral/asam klafulanic dan metronidazol.  Tambahan harian madu secara topikal telah dibandingkan secara restrospektif dengan 21 kasus yang sama.  Yang menggunakan metode ortodok (wound debredemen, wound excicion sekundery suhuring dan pada beberapa kasus dengan skropal plastik rekonstruksi (mikrooranisme yang dikultur pada kedua grup adalah sama).  Namun demikian rata-rata durasi hospitalisasi was slighty langer, aplikasi obat tpical madu menunjukkan distinct keuntungan yang lebih dibandingkan metode ortodok.  3 orang meninggal pada grup metode ortodok, dan tidak ada yang meninggal pada grup yang diterapi dengan madu.  Kebutuhan akan anestesi dan operasi bedah yang mahal was oviated  dengan menggunakan madu.  Respon terhadap pengobatan dan aliviation  dari angka kesakitan lebih cepat pada kelompok yang diobati dengan madu.  Walaupun beberapa bakteri terisolasi dari madu, pasien yang mendapat pengobatan madu tidak menunjukkan ketidaksensitifan terhadap antibiotika, luka akan steril adalam waktu 1 minggu.  Manfaat dari dressing madu sebagai metode alternatif dalam memanagemen luka, pembedahan perut telah dikaji dengan percobaan prospektif selama lebih dari 2 tahun dan dibandingkan dengan retrospektif pada pasien dengan usia yang sama selama lebih dari preseding 2 tahun.  15 orang pasien yang mengalami luka bedah stelah operasi SC (seksiosaeria). Yang diterapi dengan madu dan luka diperkirakan dengan microported berdasarkan pada metode kinvesnsional dari dressing luka dengan susekuen resofuring (grup komparasi 19 pasien dengan luka dehisensi yang dibersihkan dengan H2O2 dan dabin solution dibungkus dengan salin saket gauze terutama untuk resuturin dibawah pengaruh anestesi general.  Sebagai catatan bahwa dengan dressing madu sloup dan jaringan mati akan digantikan oleh jaringan granulasi dan peningkatan epitelisasi dalam waktu  2 hari, dan luka yang baru akan oderless dalam waktu 1 minggu.  Hasil yang bagus akan didapat jika semua kasus diterapi dengan madu, selanjutnya penghindaran kebutuhan untuk restruktur yang dibutuhkan untuk general anestesi.  11 kasus dapat sembuh secara komplit selama 7 hari, semua kasus dapat sembuh dalam waktu 2 minggu.  Periode yang dibutuhkan untuk hospitalisasi kurang lebih 2-7 hari (rata-rata 4 ½ hari, dibandingkan dengan 9-18 hari (rata-rata 11 ½ hari), sebagai grup pembanding.  2 pasien dari grup pembanding ternyata mengalami infeksi ulangan. 
Studi restrospektif terhadap 156 pasien luka bakar yang dirawat di RS dalam waktu 5 tahun, 1988-1992 didapatkan 13 kasus diobati dengan madu dan didapatkan hasil yang sama dengan jika diobati dengan silver sulva diazine.  Percobaan persepktif randomized control membandingkan antara madu imreg nared gouze dengan obsite terhadap 46 pasien pada 2 grup luka yang didresing dengan madu impreknared gouze menunjukkan penyembuhan yang lebih cepat secara signifakan dibandingkan jika hanya dengan didressing obsite (rata-rata 10,8 versus 15,3 hari; p<0,001 dan kurang dari separo kasus yang menjadi terinfeksi pada luka yang dibersihkan dengan madu dbandingkan jika didressing dengan opsite (p<0,001).  Dibandingkan dengan amneotik membrane luka bakar yang diobati dengan madu mengalami penyembuhan yang lebih cepat (rata-rata 9,4 vs 17,5 hari; p<0,001).  Jaringan scar yang terbentuk 8% pada pasien dengan terapi madu dan 16,6% jika diobati dengan aniotik membran (p,0,0001). Dibandingkan dengan slver sulfa diazin pada luka bakan dengan prorpek ramdom control terhadap 104 pasien didapatkan pada 33 pasien yang diterapi dengan madu, 91 pasien luka rebdered steril selama 7 hari pada 52 pasien yang ditepi dengan silver sulva diazin, 7% menunjukkan kontro terhadap infeksi selama 7 hari.  Jaringan granulasi terlihat lebih awal pada pasien yang diterapi dengan madu ( rata-rata 74 vs 13,4 hari, waktu yang dibuukan untuk penyemhuna luka ternyata lebih pendek jika diterapi dengan madu.  Luka yang diobati dengan madu 87% sembuh dalam waktu 15 hari dibandingkan 10% yang diobati dengansilver sulfadiazine. Madu juga membuat pasien tidak terlalu nyeri, mengurangi ebsudate, mengurangi iritasi luia dan ml insidense daya scar dan kolmatur positif luka bakar. Madu juga akan mempercepat epitelisasi pada 6-9 hari, efek debridmen kimia dan perpindahan dari bau yang ofensisif di dalam perspektif randomised controled trial membandingkan madu dengan siver sulva diazine inpregnated gouze pada comparteble fresh potongan sebagian luka bakar. Latihan histologi contoh biopsi batas luka sebagaimana observasi klinik dari perawatan penyembuhan luka dibuat untuk mengkaji efek relatif pada perawatan luka dalam 2 grup dari 25 pasien.  Waktu diambil untuk penyembuhan adalah signifikan lebih pendek dengan grupo pengobatan madi (p<0,001).  Dari pengobatan luka dengan madu 84% menunjukkan keparahan epitelisasi dengan hari ke 7, 100% dengan 21 hari di dalamperawatan luka dengan siver sulva diazine epitelisasi terjadi pada hari ke 7 dari 72% dan 84% dalam 21 hari. Bakteri histology dari aktif reperatif meninjukkan dalam 80% dari penyembuhan luka dengan dressing madu sampai hari ke 7 dengan inflasi minimal pada pengobatan luka dengan silver sulvadiazin 52% menunjukkan reparative activity dengan perubahan inflasipada hari ke 7.  reparative activity mencapat 1005 dengan 21hari melalui dressing madu dan 24% dengan saliva suvadiazin dalam dressing madu luka lebih susiden dariperubahan inflamatori akut, control lebih baik dari inferksi dan perawatan lebih cepat diobservasi.  Di dalampenyembuhan luka dengan silver sulva diazine meninjukkan reaksi inflamatori, dicatar terdapat epitelisasi tidak ada skingraf disediakan untk perawatan luka dengan madu tetapi tempat dari perawatan luka dengan silver SD converted ke dalam dan menyediakan skingraf.
Madu juga dibandingkan dengan boiled potato peel sebagai penutup luka bakar oaru dalam persepektif ramdomizet controlled trial lain pada 40 pasien yang diobati dengan madu yang menunjukan kultur swab positif pada waktu admisen punya persisten infeksi setelah 7 hari. Pada pengobatan luka dengan madu 100% penyembuhan 15 hari membandingkan dengan 50% daripengobatan luka dengan Boiled potato feel draiting.  Waktu utama untuk penyembuhan 10,4 hari dengan boiled fell adalahb erbeda secara signifikan (p<0,001).
KOMENTAR:
Laporan daripercobaan pasien dengan tousnears gangrene telah dikritisi untuk kegagalan kecukupan 2 grup pasien sehingga hal ini dapat diketahui untuk hal tertentu bahwa hal itu bisa dibandingkan.  Hal ini juga ditunjukkan bahwa secara statistic akan telah tidak ada perbedaan secara reliable didalam mortalitas antara 2 group, meskipun demikian percoban menunjukkan bahwa dressing sederhana dengan madu adalah pengobatan yang sangat efisien untuk fulminant.  Penyebaran infeksi secara cepat ang biasanya diobati secara agreif meskipun opini kuno bahwa jaringan nekrosis dipindah karena hal ini sebagai sumber substandi noknis dengan difuse ke dalam luka, percobaan ini dan percobaan lain pada infected destruction pada perut telah ditunjukkan bahwa hal ini penting ketika madu diterapkan pada luka, theslough dan jaringan tissue menjadi cepat berpindah dengan kimia atau aksi debreding enzin dari madi.
Percobaan menghubungkan infected destruktif abdominal wounds dengan pasangan tertutup grop control menunjukkan dengan jelas bahwa dressing dengan madu lebih efektif dari pada pengobatan konvensional dari control group di dalam dapat penyembuhan luka sebagaimana ofiating kebebasan sufurin meskipun demikian pengobatan konvenional dengan antiseptic yang dapat merusak jaringan dan dapat merusak jaringan dan menghambat penyembuhan luka.  Meskipun secara umum digunakan adalah mungkin tidak sebagai benchmark terlihat relefan dengan prosedur efektif dari madu.  Studi dari pengobatan pasien luka bakar dengan madu membandingkan hal-hal pengobatan dengan silver sulva diazine, meskipun demikian menunjukkan bahwa model efektif atau lebih efektif dengan perawatan luka bakar topical yang digunakan secara luas di waktu modern.  Meskipun studi restrospektif tidak memberikan detail pada kasus untuk diijinkan hal ini ditepiskan jika pengobatan kasus dengan silver sulfadialin, the prospective randomized controlled trails adalah suatu desain yang dapat menjelaskan secara adekuatif dan menunjukan hasil statistis yang signifikan dari subjek yang luas dan menyediakaqn bakteri yang terpercaya dressing dengan madu adalah pengobatan yang terbaik untuk luka bakar supervisual.
RESIKO DAN ADVERSE EFEK
Tidak ad adverse efek yang ditemukan pada beberapa study penerapan madu sebagai obat topical pada experiment pada hewan. Penelitian ini meliputi histological examination pada jaringan yang diobati. Madu telah digunakan secara topical pada luka lebih dari 1000 tahun yang lalu tanpa menenjukan adanya efek negative. Berbagai laporan yang dipublikasikan  pada klinikal pada luka terbuka menyebabkan tidak lebih dari stransrent stighging  sensasi pada beberapa pasien. Selain pada 2 kasus diman nyeri akibat  aplikasi madu tidak dapat di toleransi.
 Telah dilaporkan sesuai transent stinging dan kemerahan pada mata segera setelah di beri madu dalam mata setelah segera diberi madu, tetapi hal ini tidak dapat digunakan sebagai alasan untuk menghentikan pengobatan pada 102 kasus  pada percobaan pada pengambilan untuk penggunaan optal logical. Secara umum penerapan  madu secara optikal pada luka terbuka dilaporkan to be soothing untukmenghilangkan nyeri tidak teiritasi, tidak menyebabkan nyeri saat di dressing tidak terdapat reaksi sekunder.
 Alergi terhadap madu jarang terjadi, mungkin terdapat reaksi alergi pada pollen asam protein dari lebah yang lain.dilaporkan dari hasil studi klinis dimana madu digunakan  pada luka terbaru padfa 1 pasien, menunjukan tidak alergi ats reaksi yang merugikan.  Bagaimanapun kejadian perdarahan minor segera setelah pemberian madu telah disebutkan dalam referensi pada kasus yang tidak tercatat.  Referensi telah menunjukkan bahwa terjadi dehidrasi pada jaringan jika madu tersebut  diberikan pada luka tetapi hal itu dapat diperbaiki dengan penggunaan saline.  Karena madu mengandung > dari 40% glucose yang secara teoritis beresiko terjadinya kadar glukosedarah terhadap diabetes ketika diberikan secara topical pada luka terbuka yang luas.  
Madu kadang-kadang berisi spora dari clostridia yang beresko kecil terhadap luka botulism, meskipun demikian tidak ada dari beberapa laporan yang dipublikasikan pada penerapan klinik dari madu pada luka terbuka yang telah madu tersebut digunakan secara steril.  Tidak ada laporan dari beberapa tipe infeksi yang dihasilkan dari penerapan madu sebagai pengobat luka.  Jika spora germinated, berbagai sel vegetatif seperti clostridia akan obligade yang tidak akan bisa hidup bila diberikan hidrogen peroksida secara umum pada madu, tetapi penggunaan madu sebagai dressing luka.  Itu ada pendapat yang berlawanan, namun demikian alas an menggunakan dasar resiko kemungkinan menyebabkan luka botulism dapat diterima secara obyektif, efek negative penggunaan madu diatasi dengan radiasi sinar gammayangdapat membunuh spora clostridium B. oleh madu tampa mengurangi efek bacterial.  Masalah dari atraktion dari serangga dan semut untuk dressing menggunakan madu dapat diatasi denganpenggunaan dressing sekunder yang efektif sehingga madu terlindungi dari serangga.
Keuntungan madu untuk digunakan dressing luka, madu menjaga kelembaban untuk lingkungan, penyembuhan luka sehingga mencegah bakteri tumbuh walaupun ketika luka sudah terinfeksi.  Hal ini sangat efektif dari arti rendering pada steril yang terinfeksi secara serius tanpa efek samping dari antibiotic dan sangat efektif melawan bakteri yang resistensi terhadap antibiotika straines.komponen anti bakterialdan ulskorbsi juga menyediakan barier terhadap infeksi silang luka. Hal ini juga menyediakan suplai glukosa  untuk leukosi. Untuk respiratory burst yang memproduksi hydrogen peroksida, komponen yang dominan dari aktifitas anti bacterial dari makrofag.  Selebihnya menyebabkan substrat yaitu glikosis yang mana mekanisme utamanya adalah memproduksi energi bagi makrofag sehingga hal tersebut dari makrofag dapat berfungsi di jaringan yang rusak dan eksudat dimana suplai O2 sedikit. Keasaman dari madu(< PH 4) juga dapat meningkatkan  aktifasi mikrobakterial yang dimiliki o2 makrofasi sebagaimana PH  asam di dalam vakuola yang digunakan untuk membunuh bakteri. Glukosa dalam tingkat tinggi dalam madu dapat digunakan, bakteri yang memgnginfeksi untuk mendapatkan asam amino dari serum dan sel mati.  Hal itu dapat membentuk asam laktat yang berasal dari ammonia, amin, serta komponen sulfur yang menyebabkan malabsorbsi pada luka.
Madu memberikanjangka waktu yang cepat untuk regenerasi jaringan dan penurunan proses inflamasi, edema, eksudat dan mallodone pada luka didasarkan pada observasi klinis dan hasil dari studi hewan dan percobaan klinis.  Bahan antibacterial membersihkan infeksi dengan mencegah produksi metabolisme bakteri yang responsible untuk kondisi kontrari.  Tetapi madu memiliki efek anti inflamatori dantropik secara langsung pada jaringan luka sebagaimana di dasarkan pada hasil percobaan hewan dimana tidak didapatkan infeksi bacteri, madu dapat diharapkan memiliki efek nutrisi secara langsung pada regenerasi jaringan karena mengandung asam amino, vitamin dan trace elemen.  Osmolaliti yang tinggi di madu menyebabkan produksi limposit yang menyediakan nutrisi untuk regenerasi jaringan yang mana hanya dapat tumbuh sepanjang titik granulasi.  Penyembuhan terhambat jika sirkulasi buruk atau jika pasien poorlynourished juga telah dianjurkan pada kondisi penurunan turgor dengan pemberian madu dapat meningkatkan oksigenasi jaringan terdapat keuntungan secara ekonomis dengan menggunakan madu sebagai dressing luka jika dibandingkan biaya pengobatan secara konvensional dan pembiayaan akhir selama menjalani pengobatan sampai penyembuhan perbandingan biaya yang dikeluarkan 480 F.  untuk perawatan dengan debrisand dibandingkan 7,5 F dengan perawatan madu 70$ untuk perawatan dengan antibiotic disbanding 2$ pengobatan dengan madu, 40$ perawatan dengan duoderum dibandingkan 8$ perawatan dengan madu.  Observasi yang lain pada penurunan pengeluaran biaya antibiotic, lama rawat menurun sedikitnya ½ dari perawatan biasa.  Disamping itu pembiayaan untuk debridement dan skingraf menjadi tidak perlu ketika madu digunakan.  Madu juga merupakan bahan pertolongan pertama yang bagus terutama untuk luka pasien yang dapat terinfeksi sebelum dirawat secara medis.  Madu itu mudah didapat dan digunakan.  Sebagian penyediaan antiinflamasi secara segera.  Pengobatan dengan madu juga akan menyediakan anti bakteri yang akan mempunyai aksi dan membuat barier terhadap infeksi lanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar